eQuator.co.id – Pontianak-RK. Sebagai kontribusi terhadap Hari Jadi Kota Pontianak yang ke 246, warga lima RT dan satu RW di Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, menggelar saprahan besar-besaran. Upaya melestarikan budaya ini sudah ketiga kalinya diselenggarakan.
Yang luar biasa, kegiatan tersebut terselenggara berkat swadaya masyarakat setempat. Mereka saling menyumbang untuk acara itu.
“Di setiap rumah, lauk pauknya kita sudah tentukan menu nya. Siapa yang bisa memasak sambal haji dolah, paceri nanas, ya masak itu. Jadi tidak terpusat. Setiap rumah ada tugas masing-masing,” ungkap Ketua RT 3/RW 1 Gang Bansir 2, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Ade Hermanto, Sabtu (21/10) pagi.
Saprahan tersebut mereka lakukan, ia menerangkan, sebagai bentuk melestarikan budaya agar tidak punah ditelan kemajuan zaman. Supaya generasi muda mengetahui dan belajar adat istiadat saprahan.
“Jadi ini makan bersama, sama derajatnya. Tidak ada perbedaan suku, ras, agama, dan kedudukan. Untuk melestarikan budaya yang ada, dan ini merupakan ide dari masyarakat,” jelas Ade.
Saprahan ini difokuskan di Gang Bansir 2. Sajian makanannya tersusun rapi tanpa menghilangkan kearifan lokal cara penyajiannya. Sepanjang sekitar 210 meter, melibatkan sekitar 750 warga.
Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, dan Kapolsek Pontianak Selatan, Kompol A. Mukhtar, terlihat menghadiri acara ini. Sebelum memulai makan saprahan, warga setempat mempersembahkan tarian tradisional kepada tamu.
Ade melanjutkan, tidak hanya mengenalkan budaya, saprahan juga untuk mempererat silaturahmi. Para tamu yang hadir tidak ada yang dibedakan.
“Ibarat pepatah mengatakan, duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” tuturnya.
Lanjut dia, Wakil Wali Kota Edi Kamtono berencana memecahkan rekor MURI untuk saprahan terpanjang. Ade sangat mendukung wacana tersebut.
“Kami apresiasi ide dari Wakil Wali Kota sehingga kami siap untuk mensukseskan rekor MURI tahun depan,” tukas Ade.
Usai makan, Edi menjelaskan, saprahan yang digelar warga Bansir merupakan tradisi setempat dalam memeriahkan Hari Jadi Kota Pontianak. Makan saprahan, kata dia, merupakan budaya Melayu dalam menyambut atau menghormati tamu, yang diimbangi kesenian budaya seperti pakaian khas Telok Belanga dan Baju Kurung.
“Dengan adanya kegiatan ini, semoga bisa meningkatkan silaturahim dan melestarikan serta mengangkat budaya khas Melayu,” ucapnya.
Edi meminta ada inovasi pada acara saprahan mendatang. Ia membenarkan wacana membuat rekor MURI saprahan terpanjang. Ancer-ancer upaya memecahkan rekor tersebut dilaksanakan di Gang Bansir yang melingkar hingga ke gang sebelahnya.
“Sehingga, kalau kita hitung, panjang dan pesertanya bisa mungkin ribuan, dengan varian makanan yang khas,” jelas mantan Kepala Dinas PU Pontianak ini.
Nah, ia menerangkan, jika kegiatan itu bisa dikemas dan terorganisir, mendatangkan pertumbuhan ekonomi tersendiri. “Masyarakat luar bisa datang dan kita bisa berikan space khusus untuk mereka, sama-sama untuk makan saprahan ini dan ini merupakan destinasi wisata unggulan juga,” imbuh Edi.
Untuk menarik wisatawan dari luar negeri ikut saprahan di Pontianak, ia menyebut cukup mudah dilakukan. “Kita streaming di media social, kita bumbui dengan entertain dan hal-hal yang membuat nilai plus untuk membuat mereka penasaran dan akhirnya datang,” pungkasnya.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Mohamad iQbaL