“Kalau hasil akhir tidak sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan, kan kasian dengan anak ini (mahasiswa kebidanan). Mereka mau jadi apa?”
Masyitha, Ketua I IBI Pusat
eQuator.co.id – Pontianak-RK. Rasio mahasiswa kebidanan di Kalbar dinilai tidak seimbang dengan kebutuhan pemerintah. Maka jangan heran, lulusan Akademi Kebidanan (Akbid) masih banyak yang belum bekerja alias pengangguran.
Di Indonesia, jumlah sekolah atau civitas kebidanan tercatat sebanyak 700-an lembaga. Khusus di Kalbar, belum mencapai 10 universitas. Kualitas pendidikan kebidanan di ‘Bumi Borneo Barat’ ini pun bervariasi.
“Harusnya mereka memperhatikan rasio dosen dan mahasiswa,” ucap Ketua I Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Pusat, Masyitha, SST, SKM, M.Kes kepada Rakyat Kalbar di Pontianak, pekan lalu.
Masyitha memaklumi ketidaktelitian otoritas terkait melihat kondisi rill dunia kesehatan, khususnya tenaga bidan. “Tapi kadang-kadang namanya juga manusia. Jadi tidak sesuai standar,” kritiknya.
Stakeholder terkait disarankan melihat output-nya seperti apa. Boleh atau sah-sah saja mahasiswa kebidanan sebanyak itu. Tapi kalau hasil akhir tidak seperti cita-cita atau visi misi, bakal jadi sia-sia.
“Kalau output-nya tidak sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan atau tidak sesuai dengan user, kan kasian dengan anak ini (mahasiswa bidan), dia (lulusan, red) mau jadi apa,” tegas Masyitha. (dsk)