Superhero Mania, Komunitas Pengagum Para Pemberantas Kejahatan

komunitas pecinta superhero

Para penggemar superhero di Indonesia ternyata cukup banyak. Tidak hanya sebagai fans, mereka juga mengoleksi pernak-pernik jagoan berkekuatan super itu. Mulai komik, stiker, gantungan kunci, hingga action figure pahlawan idola mereka.

eQuator – Wajah Hasmi sumringah. Air muka komikus bernama asli Harya Suraminata yang seharian terlihat murung tersebut langsung berubah tatkala sekitar 15 orang bertamu di rumahnya di kawasan Karangwaru Lor, Jogjakarta. Mereka adalah para anggota komunitas Superhero Mania yang mengadakan gathering di rumah Hasmi.
“Sering-sering ke sini Mas. Kalau ada tamu begini, Bapak senang sekali. Jarang-jarang Bapak tersenyum begini,” kelakar Mujiwati, istri Hasmi.
Ibarat anak-anak yang bertemu idola masa kecilnya, para anggota langsung menyerbu Hasmi. Mereka curhat hingga memamerkan sketsa bikinan mereka.
Salah satunya adalah Iyan Rialdi, anggota komunitas dari Makassar. Dia menunjukkan sketsa Gundala yang dibuat beberapa waktu lalu. Hasmi lantas mengambil bolpoin dan membubuhkan tanda tangan di atas kertas bergambar sosok superhero bikinan Iyan.
Iyan yang bangga lantas memamerkannya kepada rekan-rekan sesama anggota untuk dipotret. “Jarang-jarang dapat kesempatan begini,” ujar Iyan.
Bukan hanya Iyan, anggota lain bergiliran menghambur ke Hasmi. Selain memamerkan karyanya, mereka curhat kepada salah seorang legenda komikus Indonesia tersebut. Mereka juga mempertanyakan ke mana sang pahlawan Gundala Putera Petir yang sudah lama ‘menghilang’.
“Kami rindu ingin menyimak aksi Gundala lagi,” kata Ajie Ekana, anggota dari Bandung.
Hasmi menuturkan bahwa sang jagoan itu saat ini tidak bisa lagi memamerkan aksinya di komik. Jika Superman lemah oleh kryptonite, Gundala kalah oleh hak cipta. Jagoan dengan senjata petir itu terbelenggu urusan hak paten yang kini sudah tidak di tangan Hasmi. Karena itu, semua aksi Gundala harus seizin perusahaan pemilik hak cipta tersebut.
Lelaki 57 tahun itu menuturkan, kini Gundala sebenarnya sudah lahir kembali. Jika dulu aksinya bisa diikuti di komik, kali ini Gundala hadir secara langsung dalam road show pertunjukan teater yang dipentaskan Teater Gandrik Jogjakarta (4-5 Juli nanti dipentaskan di Surabaya, Red).

