Warga Teriak, Jalan Poros Berlumpur dan Berlubang

Minta Pemerintah Tidak Menutup Mata

TERJEBAK. SMobil angkutan yang terjebak di Jalan Ella antara Tahlut-Simpang Kebebu, Melawi yang berlumpur dan berlubang, belum lama ini. DEDI IRAWAN

eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Belakangan ini di Melawi, banyak jalan yang rusak parah. Terlebih pada musim hujan. Kerusakan tidak hanya terjadi di ruas Jalan Provinsi Sayan-Kota Baru, namun jalan kabupaten juga banyak yang rusak.

Seperti Jalan Ella dari simpang Tahlut hingga simpang Desa Kebebu. Lubang semakin hari semakin dalam. Bahkan kedalaman lubang mencapai satu meter di sepanjang kurang lebih seratus meter. Tidak sedikit pengendara yang harus menginap di dalam mobilnya yang amblas.

“Informasinya jalan tersebut sudah makan korban. Menurut cerita warga, saat itu ada truk yang amblas di jalan itu, kemudian mobil itu ditarik alat berat mengunakan tali sleng. Namun tali slengnya putus dan mengenai salah seorang sopir hingga tewas di tempat. Ini informasi dari warga,” kata Nicky, warga Kebebu, Nanga Pinoh yang sering melintasi jalan itu, kemarin.

Nicky mengatakan, Sabtu lalu, ketika dirinya pulang ke Kebebu, menjumpai tiga unit mobil yang terjebak di jalan tersebut. Begitu banyak kendaraan yang mengantri agar bisa melintasi jalan tersebut.

“Satunya mobil tangki, duanya truk angkutan. Ketiga mobil itu terjebak dan ketika saya tanyai, mereka ternyata sudah dua malam menginap di jalan itu, karena mobilnya amblas di kubangan lumpur,” kisah Nicky.

Kerusakan lainnya juga terjadi akses jalan menuju beberapa perkampungan. Seperti akses menuju Dusun Sebaju dan Lebak Tapang. Jalan di dua dusun tersebut belum ditingkatkan, masih berupa tanah kuning. Di musim hujan saat ini, warga dusun sangat keulitan, bahkan bisa memakan waktu berjam-jam menuju Nanga Pinoh. Kendaraan mereka terjebak tanah yang lengket di ban, belum lagi amblas dikubangan lumpur.

Seperti yang dikeluhkan warga yang menuju ke Dusun Lebak Tapang, Sudarman. Untuk menuju ke dusun tersebut, warga harus melalui jalan tanah kuning yang licin dan lengket, serta dipenuhi kubangan lumpur. Menjadi hal yang biasa bagi warga, terjatuh dan tergelincir ketika melintasi jalan tersebut.

“Jalannya hingga menuju ke kampung kurang lebih 10 kilometer begitu. Sangat sulit untuk masuk ke kampung jika musim hujan. Tidak jarang warga terjatuh ketika meniti jalan yang licin dan berlumpur itu. Ban motor susah sekali berputar, karena tanah yang lengket di ban,” beber pria yang akrab disapa Sudar.

Begitu juga menuju Dusun Lebak Tapang. Seperti yang dikeluhkan BPD Desa Kebebu, Siondi yang bertempat tinggal di Dusun Sebaju. Jalan yang berlumpur, licin dan lengket menyulitkan warga untuk keluar masuk kampung. Terlebih membawa hasil perkebunan karet untuk dijual ke Pasar Nanga Pinoh.

“Lengkap sudah penderitaan kami. Hasil peerkebunan karet kami hanya bisa dijual di kampung dengan harga murah, yakni sekitar Rp6000 hingga Rp7000 per kilogram. Meskipun kami tau di Nanga Pinoh harganya sudah sekitar Rp8.500 per kilogram, tapi kami tak berdaya untuk mengeluarkan hasil perkebunan karet kami itu ke Pinoh,” kata Siondi.

“Untuk bawa badan sendiri menggunakan motor saja kami kesulitan, apalagi bawa muatan menggunakan sepeda motor,” sambungnya.

Harapan masyarakat tidak lain, meminta pemerintah tidak tutup mata dan segera memperbaiki jalan. Karena masyarakat sudah jenuh melalui dan melewati jalan yang rusak, berkubang lumpur, licin dan lengket.

“Terhadap jalan kabupaten, kami harapkan, pemerintah dalam hal ini bupati bisa segera memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum untuk segera memperbaikinya. Sebab kami sudah bosan dan jenuh dengan kerusakan jalan ini. Jadi harus segera diperbaiki. Karena menikmati transportasi yang nyaman juga merupakan hak kami sebagai masyarakat,” tegas Siondi.

Wakil ketua DPRD Melawi, Kluisen mengungkapkan, jalan poros dari kota Kecamatan Pinoh Utara menuju Desa Sungai Raya, Desa Manding, Desa Natai Panjang, Desa Senibung, Desa Tengkajau Desa Kayan Semapau Kecamatan Pinoh Utara juga mengalami kerusakan yang cukup parah.

 

Laporan: Dedi Irawan

Editor: Kiram Akbar