eQuator.co.id–Pontianak-RK. Setrum dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Pontianak dan sekitarnya yang kerap mampus beberapa hari terakhir ini menuai keluhan masyarakat. Kondisi tersebut terjadi hingga Senin (2/10). PLN menyatakan, byarpet itu karena faktor alam.
Arif Fajri Rahman (19), warga Pal V, Kecamatan Pontianak Barat, mengatakan listrik padam di daerahnya sekitar pukul 17.30. Menyala kembali sekitar pukul 19.00.
“Saya kebetulan di rumah teman, dan listrik juga padam dari sebelum Magrib hingga menjelang Isya,” tutur Arif, kepada Rakyat Kalbar.
Warga Jalan Tabrani Achmad, masih di kecamatan yang sama, Nicholas membenarkan terjadi pemadaman di kawasan itu. “Padamnya kurang lebih satu jam, dari jam 18.00 sampai jam 17.00,” tuturnya.
Ia mengaku khawatir dengan padamnya listrik. Sebab di saat yang sama, hujan lebat tengah terjadi.
“Cemas saja, komplek perumahan kami rawan banjir, kalau listrik padam tentu lebih repot,” terang Nicholas.
Bahkan, sebelumnya, lanjut dia, listrik sempat tewas dari pukul 15.30 hingga 16.30. “Jadi dalam sehari dua kali padam,” ujarnya.
Pantauan koran ini, pemadaman listrik ini juga terjadi di sepanjang Jalan Ampera dan Perdamaian. Pun demikian di Perumnas III, Kecamatan Pontianak Timur. Listrik padam juga terjadi sekitar pukul 18.30. Terhentinya suplai listrik tidak lama. Hanya sekitar 15-20 menit.
“Tapi sempat padam juga listrik di sini,” tutur seorang warga Perumnas III, Sebastianus.
Warga di pusat Kota Pontianak juga tak luput dari pemadaman tersebut. Di seputaran Jalan Dr. Setia Budi, Kecamatan Pontianak Selatan, listrik padam hampir satu jam. Bahkan Selasa siang (3/10), kawasan yang didominasi pebisnis ini harus menggunakan generator set (Genset) untuk mendapat pasokan listrik.
Dikonfirmasi, Manager Area Penyalur dan Pengatur Beban (AP2B) PLN Wilayah Kalbar, Ricky Cahya Adrian mengatakan, terganggunya suplai listrik ke pelanggan disebabkan faktor cuaca. Hujan lebat dan angin kencang yang disertai petir, kata dia, mengganggu jaringan transmisi Bengkayang-Singkawang.
Hal itu menyebabkan sistem Khatulistiwa kehilangan daya sebesar 140 megawatt. “Kami mohon maaf karena terganggunya suplai listrik,” tuturnya.
Ricky menambahkan, pascakejadian itu, pihaknya segera melakukan perbaikan. “Tinggi tower 35 meter, sehingga resiko tersambar petir lebih mungkin. Saat itu juga kami lakukan mitigasi untuk memperbaiki proteksi petir,” terangnya.
JARINGAN DIHAJAR ALAM, PLN HARUS PUNYA RENCANA CADANGAN
Terpisah, anggota DPR RI dari Dapil Kalbar, Katherine Angela Oendoen menyayangkan kondisi listrik di Kalbar yang masih sering byarpet. “Jika pun listrik byarpet terjadi karena faktor alam, PLN harus punya PLN emergency plan terpadu untuk menjamin pasokan listrik ke pelanggan tetap aman,” tuturnya..
Menurut dia, kondisi listrik yang byarpet tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan tapi juga membawa dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Kegiatan perekonomian masyarakat bergantung pasokan listrik. Belum lagi, banyak peralatan yang bisa rusak akibat tidak stabilnya suplai listrik. Kondisi ini akan membebani masyarakat.
Katherine berharap masyarakat selalu kritis terhadap pelayanan yang diberikan PLN. Jika dirasa kurang, kritik bisa disampaikan melalui media yang telah disediakan. Sebab, pelaporan terperinci dan akurat mengenai pelayanan PLN di daerah akan menjadi bahan evaluasi guna perbaikan kedepannya.
“Kami selalu mengadakan pengawasan melalui mitra kerja, yakni Kementerian ESDM serta Dirut PLN. Harapannya pengawasan ini menjadi kontrol agar persediaan dan suplai listrik tetap terjaga,” pungkasnya.
Di sisi lain, Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya menegaskan, kondisi listrik untuk areal Khatulistiwa sudah mulai surplus tahun ini. Nanti, dengan adanya tambahan-tambahan pembangkit pada 2019-2025, surplus listrik Kalbar bisa mencapai 70 persen.
“Tahun ini posisi Khatulistiwa kita sudah aman sebenarnya, kan sudah jarang pemadaman bergilir, kadang-kadang ada karena maintenance (perawatan),” tuturnya.
Ia menilai, dari waktu ke waktu, tentu perlu ada maintenance. Kerusakan pada mesin pun, menutur Christiandy, sesuatu yang wajar.
“Tapi setahu saya tidak separah dulu, kan kita harus akui itu,” pungkasnya.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Mohamad iQbaL