Pemerintah Tak Berpihak Masyarakat

Sepanjang 2018, Dua Kali Pertalite Naik

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Sepanjang 2018, kenaikan harga BBM jenis Pertalite merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya Februari per liter Rp7.700 menjadi Rp7.800, kemudian Maret naik lagi menjadi Rp8.000.

Meski kenaikannya tidak signifikan, namun jika dikalkulasikan secara keseluruhan memberatkan. Hal ini pula menjadi keluhan masyarakat selaku konsumen. “Rasanya belum lama naik, sekarang naik lagi,” ujar Rahman, salah seorang warga Kecamatan Pontianak Utara, Minggu (1/4).

Lantaran menjadi kebutuhan, maka mau tidak mau masyarakat tetap harus menggunakan BBM tersebut. “Sebagai warga kami mengeluhkan kenaikan ini apalagi BBM sudah menjadi kebutuhan pokok,” tukasnya.

Menurutnya, sejauh ini pemerintah seolah kurang berpihak kepada masyarakat. Pasalnya, kenaikan BBM memiliki efek domino terhadap sejumlah kebutuhan lainnya. Bahkan ia memperkirakan, kenaikan harga BBM ini akan terus terjadi. “Karena empat bulan berjalan di 2018 sudah naik dua kali, bagaimana lagi delapan bulan ke depannya nanti,” cetus Rahman.

Kenaikan harga Pertalite diprediksi menjadi penyumbang inflasi, termasuk di Kalbar. “BBM naik, biasanya impact-nya ada. impact itu ada langsung dan ada tidak,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalbar, Prijono, Minggu (1/4).

Dijelaskannya, setiap terjadi kenaikan suatu barang pasti akan berdampak pada tingkat pembelian terhadap konsumen. Namun karena kenaikan ini adalah BBM yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat, pihaknya optimis tidak akan terlalu berpengaruh seperti kebutuhan pokok lainnya. “Saya belum melihat detail ya, tapi mudah-mudahan tidak terlalu besar dampaknya,” harapnya.

Penerapan pembelian BBM jenis Premium menggunakan cashless. Berdasarkan rilis PT. Pertamina, Kalbar memiliki urutan tertinggi penggunaan cassles dalam pembelian BBM. Menurut Prijono, ini bisa terus ditingkatkan, namun sosialisasi harus lebih digencarkan.
“Detail angkanya ditanyakan ke Pertamina, mereka punya data penjualan yang menggunakan non tunai. Pertamina tentu melihat mana transaksi bensin menggunakan non tunai,” pungkasnya.

Menurutnya, secara global penggunaan e-money memang relatif lebih kecil. Sebab masyarakat belum terbangun menggunakan uang non tunai sebagai alat transaksi. “Tapi yang jelas itu tetap ada tahapan agar masyarakat tidak kaget. Tahapannya dari premium dulu, setelah terbiasa ditingkatkan lagi ke Pertalite,” ucapnya.

Mengubah kebiasaan masyarakat tidak mudah. Sehingga Pertamina perlu melakukannya secara bertahap, bahkan menggunakan klasifikasi sebelum menerapkannya secara merata untuk seluruh kendaraan. “Kendaraan jenis apa dulu, misalnya roda empat asalkan targetnya nanti semuanya menggunakan cashless,” lugasnya.

Sementara infrastruktur pendukung yang masih menjadi kendala disetiap SPBU, Prijono menyatakan, BI sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait seperti Pertamina dan perbankan yang mendukung go cashless ini. “Kita sudah koordinasi ke bank soal infrastrukturnya,” tutup Prijono.

Terpisah, Region Manager COmm & CSR Pertamina Kalimantan, Yudi Nugraha mengatakan, penyesuaian harga BBM jenis Pertalite merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik. Sementara itu pada saat bersamaan nilai tukar Rupiah melemah terhadap Dollar Amerika. Saat ini harga minyak mentah sudah hampir menyentuh angka 65 dolar per barel.

“Kedua faktor penentu kenaikan harga BBM mengharuskan perubahan harga. Ditambah nilai rupiah juga menunjukkan kecenderungan melemah,” katanya.
Penyesuaian harga BBM Research Octane Number (RON) 90 tersebut kata dia, secara periodik dilakukan Pertamina sebagai badan usaha. Pihak Pertamina pun mengapresiasi konsumen yang tetap memilih Pertalite sebagai bahan bakar bagi kendaraannya.

“Penyesuaian harga ini juga dalam rangka Pertamina tetap bisa bertahan untuk menyediakan BBM dengan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan secara terus-menerus, sehingga tidak mengganggu konsumen dalam beraktivitas sehari-hari di manapun,” terang Yudi.

Laporan: Gusnadi

Editor: Arman Hairiadi