Produk Lokal Berhasil Memecah Dominasi Pasar China

Transformasi Ritel Offline ke Online Butuh Sosialisasi

DISKUSI-Salah seorang mentor saat menyampaikan materi yang disertai tanya jawab dengan peserta dalam Kenduri e-UMKM di Hotel Harris Pontianak-Gusnadi/RK.

eQuator.co.id-Pontianak-RK. Transformasi dari offline ke online bukanlah perihal mudah, sekalipun prosesnya cepat, mudah dengan jangkauannya yang luas namun penjualan produk secara online atau e-commerce sangat penting untuk disosialisasikan. Hal itu lantaran tidak seluruh UMKM yang tahu dan paham dalam penggunaannya.

David E Summual, Chief Ecconomist BCA mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, saat ini penjualan secara online di Indonesia masih terbilang sangat rendah, atau hanya 5 persen saja. Namun bukan tidak mungkin angka tersebut bisa meningkat dengan banyaknya produk lokal yang handal baik secara kuantitas maupun kualitas, serta dipasarkan secara luas melalui e-commerce.

“Kita ingin mendorong agar pelaku UMKM online ini tidak hanya menjual produk asing, bahkan hanya menjadi sarana produk impor, namun kita ingin mengangkat produk-produk lokal, sebab rata-rata pemain besar ini dimulai dengan usaha kecil, contohnya Tokopedia, ini juga dibuat oleh orang daerah,” ujarnya.

Hal itu disampaikan David dalam acara e-Kenduri UMKM yang digelar dan bekerjasama dengan Assosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) di Hotel Harris Pontianak, Selasa (7/11) pagi kemarin. Kegiatan yang merupakan bentuk edukasi pengembangan produk dan pemasaran tersebut, diikuti oleh ratusan pengusaha muda dari Kalbar maupun luar Kalbar.
“Kegiatan ini masih bersifat pengenalan serta edukasi kepada pelaku UMKM, yang mana kita kelihat tren e-commerce di Indonesia terjadi peningkatan yang cukup pesat, tak terkecuali di Pontianak,” ujarnya.

Sekalipun nilainya masih relatif lebih kecil, namun sejauh ini produk luar negeri seperti China dan lain sebagainya sudah menurun penjualannya secara online. Dipaparkannya, ini dikarenakan produk lokal sudah mulai tampak dan menjadi pesaing bagi produk luar negeri tersebut.

“Kemarin-kemarin kita hanya mengenal dengan berbagai produk yang sudah familiar saja, seperti shampoo, kosmetik, dan lain-lain, namun sekarang sudah banyak yang membuat produk-produk ini dari hasil UMKM lokal yang bisa memecah didominasi oleh pemain besar, dan ini yang terus kita dorong,” tukasnya.

Senada dengan itu, anggota idEA yang juga duduk selaku CEO Sprint Asia, Setyo Harsoyo mengatakan, pihaknya akan terus mendorong dengan memberikan bantuan atau memfasilitasi berbagai kebutuhan yang dibutuhkan oleh pelaku UMKM, termasuk dari segi permodalan.

“Dengan bekerjasama dengan perbankan tentu yang dibutuhkan UMKM penyaluran dana permodalan, bisa melalui dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat kita fasilitasi,” katanya.

Kemudian dari segi pemasarannya, pihaknya akan memberikan pelatihan bagaimana UMKM dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Seperti cara membuat website, lalu promosi melalui online baik Facebook, Instagram dan aplikasi serta teknolgi lainnya yang dibutuhkan dan diajarkan pada peserta worshop.

“Kemudian networking yang juga kita bisa bantu, idEA dengan anggota sudah 310, bisa menjadi network bagi pelaku UMKM, sehingga harapan kita mereka bisa lebih berkembang,” lugasnya.

Laporan : Gusnadi
Editor : Fikri Akbar