Taksi Online Menjamur, Opelet Semakin Terjepit

Dishub Tegaskan Tidak Boleh Ngetem Sembarang Tempat

Ilustrasi

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tidak bisa dipungkiri, saat ini transportasi online banyak dilirik masyarakat Kota Pontianak. Baik itu yang bergabung sebagai driver maupun pengguna jasa angkutannya.

Di sisi lain, menjamurnya transportasi online membuat angkutan umum di Kota Pontianak semakin terpuruk. Salah satunya opelet. Angkutan kota yang selama ini sudah sulit mendapatkan penumpang, posisinya kian terjepit.

Dol, salah satu sopir opelet di Kota Pontianak. Pria 52 tahun ini sudah lima belas tahun menggeluti sebagai sopir opelet. Dirinya tak menyangka perkembangan dari masa ke masa akan membuatnya semakin sulit untuk mengumpulkan rupiah.

Menurutnya, saat ini sangat sulit untuk mencari penumpang. Pasalnya, rata-rata masyarakat Kota Pontianak sudah memiliki kendaraan pribadi, terutama sepeda motor. Kondisi ini semakin diperparah dengan menjamurnya mobil atau taksi online. “Saat ini pendapatan sudah sangat jauh turun, sekitar 50 persen,” jelas sopir opelet jurusan Siantan-Kapuas Indah ini, Senin (26/2).

Belum lagi kondisi jalan-jalan Kota Pontianak yang macet tidak lagi mengenal waktu, terutama ketika melintas di jembatan Kapuas dan Landak. Akibatnya, waktu untuk beroperasional habis di jalan. Sedangkan dalam sehari, hanya mendapat 5-10 penumpang. “Seharusnya dapat 3 kali narik, akhirnya cuma bisa dua bahkan 1 kali narik,” ungkapnya.

Keadaan sopir opelet ini kian terdesak tatkala pemerintah menerapkan sistem pembelian premium menggunakan kartu (e-money) di seluruh SPBU Kota Pontianak. Sementara itu, mereka tidak bisa antre di SPBU saat ada penumpang. Sehingga untuk membeli premium, dilakukan para sopir usai narik penumpang. “Mengisi kartu untuk pembelian premium ini sangat dikeluhkan, karena untuk makan saja sangat sulit,” keluh Dol.

Sopir opelet jurusan Kampung Bali-Siantan, Kiwan, juga mengeluhkan hal yang sama. Kakek 61 tahun ini berharap ada kebijakan yang diberikan pemerintah untuk para sopir opelet. Dirinya menginginkan  adanya keadilan dan kesetaraan yang mengikat semua jasa angkutan umum.

Dalam hal ini kata Kiwan, bukan berarti pihaknya ingin menghambat masyarakat. Berkaitan banyak yang memilih taksi online, itu menjadi hak masyarakat. “Tetapi, semua jasa transportasi harus betul-betul diatur yang jelas agar ada keadilan dan kesetaraan,” tuturnya.

Selama ini sopir opelet harus mengurus uji kir, ujian kir, izin usaha, SIM khusus dan retribusi. Semua itu ada ongkosnya yang dibayarkan kepada pemerintah. Sementara taksi maupun ojek online tidak. “Pilihannya apakah aturan yan berlaku pada sopir opelet dihapus atau taksi online diberikan aturan yang sama?” lugas Kiwan.

Kehadiran transportasi atau taksi online memang membuat masyarakat selaku konsumen dimanjakan. Cukup download aplikasinya, kapan saja masyarakat bisa menggunakan jasa angkutan umum ini. Tidak hanya untuk mengantar penumpang, setakat ini transportasi online juga dimanfaatkan mengantar pesanan atau barang.

Salah seorang taksi online di Kota Pontianak, yaitu Deri. Pria 3 tahun ini sudah hampir satu bulan jadi driver taksi di salah satu perusahaan transportasi online. Pekerjaannya ini untuk menambah penghasilan Deri. Sebab pekerjaan tetapnya sebagai driver di salah satu perusahaan swasta.

Dijelaskan Deri, seorang driver taksi online diberi target berupa poin. Jumlah maksimalnya 12 poin. Driver akan mendapat bonus sebesar Rp75 ribu jika berhasil menggapai poin minimal, yakni 7 point. Namun mendapat Rp100 ribu jika mengumpulkan 9 poin. Sedangkan jika mampu memperoleh poin maksimal, sang driver diberi bonus Rp300 ribu. “Jumlah poin itu sama dengan jumlah berapa kali kita menerima orderan atau ngantar konsumen,” ujar kepada Rakyat Kalbar, Senin (26/2).

Untuk metode pembayaran pun masyarakat diberi kemudahan. Ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu pembayaran tunai dan go pay. Pembayaran go pay dengan cara membeli saldo melalui aplikasi. Pembayaran dengan sistem ini lebih murah, selisihnya paling kecil Rp1.000. “Untuk driver sih sama saja, kalau go pay itu langsung ke saldo, kalau pakai tunai saldo kita di potong karena sudah dapat tunai,” jelasnya.
Dilanjutkan Deri, jika driver belum mencapai 7 poin, maka tidak akan dapat bonus. Hanya saja, penghasilannya diperoleh dari orderan tunai. “Untuk capai target sekarang sudah susah, karena drivernya sudah terlalu ramai,” ucapnya.

