eQuator – Sekadau-RK. Program ketahanan pagangan yang digaungkan pemerintah, tampaknya belum sepenuhnya berhasil. Buktinya, sampai saat ini produksi pangan, khususnya padi di Sekadau, belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Plt. Kepala Badan Penyukuhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sekadau, Yohanes Bayen mengakui kecukupan beras Kabupaten Sekadau baru mencapai 6,8 bulan. Artinya, selama setahun, kita masih mengalami kekurangan pangan untuk kebutuhan selama 5,2 bulan.
“Kekurangan hasil panen lokal ini disebabkan beberapa kendala. Seperti tidak produktifnya hasil padi,” ungkapnya, kemarin.
Ia menilai yang menjadi permasalahan tidak produktifnya hasil panen padi petani adalah ketergantungan sawah dengan alam sangat tinggi. Terhitung 77 persen sawah di Sekadau merupakan sawah tadah hujan yang sangat bergantung dari curah hujan.
Dalam kondisi kemarau, maka produksi padi petani akan sangat minim sehingga angka kecukupan padi sangat jauh dari cukup. “Beberapa wilayah sentra penghasil beras di Kabupaten Sekadau seperti Desa Semabi, Desa Merbang, Desa Rawak Hulu, total luas lahan sawah belum mampu memenuhi kebutuhan.
Pihaknya mengklaim guna meningkatkan hasil produksi beras, mendorong PPL untuk membina kelompok tani agar membentuk Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LPPM) yang akan menjadi wadah untuk penyaluran gabah petani sebelum dijual ke pihak penampung.
“Bulog sudah menyatakan kesiapan untuk menampung gabah petani dengan harga yang dapat menjamin perekonomiam rumah tangga petani padi.tetapi petani tidak ada yang menjual gabah mereka ke Bulog,” ungkapnya.
Repoter: Abdu Syukri
Editor: Kiram Akbar