eQuator – Rasau Jaya-RK. Persatuan Ojek Rasau Jaya (Porja) Kubu Raya menolak keras Gojek dan sejenisnya masuk ke Kalbar, terutama Rasau Jaya.
“Lihat kondisi seperti di kota-kota lain, kami disini merasa terancam. Karena kami hanya ojek pangkalan. Maka kami menolak kalau ada Gojek atau sejenisnya masuk ke sini,” tegas Edi Sukardi, Ketua Porja, diselanya mendata anggota Porja periode 2015-2020, di pelabuhan Rasau Jaya, kemarin.
Boleh saja, kata Edi, tapi paling tidak yang diperkerjakan adalah juru ojek lama, bukan orang baru. Karena para ojek yang ada di Rasau Jaya ini merintis dari awal, sebelum pelabuhan Rasau Jaya ada. Keberadaan para ojek di Rasau Jaya sejak 1973, setahun setelah kedatangan transmigrasi. Sejak tahun itu pula, ojek di Rasau Jaya terkoordinir dalam satu organisasi Porja.
Ketua Porja periode ke-7 ini menjelaskan, hingga saat ini jumlah juru ojek di Rasau Jaya ada 264 orang. Namun yang tergabung dalam Porja hanya kisaran 70 pengojek. Maka dari itu Edi menekankan untuk juru ojek yang berada di Rasau Jaya agar bergabung dalam organisasi yang dipimpinnya.
Dijelaskan Edi, tujuan organisasi Porja sendiri untuk mendata para ojek. Setiap juru ojek dibekali kartu anggota dan berkewajiban membayar iuran sebesar Rp5 ribu setiap bulannya. “Uang itu untuk kepentingan pribadi ojek, misalnya ada yang mengalami musibah, maka pakai uang itulah. Intinya dari organisasi untuk organisasi,” jelasnya.
Ojek di Rasau Jaya sendiri pernah memiliki sejarah pahit. Yakni mulai ditusuk sama orang tak dikenal, dibegal hingga leher dijerat dari belakang. “Hal seperti inilah yang kita takutkan. Makanya dengan organisasi ini, paling tidak kita bisa membantu dalam pencegahan dan antisipasi. Dengan organisasi ini juga, para ojek dari luar tidak boleh ambil penumpang di Rasau,” tegas Edi.
Namun yang paling penting, lanjut Edi, organisasi ini juga untuk keselamatan dan kenyamanan penumpang. Kebanyakan di daerah lain banyak penumpang yang menjadi korban rebutan para ojek, korban pelecehan ojek, bahkan korban pemerasan.
Nah, untuk lebih aman, bagi penumpang yang naik ojek dari Rasau, jangan segan-segan untuk menanyakan kartu keanggotaan ojek dari Rasau ini. Takutnya kalau ada kejadian di luar, nanti yang dituduh adalah ojek Rasau Jaya pula,” papar Edi.
Arifin, Sekretaris Porja menambahkan, sejauh ini para ojek di Rasau Jaya terkoordinir. “Tidak pernah melakukan hal-hal negatif. Apalagi meras, dalam arti kata menerapkan ongkos sebelum dan sesudah mengantar berbeda. Jangan bilangnya segini, pas sampai dinaikan harganya. Itu meras namanya,” katanya.
Jika terjadi hal-hal negatif yang dilakukan sengaja oleh anggota Porja ini, ditegaskan Arifin, maka yang bersangkutan akan diberikan sanksi tegas. “Sesuai arahan Pak Ketua Porja, kita kenakan sanksi bagi ojek yang nakal. Seperti dikeluarkan dari organisasi dan tidak boleh ambil penumpang dari Rasau Jaya, serta akan kita laporkan ke Polsek setempat. Karena organisasi kita dilindungi dan diketahui Kapolsek Rasau Jaya,” tegas Arifin.
Edi melanjutkan, melalui organisasi ini, sistem mencari penumpang tidak seperti taksi, yang mengantri. “Cari penumpang masing-masing, tergantung gaya dan trik sendiri untuk menarik hati penumpang. Karena mereka sendiri punya langganan. Bisa saja penumpang jauh-jauh hari menelpon dulu. Soal tariff, semua itu tergantung negosiasi antara ojek dan penumpang. Yang penting harga ojek sesuai standar,” ungkap Edi.
Para ojek di Rasau Jaya sendiri mempunyai motto ‘Biar Tiarap Makan Tanah, Biar Telentang Makan Embun’. “Biar orangtua kerja keras, cita-cita anak harus tercapai. Seperti itulah kira-kira arti motto kami,” tutup Edi. (oxa)