Marinir Serbu Pantai Kura-kura

Latihan Operasi Pertama TNI AL di Kalbar

LATIHAN OPERASI. Pasukan Marinir melaksanakan latihan operasi pendaratan amfibi di Pantai Kura-kura, Karimunting, Sungai Raya Kepulauan, Bengkayang, Minggu (26/11). Ambrosius Junius-RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Ribuan pasukan Korps Marinir melaksanakan latihan operasi pendaratan amfibi di Pantai Kura-kura, Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Minggu (26/11). Bersandikan Raksa Yudha 17, latihan TNI AL ini merupakan pertama kali digelar di Kalbar.

Latihan ini dilaksanakan Satuan Pasukan Marinir (Pasmar) 2 Jakarta dan jajarannya. Ada pula Resimen Artileri Marinir (Menart), Resimen Kavaleri (Menkav) Marinir, Resimen Bantuan Tempur Marinir (Yonkes, Yonkom, Yonbekpal, Yon Taifib), Brigif 2 Marinir (Yon 2 Mar,Yon 4 Mar, Yon 6 Mar). Tujuan latihan ini untuk membina, menyiapkan kekuatan serta kemampuan unsur-unsur pertahanan pangkalan dan menyelenggarakan tugas-tugas pengamanan pangkalan utama TNI AL di wilayah Lantamal dan pembinaan Satuan Yonmarhanlan.

Disaksikan langsung Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolimlamil), Laksamana Pertama TNI Yudo Margono dan Staf Kogasratmin, Komandan Pasmar 2  Brigjen TNI (Mar) Nur Alamsyah, Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) XII Pontianak Brigjen TNI (Mar) Endi Supardi.

Latihan diawali prajurit Bataliyon Intai Amfibi (Yon Taifib) diterjunkan secara rahasia. Satuan elit dalam Korps Marinir itu melakukan infiltrasi “mengintip” kekuatan musuh dan untuk mengetahui kondisi alam pantai pendaratan.

Sekira pukul 03.30 WIB, sepuluh Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) berformasi pada jarak aman dari bibir pantai. Penyerbuan amfibi dimulai, untuk merebut pantai. Puluhan tank Batalyon Tank Amfibi 1/Marinir (Yontankfib /Mar) menjadi gelombang pendarat pertama.

Tank-tank itu keluar dari lambung kapal yang mengangkutnya, lalu   bergerak mengapung menuju pantai. Musuh dipantai dihabisi. Mereka berhasil mendarat, pantai pun dikuasai.

Namun demikian, tank-tank mendapat perlawananan dari musuh yang bersembunyi di sebuah bukit tidak jauh dari pantai. Keberadaan musuh tersebut sangat membahayakan gelombang pendaratan berikutnya.

Dari pantai, berformasi tank-tank tersebut mengarahkan meriamnya ke target sasaran, yaitu sebuah bukit. Secara bergantian tank tersebut menyemburkan amunisinya. Tidak hanya itu, berondong senapan mesin dari tank dimemuntahkan pelurunya mengarah ke bukit tersebut.

Gelombang kedua menggunakan kendaraan pendarat amfibi  mengangkut pasukan pendukung dan perlengkapan. Mereka maju menyerang bersama tank untuk  menduduki sasaran. Pendaratan berikutnya dari unsur lainnya untuk membantu pasukan yang terlebih dahulu mendarat dan menghancurkan kedudukan musuh yang masih berada di sekitar pantai.

Kemudian unit kendaraan amfibi pengangkut unsur artileri medan  howitzer 105 mm pun mendarat. Artileri ini ditempatkan pada  titik penembakan. Selanjutnya memberikan tembakan posisi musuh yang sulit dijangkau.

Posisi musuh telah dihancurkan. Pasukan penyerbu mendarat, dari kapal perang ke bibir pantai diangkut menggunakan kapal pendarat. Barulah pasukan penyerbu bergerak maju merangsek ke dalam.

Semua peluru, roket, mortir, material sungguhan, maka diperlukan kedisiplinan sangat tinggi dalam pelaksanaannya.

