Penghasilan Petani-petani Sahang Desa Tengon Bisa Rp20 M perbulan

Dua Desa di Air Besar Pilot Project Penanaman Malada

BANTUAN BIBIT. Wakil Bupati Landak, Herculanus Heriadi, memberikan sambutan saat acara penyerahan bibit sahang bantuan dari Bank Kalbar kepada dua kepala desa di Kabupaten Landak, Kamis (4/1). Antonius-RK

Bank Kalbar telah melaksanakan kewajiban sosialnya di Kabupaten Landak, dua hari lalu (4/1). Dua desa di Kecamatan Air Besar, Sempatung dan Tengon, dibantu bibit lada dari program Corporate Social Responsibility (CSR) bank daerah tersebut.

Antonius, Ngabang

eQuator.co.id – Seribu bibit lada/sahang diserahkan secara simbolis dari Wakil Bupati Landak, Herculanus Heriadi, kepada dua kepala desa. Ia mengakui, tidak semua desa di Landak yang mendapatkan bantuan program CSR itu.

“Memang ada sejumlah desa di Landak yang berpotensi untuk ditanami lada selain dua desa yang menerima bantuan itu. Namun demikian, hingga saat ini, cara menanam tanaman lada yang dilakukan masyarakat masih tergolong tradisional,” tuturnya, Kamis (4/1).

Ia berharap pihak terkait mengajari masyarakat cara menanam sahang yang baik dan benar. Apalagi, bibit sahang yang dibagikan itu tergolong jenis baru.

“Saya menginginkan bantuan bibit sahang yang sudah diberikan itu dikelola dengan baik oleh masyarakat dan dikembangkan agar berhasil,” harap Heriadi.

Menurut dia, potensi pengembangan tanaman sahang di Desa Sempatung dan Desa Tengon itu sangat besar. “Hal ini dikarenakan cuaca di kedua desa itu cukup dingin dan cocok untuk tanaman sahang. Silakan masyarakat Landak mengembangkan tanaman ini,” pintanya.

Dari penelusuran Wakil Bupati, masyarakat di dua desa itu masih menjual ladanya ke kabupaten tetangga. Yakni ke Kabupaten Bengkayang dan Kecamatan Entikong di Kabupaten Sanggau.

“Waktu saya berkunjung ke Desa Tengon, saya mendapat laporan dari masyarakat jika pemasaran lada di desa itu melalui (Kecamatan) Suti Semarang, Kabupaten Bengkayang,” ucap Heriadi.

Dari penjualan lada Desa Tengon saja, lanjut dia, hampir Rp20 miliar perbulan didapat para petani. “Untuk di Landak sendiri belum ada yang menerima (menampung) lada tersebut, ada kepikir bagi saya (kalau menampung,red), bisa-bisa saya jadi tauke,” selorohnya.

Diungkapkan Wakil Bupati, jika lada hasil petani itu dibawa ke Bengkayang melalui Suti Semarang, tentu akan dibawa lagi ke Entikong. “Padahal jalan menuju Ngabang sudah mulai tembus dan jalan menuju Suti Semarang sudah tidak bisa dilalui,” tandas Heriadi.

Mendengar arahan Wakil Bupati, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Landak, Vinsensius menyatakan, akan terus melakukan pengawalan terhadap penanaman sahang di kedua desa itu. “Dimulai dari tahap penerimaan, pemeliharaan, sampai kepada hasilnya,” ucap Vinsen, karib dia disapa.

Bantuan bibit lada yang dibagikan itu merupakan jenis Malada. Makanya, penanaman sahang jenis baru di dua desa itu merupakan pilot project atau percontohan.

“Bibit sahang Malada itu berbeda dengan bibit sahang lainnya. Pada batang bawahnya berbeda dengan stek,” tuturnya.

Menurut dia, sudah ada contoh keberhasilan bibit lada jenis Malada itu. Walaupun mereka tetap mempertahankan jenis tanaman yang sudah biasa ditanam oleh masyarakat setempat.

“Kita memahami juga kebiasaan petani di Desa Sempatung dan Tengon. Makanya penanaman lada jenis baru di kedua desa itu sebagai percontohan. Jika ini berhasil akan kita kembangkan lagi di wilayah kecamatan yang ada di kabupaten Landak ini,” harap Vinsensius. (*)