eQuator.co.id – Pontianak-RK. Prosesi ritual adat penobatan Sultan Pontianak yang ke IX, Syarif Machmud Melvin Alkadrie, akan berlangsung tiga hari. Sejak kemarin hingga besok (16/7).
Upacara sakral yang harus ditempuh Melvin untuk menggantikan almarhum ayahnya, Syarif Abubakar Alkadrie, dimulai dengan napak tilas perjalanan pendiri Kesultanan Pontianak. Jumat (14/7), sekitar pukul 14.20, ia didampingi istri, kerabat dekat, maupun handai taulan berangkat dari Istana Kadriah menuju komplek makam kesultanan di Batu Layang, Pontianak Utara.
Mereka menggunakan jalur darat. Usai ziarah, kembali ke Masjid Jami dengan menyusuri sungai Kapuas menaiki perahu Lancang Kuning. Seketaris Panitia Penobatan Sultan Pontianak ke IX, Syarif Hasan Basri Alkadrie menjelaskan, napak tilas tersebut merefleksikan sultan pertama, Sultan Syarif Abdurrahman, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Pontianak.
Di dalam perjalanan sebenarnya, lanjut dia, Sultan Abdurrahman berangkat dari Kabupaten Mempawah menuju Kota Pontianak bersama rombongan menyusuri sungai. Dengan menggunakan beberapa perahu Kakap dan perahu lainnya.
“Setelah tiba barulah mendirikan Masjid Jami Sultan Syarif Abdurahman,” cerita Hasan.
Selain untuk mengenang pendirian Pontianak, napak tilas yang diselenggarakan tersebut juga menjadi suatu kegiatan budaya. Memiliki nilai sejarah yang tentunya dapat dikemas menjadi parade sungai. Kesultanan dan Pemerintah Kota Pontianak bisa menjadikannya sebagai agenda rutin.
“Kalau di Kabupaten Ngabang kan terkenal dengan Tumpang Negeri-nya, Kabupaten Mempawah dengan Robo-Robo-nya, mudah-mudahan kalau napak tilas ini kita gelar semaksimal mungkin, Insya Allah Pontianak kedepannya dikenal dengan napak tilas ini,” paparnya.
Penobatan, rencananya, akan dihadiri tamu dari kerajaan se-nusantara. Hasan menuturkan, yang telah mengkonfirmasi untuk datang sudah 20 kerajaan. Tadi malam, digelar malam ramah tamah untuk para tamu di Rumah Dinas Wali Kota Pontianak, jalan Abdurahman Saleh (BLKI).
Ramah tamah sendiri lebih pada acara nonseremonial atau pun acara santap malam saja. Ketua Yayasan Majelis Kerajaan Nusantara, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, didapuk untuk menyampaikan kata sambutan bersama Wali Kota Pontianak tentunya.
Hari ini (15/7) adalah acara puncak dari proses penobatan Sultan Pontianak ke IX. Dibuka dengan kirab budaya. Hasan menjelaskan, kirab budaya adalah barisan pasukan bersenjata yang terdiri dari pasukan pedang, tombak, dan juga pembawa seperangkat peralatan adat yang salah satunya diperuntukkan acara mandi-mandi.
“Nanti pasukan yang mengantar calon sultan menaiki tangga istana, mereka diberangkatkan dari Masjid Jami menuju Istana Kadriah,” ucapnya.
Sebelum menaiki Istana Kadriah, rombongan akan disambut dengan tarian kolosal dan silat palang pintu yang harus dilalui. Bisa melewati itu, baru lah calon Sultan Pontianak dinobatkan.
“Prosesi penobatan ini tentunya akan dilangsungkan setelah Beliau menaiki tangga istana Kadriah, dalam prosesi itu nantinya akan dinobatkan atau dikukuhkan oleh sesepuh dari Kesultanan Pontianak,” terang Hasan.
Dalam hal penobatan, ada beberapa sesepuh yang nantinya akan secara bersama-sama memprosesikan kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan titah dari Ibu Suri yang dibacakan oleh Sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin.
Sore harinya, dilanjutkan seminar sehari dengan tema “Kesultanan sebagai Wadah Pemersatu dan Perekat Masyarakat yang Berbudaya, Beradat, dan Berakhlakul Karimah”. Seminar mengambil tempat gedung Rektorat Untan. Pembicaranya Prof. Dr. Ibrahim dan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin.
Besok (16/7), para tamu Sultan Pontianak dijadwalkan kembali ke daerah masing-masing. Sebelumnya, para tamu menghadiri acara serah terima cinderamata di Istana Kadriah, sebagai bentuk pelepasan dari Sultan Pontianak.
Rangkaian prosesi penobatan ini ditutup Ahad sore dengan upacara mandi-mandi. Pada malam harinya digelar acara tambahan berupa hiburan rakyat.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Mohamad iQbaL