Kendaraan tempur milik Marinir yang dikerahkan dua unit Multi Launch Rocket System (MLRS) RM70 Vampire kaliber 122 milimeter. 12 unit Tank Amfibi BMP-3F, 15 unit Panser Amphibi BTR 50, empat unit kendaraan lapis baja amfibi BTR – 4, tiga unit KAPA kendaraan amfibi pengankut artileri, dua unit Hino Dutro Amo, dan satu unit Aligator.

Sedangkan Kendaraan Taktis (Rantis) satu unit Unimog, empat unit KIA, empat unit Sepeda Motor Trail, dua unit Ganila, dua uniy Ranbok, dua unit Truck LC, empat unit Truck SC. Senjata lainnya, ratusan pucuk senapan serbu serta Dua unit Artileri medan  howitzer 105.

Unsur  Alutsista/KRI diantaranya KRI Teluk Bone, KRI Teluk Lampung, KRI Teluk Amboina, KRI Sutanto, KRI Mentawai, KRI Louser dan KRI Tanjung Nusanive digunakan sebagai Kapal Markas Komando Tugas pendaratan administrasi.

Latihan yang digelar TNI AL ini adalah latihan operasi pendaratan amfibi dan operasi pendaratan administrasi. Pendaratan Amfibi dilaksanakan Korps Marinir, sedangkan pendaratan pendaratan administrasi dilaksnakan Komando Lintas Laut Militer. Pelaksanaannya sejak 21 November berangkat dari Jakarta, dilanjutkan dengan tahapan embarkasi. Setelah itu operasi lintas laut dan pendaratan amfibi ini.

Operasi pendaratan administrasi adalah pemindahan atau membawa kekuatan satuan darat beserta peralatan dari titik embarkasi untuk didaratkan ditumpuan pantai yang telah dikuasai.

“Dalam lintas laut ini juga melaksanakan latihan-latihan, karena untuk mengantispasi serangan udara, kapal permukaan maupun kapal selam lawan” kata Pangkolimlamil Lakasamana Pertama TNI Yudo Margono, kepada wartawan disela latihan.

Sepuluh KRI dikerahkan diantaranya enam kapal pendukung atau kapal angkut. Kemudian empat kapal tabir lindung atau sebagai pelindung dari serangan udara, kapal permukaan atau kapal selam musuh.

“Ini untuk meningkatkan profesionalisme prajurit, latihan ini melibatkan parjurit marinir maupun ABK kapal perang,” paparnya.

Latihan ini melibatkan empat Komando Utama (Kotama) TNI AL yaitu Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), Korps Marinir (Komar), Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dan Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal). Sebab saat latihan lintas laut, TNI AL juga melaksanakan latihan serangan udara.

“Personil yang kita libatkan sebanyak 1500 dari ABK kapal, sementara 1745 pasukan Marinir. Ini pertama kali di Kalbar, tapi latihan ini sering kita laksanakan. Merupakan latihan operasi laut gabungan baik itu di Kaltim maupun di Natuna. Ini kita laksanakan di Kalbar,” terangnya.

Terkait kehadiran Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) di Kalbar, dijelaskannya, hal itu merupakan include atau kelengkapan dari Lantamal XII Pontianak yang baru terbentuk dua tahun yang lalu.

“Batalyon itu tidak terpisahkan dari Lantamal. Jadi fungsi utamanya melaksanakan pertahanan pangkalan,” tutupnya.

Sementara Komandan Pasmar 2  Brigadir Jenderal TNI (Mar) Nur Alamsyah mengatakan, Yonmarhanlan sudah ada struktur organisasinya. Yang biasa digunakan ada personil infantri, ada pertahanan udara, karena memang fungsi utamannya untuk mempertahankan pangkalan. Ke depan kata dia, hanya dimodernisasi, tidak akan ada penambahan yang lebih besar.

“Kelengkapan dari Lantamal sebagai satuan yang melaksanakan tugas pertahanan pangkalan. Batalyon ini satu paket dengan Lantamal,” pungkasnya.

Laporan: Ambrosius Junius
Editor: Arman Hairiadi