Seragam Paramedis Kerap Berubah dari Putih ke Cokelat

Jalan Tak Bisa Dilalui, pun Dilarang Melintasi Jembatan

DITANDU. Warga Seponti, Triana, yang mengidap asma terpaksa ditandu menuju Puskesmas Telaga Arum, Kecamatan Seponti. Infrastruktur di sana rusak parah, tak bisa dilalui kendaraan. NETIZEN FOR RAKYAT KALBAR

eQuator.co.idSeponti-RK. Sulitnya akses menuju lokasi pelayanan kesehatan dialami masyarakat Kecamatan Seponti, Kayong Utara. Jangankan mobil, sepeda motor saja tak mampu menembus infrastruktur jalan yang buruk di sana.

Kamis (7/9), Triana mau tak mau harus ditandu warga dan keluarganya melalui akses jalan satu-satunya untuk menuju Puskesmas Telaga Arum, Kecamatan Seponti. Perempuan berusia 35 tahun asal TR 7 Transmigrasi Seponti itu menderita asma.

“Untuk membawa pasien terpaksa ditandu, karena mobil saya sudah tidak bisa menembus jalan menuju Puskesmas, karena jalan berlumpur dan licin,” tutur Kepala Puskesmas Telaga Arum, Kosim.

Ambulans di Puskesmas itu pun tak bisa berfungsi. Alhasil, Kosim harus merelakan mobil pribadinya digunakan mengangkut warga yang sakit. Jalan menuju puskesmas sejatinya dapat diakses dari dua arah, namun saat ini kesemuanya rusak parah.

Kosim menjelaskan, Triana merupakan pasien kesekian yang dijemput oleh dirinya dan awak Puskesmas Telaga Arum dari rumah dengan mobil pribadi sudah cukup lama berubah fungsi menjadi kendaraan antarjemput pasien tersebut.

“Ini masih belum seberapa. Kalau musim hujan sudah masuk, mobil biasa justru terjebak di dalam lumpur dan terpaksa ditinggal, kalau dipaksakan mobil bisa terguling,” ungkapnya.

Tak jarang, paramedis yang hendak berangkat atau pulang dari program Puskesmas keliling harus melepas sepatu atau pakaiannya yang serba putih. Pasalnya, seragam perawat kerap berubah cokelat akibat terjatuh di jalan yang licin.

Kondisi jalan yang luar biasa buruk diperparah dengan tak bisa digunakannya jembatan penyeberangan semata wayang di kawasan tersebut. Setakat ini, jembatan itu resmi ditutup dengan palang pintu bertuliskan larangan melintas.

Penyebabnya, jembatan memang rusak sehingga berbahaya untuk dilintasi orang maupun kendaraan. “Jadi terpaksa harus memutar mencari jalan alternatif yang lebih jauh,” beber Kosim.

Kesusahan warga dan para pelayan kesehatan di Seponti belum berakhir sampai di situ. Sebab, mereka masih harus berjuang jika pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit Agoes Djam di Kabupaten Ketapang. Di Kayong Utara sampai saat ini belum tersedia rumah sakit.

Konon, harapan dan usulan untuk perbaikan infrastruktur jalan sudah disampaikan kepada pihak terkait, namun sampai saat ini belum juga ada perubahan.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan dan Kesehatan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kayong Utara, dr. Lukman Harahap menyebut, jika ambulans bisa berfungsi pun tak akan mampu melintasi jalan rusak di Seponti.

“Karena memang jalan becek aja makanya ditandu,” tuturnya.

Menurut dia, jalan di Seponti tengah diperbaiki. Lukman menyarankan akses jalan tersebut direhab separuh dulu.

“Dan tumpukan materialnya cukup mengganggu. Kalaupun ambulans doubel garden, tidak mampu di jalan sana,” pungkasnya.

Di sisi lain, anggota DPRD Kayong Utara asal Seponti, Ngadikun baru tahu ada warga di wilayah itu yang harus ditandu untuk mendapat layanan kesehatan. Ia menduga area jembatan yang tidak bisa dilintasi dikarenakan ada pekerjaan proyek yang saat ini sedang berlangsung.

“Kemarin bagus-bagus saja, itu mungkin masalah pekerjaan proyek, jembatan itu. Saya akan coba koordinasi lagi dengan pihak pekerja proyek, karena untuk perbaikan jembatan itu tidak boleh lama-lama,” tuturnya via seluler kepada Rakyat Kalbar.

Ngadikun menambahkan, “Kalau memang ada pekerjaan proyek, seharusnya kontraktor itu membuat jalan alternatif agar jalan itu bisa dilewati mobil”.

Politisi Golkar ini menyatakan, beberapa ruas jalan khusus di Kecamatan Seponti memang masih kurang baik kondisinya. Tanah masih mendominasi struktur sejumlah jalan di sana. Sehingga ketika musim hujan kendaraan cukup sulit untuk dilewati.

“Yang jelas, untuk jalan arah ke Durian Sebatang, Sungai Sepeti, dan Telaga Arum, itu cukup memprihatinkan. Itu hanya ada badan jalan saja, belum ada bebatuan, masih tanah,” pungkas Ngadikun.

 

Laporan: Kamiriluddin

Editor: Mohamad iQbaL