Harya Suraminata
Harya Suraminata

Hasmi juga ikut bermain dalam lakon yang naskahnya ditulis Goenawan Mohamad tersebut. Hasmi menjadi cameo. Yakni, muncul singkat tapi perannya sangat penting. Dalam pentas tersebut, tampil pula Butet Kartaredjasa, tokoh Sentilun dalam parodi Sentilan-Sentilun itu.
“Hampir mirip Stan Lee di film-film Marvel Comics,” ujar Ajie. Stan Lee merupakan komikus kondang pencipta superhero di Amerika Serikat. Dia ‘melahirkan’ pahlawan super seperti Spiderman, Fantastic Four, liga pahlawan yang tergabung dalam The Avengers, hingga kelompok mutan di komik X-Men. Semua jagoan yang awalnya di komik itu kini sudah bisa memberantas kejahatan di film layar lebar.
Namun, nasib Stan Lee dan ‘Stan Lee’-nya Indonesia, Hasmi, bertolak belakang. Hasmi kini tinggal di rumah kontrakan. Kondisi kesehatannya menurun. Keinginannya untuk melanjutkan Gundala juga terbelenggu. Karena itu, para anggota Superhero Mania ingin Hasmi menciptakan superhero lagi di komik baru.
Presiden Superhero Mania Yosafat Agus mengungkapkan, kunjungan mereka ke rumah Hasmi sejatinya ingin menghidupkan kembali Gundala. Namun, melihat situasinya seperti itu, mereka tidak bisa memaksa Hasmi. “Dalam hati, kami ingin dibuatkan superhero lagi. Tapi, kok nggak tega kalau minta-minta ke Pak Hasmi. Kasihan beliau,” kata lelaki yang akrab dipanggil Yos tersebut.
Jika Gundala memang tidak bisa lagi dihidupkan, Yos mengusulkan kepada Hasmi untuk membuat superhero yang sama sekali baru. Superhero tersebut, kalau perlu, tidak punya hubungan apa pun dengan Gundala. Tujuannya, tidak ada sengketa hukum pada masa mendatang.
“Nanti Pak Hasmi yang membuat konsep superheronya, biar teman-teman yang meneruskan kisahnya. Pak Hasmi tinggal menceritakan saja seperti apa jagoan baru itu,” tutur Yos.
Namun, rupanya, Hasmi belum kepikiran untuk menciptakan pahlawan baru itu. Memang, beberapa ide sempat muncul. Misalnya, mempertemukan semua pahlawan super Indonesia dalam satu komik. Konsepnya hampir sama dengan The Avengers. “Kami tidak ingin memaksa. Tapi, kami sangat berharap superhero itu muncul lagi,” ujar Ajie.
Selain Gundala, Indonesia sempat mengenal pahlawan super lainnya. Namanya Volt. Dia dibikin oleh Marcelino Lefrandt dan seniman Aswin M.C. Siregar. “Semoga komunitas kami bisa menyemangati para pencipta pahlawan super Indonesia agar bangkit,” ungkap Ajie.
Komunitas Superhero Mania berawal dari grup di situs jejaring sosial Facebook pada Juli tahun lalu. Mereka dipertemukan karena kegemaran yang sama terhadap jagoan super. Jagoan super yang difavoritkan bebas. Mau jagoan adidaya yang hampir tanpa cela seperti Superman, jagoan yang terbelenggu persoalan manusiawi seperti Spiderman, atau jagoan produk industri militer seperti Iron Man.
“Memang sangat luas kegemarannya. Karena itu, anggotanya juga sangat banyak. Belum sampai setahun, anggota kami sudah lebih dari 200 orang,” tutur Yos.
Mereka berasal dari kota-kota besar di Indonesia. Mulai Surabaya, Semarang, Jakarta, Bandung, Makassar, dan beberapa daerah di Sumatera. Saking banyaknya anggota, mereka membuat wilayah Superhero Mania berdasar tempat tinggal. Misalnya, Superhero Mania Wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Para anggota punya kegemaran yang luar biasa terhadap superhero. Mereka memiliki barang-barang koleksi jagoannya. Yos, misalnya, mengkliping semua berita tentang jagoan super itu. Mulai Dare Devil hingga tokoh yang sangat dia gemari, Superman.
Anggota komunitas tidak dibebani ketentuan untuk mengoleksi item tertentu. Ada yang mengoleksi kaus, gambar, hingga kostum. Mereka juga tidak harus mengoleksi barang yang orisinal dari perusahaan pemegang lisensi jagoan tersebut.
Yos bahkan masih menyimpan action figure hadiah dari sebuah makanan cepat saji yang sempat kondang belasan tahun lalu. “Total semua pernak-pernik saya sekitar 12 ribu buah,” ungkapnya.
Koleksi-koleksi itu lantas difoto dan dipamerkan di Facebook. Anggota lain akan berkomentar terhadap foto yang diunggah rekannya tersebut. “Rasanya senang punya kegemaran yang sama. Seperti kita tidak pernah tua,” ujar Yos.
Lelaki kelahiran Ngunut, Tulungagung, tersebut menyatakan, kegemaran terhadap superhero tidak berarti mereka kebarat-baratan. Justru pahlawan super merupakan ekspresi harapan mereka terhadap dunia. Mereka ingin ada sosok yang bisa menjadi panutan saat kondisi negara memburuk. “Komunitas ini menggemari semua yang berkekuatan super dan membela yang benar,” katanya.
Kunjungan komunitas Superhero Mania di rumah Hasmi berlangsung sekitar dua jam. Setelah semua sketsa dan koleksi ditunjukkan kepada Hasmi, mereka memberikan aneka bingkisan kepada komikus yang mulai sering sakit-sakitan itu. Mereka juga berjanji mendukung superhero apa pun yang akan diciptakan Hasmi.

“Kami butuh superhero asli Indonesia. Terserah namanya siapa. Mau Brahmana atau siapa. Pokoknya punya kekuatan super,” tegas Yos. (jpnn)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.