Dikatakannya, saat ini menjadi driver taksi online memiliki tantangan tersendiri. Keberadaan driver yang semakin banyak justru menjadi salah satu faktor mempersulit mereka untuk menggapai target. Faktor lainnya, seperti masih ada driver nakal yang meminta orderan fiktif dari penumpang. “Ya, harus sabar. Kalau ada orderan fiktifkan sesama driver itu kan sama-sama saling ngejar poin,” pungkasnya.

Fiktif yang dimaksud yaitu orderan yang sengaja di-setting. Driver meminta orderan, padahal tidak angkut penumpang benaran. “Akhirnya mereka dapat poin, itu yang memperhambat driver lainnya,” jelasnya.

Kendala lain yang tidak kalah bikin kesal, banyak pengguna main cancel orderan begitu saja. Hal tersebut tentu saja sangat berpengaruh ke driver. “Saya sering dapatnya,” ucapnya.

Sebagai penyedia jasa transportasi, Deri mengklaim mobil Avanza yang digunakannya harus dirawat dan bersih. “Mobil harus bersih luar dalam, kalau buat oli tergantung pemakaian kita lagi ya,” tukas Deri.

Senada diungkapkan driver taksi online lainnya, Yadi. Pria 32 tahun ini menuturkan pendapatan driver saat ini jauh berkurang. Driver sudah terlalu ramai, sehingga persaingan di lapangan semakin berat. Driver semakin bertambah, tapi pengguna jasanya tidak. “Tapi kembali lagi ke rejeki masing-masing,” lugasnya.

Target 7, 9 dan 12 poin harus diselesaikan dalam sehari. Kalau tidak selesai juga tidak masalah. “Dalam satu hari untuk saya sendiri jarang bisa sampai 12 karena sudah ramai driver,” ucapnya.

Disebutkannya, ada diwaktu-waktu tertentu bisa menghasilkan poin 12 lebih cepat. Seperti hari besar keagamaan dan kegiatan besar lainnya. “Itu tidak jadi patokan bisa tutup poin atau tidak,” katanya.

Untuk memaksimalkan pelayanan, Yadi menerapkan sistem tebar senyum dan keramahan. Kemudian memaksimalkan kondisi mobil yang harus bersih dan wangi.

“Kalau kotor di luar masih tidak terlalu gimana, jangan di dalam. Kalau di dalam wajib bersih,” jelas driver dengan mobil Xenia ini.

Berbicara tantangan, Yadi mengaku tidak terlalu banyak. Memang ada beberapa tempat yang tidak boleh jemput, seperti beberapa hotel dan Bandara. “Selama kita masih sopan sama orang tidak ada kendala,” pungkas Yadi.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak Utin Srilena Candramidi menegaskan, perusahaan transportasi online juga harus mengikuti aturan sebagaimana mestinya. Salah satunya mengurus izin.
“Walaupun sudah ada perwakilan dari transportasi online yang datang. Kita minta mereka taati aturan,” tegasnya, Senin (26/2).
Dijelaskannya, ada beberapa kisi-kisi yang harus ditaati transportasi online. Misalnya, para driver tidak boleh parkir atau ngetem (menunggu penumpang) di sembarang tempat, seperti di badan jalan, mall dan halte. Karena keberadaan mereka di lokasi-lokasi tersebut akan mengganggu masyarakat dan ketertiban lalu lintas.
Terkait aplikasi yang digunakan transportasi online, pihaknya akan melakukan berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Pontianak untuk pengawasannya. Walaupun kendaraan dipakai orang lain, maka tanggung jawab akan tetap kepada pihak yang melapor atau yang memiliki aplikasinya. “Kendaraan roda empat yang digunakan juga banyak tidak memiliki izin,” katanya.
Diakuinya, fenomena transportasi online ini bisa mengurangi angka pengangguran. Hanya saja ditegaskannya, kisi-kisi yang ada harus ditaati. Kemudian berdasarkan PM 108 2017, kendaraan roda empat yang digunakan harus ikut KIR. “Jadi masyarakat atau konsumen harus cerdas, kalau tidak ada izin dan KIR jangan mau karena suatu waktu bisa saja mobil itu tidak layak,” ucapnya.
Kelayakan kata Utin, tidak hanya dilihat dari fisiknya. Tapi juga bisa dilihat dari kondisi teknis yang ada di dalamnya.
Sementara terkait kendaraan umum seperti opelet yang dulu cukup digandrungi masyarakat Kota Pontianak, Utin mengimbau untuk melakukan desain ulang agar dapat lebih menarik.
“Coba masuk ke koperasi atau ada pengusaha mereka satu kelompok di desain kembali agar orang tertarik untuk menaiki opelet, sekarang masih juga tetap jalan dengan rute-rute yang ada,” imbuh Utin.

 

Laporan: Achmad Mundzirin, Rizka Nanda, Maulidi Murni

Editor: Arman Hairidi