Ada Spekulasi Oknum Polisi Terlibat Penganiayaan Lurah Bangka Belitung Laut

NISAN SIAPA. Apo, pemilik kafe Pondok Kapuas, bingung Nissan siapa diparkir depan tempat usahanya. Foto: Gede Kharisma - RK

eQuator.co.id-Pontianak. Menindaklanjuti kasus penganiayaan Lurah Bangka Belitung Laut Pontianak, yang masih teka-teki dalam hal utang, mobil penculik, dan lokasi penganiayaannya, aparat Polsek Pontianak Utara mengunjungi Cafe Pondok Kapuas di Jalan Selat Bali, Siantan Tengah, Pontianak Utara sekitar pukul 10.00, Selasa (7/1).

Kapolsek Kompol Ridho Hidayat saat ditemui belum bersedia memberikan keterangan karena saat ini penyelidikan masih dilakukan oleh pihak Polresta. “Polsek Utara hanya sebatas melakukan pengecekan lokasi berdasarkan keterangan lisan dari korban,” ujar Ridho.

Sementara itu, Apo, pemilik cafe Pondok Kapuas yang sudah berdiri sejak empat tahun lalu itu mengaku benar-benar tidak mengetahui terjadinya penganiayaan Lurah Zahrul di tempat usahanya.

“Mungkin yang mengetahui kejadian si penjaga malam yang bernama Yadi. Karena saat cafe miliknya ditutup sudah ada penjaga malam yang bertugas menjaga dan memegang kunci pagar,” ungkap Apo.

Istri Apo menjelaskan senada, saat itu mereka sudah tidur di rumahnya No 67 di kawasan cafe Pondok Kapuas. Malam itu ia memang mendengar suara orang yang lalu lalang keluar masuk cafe, namun ia tak menggubrisnya karena sudah biasa.

Yang membingungkan Apo, di lokasi terparkir mobil Nissan Serena warna silver dengan nomor polisi, B 188 NCI, yang terdapat logo kepolisian di sampingnya. Sampai kemarin Apo mengaku tidak tahu siapa pemiliknya. Apo menjelaskan bahwa mobil itu diketahuinya ada di cafenya sejak Senin (6/2) pagi dan tidak tahu siapa yang memarkirnya di situ.

Mobil tidak dipindahkan oleh pemiliknya karena dalam kondisi mogok yang saat sebelum kejadian sempat didorong ke samping rumahnya karena menghalangi jalan masuk cafe. Di tempatnya tersebut memang biasa ada warga yang menitipkan mobil untuk numpang parkir di situ, dan yang menjaga adalah Yadi.

Apo bingung dengan keberadaan mobil tersebut, ia khawatir harus berbuat apa jika nanti ada orang yang mengaku sebagai pemilik mobil lantas membawa pergi mobil itu tanpa sepengetahuannya atau pihak kepolisian.

Hanya saja, Apo sempat berbicara dengan seseorang sesaat setelah Polsek Utara pergi meninggalkan cafe miliknya. Ia berspekulasi bahwa ada oknum kepolisian yang terlibat dalam kejadian penganiayaan terhadap lurah Zahrul, dan sempat terceletuk inisial nama M.

Hal ini juga semakin meyakinkan karena mobil Nissan silver plat Jakarta tersebut terdapat logo Tri Brata khas kepolisian. Walaupun, pada sore harinya dicopot kepolisian.

Sempat ada rencana untuk memberikan police line di sekitar cafe Pondok Kapuas termasuk di mobil tersebut yang mungkin juga ikut menjadi barang bukti, namun hal itu tak jadi dilakukan.

Syarif Husein, Ketua RT01/RW21 juga tidak tahu siapa pemilik mobil. Ia hanya dapat kabar pelaku penculikan dan penganiayaan di café RT-nya ada enam orang, “Tapi masih belum jelas juga sih,” katanya.

Sementara itu, Zahrul Basim, Lurah Bangka Belitung Laut, ketika dikonfirmasi berkaitan dengan hal ini tidak mengetahui adanya orang yang diduga anggota kepolisian saat para pelaku melakukan penganiayaan terhadapnya di Cafe belakang Kaisar Siantan itu. “Saya di situ (TKP), dimasukkan ke dalam bak air selama setengah jam. Kemudian dianiaya oleh para pelaku,” tambahnya. (Gde/Zrn)