Naga Buka Mata di Rumah Rakyat

Suma: Ritual Supaya Masyarakat Terhindar Malapetaka

Tongkat Bola. Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, Hj Suma Jenny Heryanti, SH, MH memegang tongkat bola ketika prosesi ritual naga buka mata bertandang di Gedung DPRD Provinsi Kalbar, Kamis (9/2). Zainudin-RK.

eQuator.co.id Pontianak. Prosesi ritual naga buka mata di Gedung DPRD Provinsi Kalbar merupakan tahapan dalam menyambut perayaan Capgome 2568 tahun 2017 sekaligus sebagai ajang pariwisata menarik di ‘Bumi Borneo Barat’, Kamis (9/2).

Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, Hj Suma Jenny Heryanti, SH, MH menuturkan, prosesi ritual naga buka mata berarti memberikan keajaiban serta berkah dalam membantu masyarakat Kalbar agar terhindar dari malapetaka sehingga diberi keselamatan dan kebaikan di dunia.

“Kita memperkenalkan budaya yang menjadi tradisi Tionghoa. Setelah Imlek ada Capgome. Ini merupakan budaya untuk menarik PAD Kalbar terutama untuk hotel maupun makanan khas daerah. Ini salah satu bentuk meningkatnya pariwisata dan budaya etnis di Kalbar,” ujar Suma.

Wakil rakyat asal Dapil Kabupaten Ketapang-Kabupaten Kayong Utara ini menambahkan, mayoritas penduduk Kota Singkawang kebanyakan masyarakat Tionghoa. “Tatung itu berada di Kota Singkawang,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, legislator Partai Golkar ini mengharapkan, agar tahun depan naga tersebut datang lagi ke Gedung DPRD Provinsi Kalbar. “Siapa tahu tahun 2018 bisa lebih baik lagi,” harapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, H Suriansyah mengungkapkan, Imlek dan rangkaian perayaan Capgome serta ritual naga buka mata merupakan filosofi yang baik dari budaya Kalbar. Tentunya dengan seni budaya yang merupakan karya cipta masyarakat Tionghoa dengan penuh keindahan.

“Kehadiran naga di Gedung DPRD Provinsi Kalbar tentu kita sambut baik. Budaya naga ini merupakan budaya Cina dengan perkembangan sampai ratusan tahun. Budaya Cina jauh lebih tua dari kita,” ulasnya.

Wakil rakyat asal Dapil Kabupaten Sambas ini berpendapat, akulturasi tersebut kemungkinan sedikit banyak disebabkan saling terpengaruh antara budaya lainnya dengan keturunan Cina di Indonesia. Sepanjang pengaruhnya bersifat positif tentu tidak ada masalah.

Apalagi budaya yang merupakan hasil olah budi ataupun seni yang ada merupakan sesuatu yang baik bagi masyarakat.

“Tentu setiap budaya akan dihargai dengan baik. Bahkan, beberapa tarian yang ada dengan akulturasi budaya atau pencampuran justru memperkaya khasanah budaya di Kalbar,” ucap Suriansyah.

Legislator Partai Gerindra ini menyebut, seperti kepercayaan orang Cina bahwa jenggot naga membawa hoki bagi mereka. “Tentu diterima dengan positif untuk mendapatkan keberuntungan rezeki kepada Sang Maha Kuasa,” ujar Wakil Ketua DPRD Kalbar.

Reporter: Zainudin
Redaktur: Andry Soe