Baru 2 Desa Deklarasi Stop BABS

PIAGAM. Bupati Sekadau, Rupinus (kanan) menyerahkan piagam penghargaan bebas BABS kepada Kepala Desa Selalong, Jailani (kiri), di sela Deklarasi Stop BABS, di Dusun Kemantan, Desa Selalong, Selasa (6/12). Abdu Syukri-RK

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Dari 87 desa di Kabupaten Sekadau, baru 2 desa plus satu dusun yang mendeklarasikan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

“Desa Pantok di Kecamatan Nanga Taman dan Desa Selalong di Kecamatan Sekadau Hilir, serta Dusun Engkersik, Desa Engkersik, Kecamatan Sekadau Hilir,” ungkap Rupinus SH MSi, Bupati Sekadau, saat menghadiri Deklarasi Stop BABS di Dusun Kemantan, Desa Selalong, Kecamatan Sekadau Hiliar, Selasa (6/12).

Rupinus mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sekadau terus berupaya keras mendorong agar seluruh daerah bisa terbebas dari BABS. Karena hal ini erat kaitannya dengan sanitasi yang sehat. “Sanitasi identik dengan penyediaan air bersih, jamban keluarga, sarana pengelolaan sampah dan pembuangan air limbah,” ujarnya.

Menurut Rupinus, bila upaya ini didukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), tentu akan mampu menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan. “BABS sangat membahayakan, baik bagi kesehatan lingkungan maupun manusia,” ingatnya.

Makanya, pemerintah mengeluarkan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). “STBM itu terdiri atas lima pilar. Salah satunya stop BABS,” jelas Rupinus.

Ia menyadari, tidam mudah mewujudkan program stop BABS. Namun, dengan usaha dan dukungan dari semua pihak, hal tersebut akan terlaksana dengan baik. Apalagi, sudah dimulai oleh dua desa yang mendeklarasikan diri sebagai desa yang bebas dari BABS.

“Mudah-mudahan, Desa Pantok dan Selalong ini bisa menjadi pemicu bagi desa-desa lainnya di Kabupaten Sekadau untuk segera mewujudkan program stop BABS,” harap Rupinus.

Di tempat yang sama, Kepala Desa Selalong, Jailani mengungkapkan, desanya berpenduduk 1.015 jiwa. Ternyata terdapat 25 rumah yang belum memiliki jamban atau Water Closet (WC) sendiri. “Muncullah penyakit sebagai akibat lingkungan yang tidak sehat,” katanya.

Mengetahui hal tersebut, Aparat Desa Selalong bekerjasama dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mengambil kebijakan untuk membuatkan jamban bagi 25 rumah warga tersebut. “Pembuatannya dilakukan secara bergotongroyong,” kata Jailani.

Kini tidak ada lagi rumah warga Desa Selalong yang tidak memiliki jamban. Kesehatan lingkungan pun lebih terjamin, budaya hidup bersih dan tertib pun dirasakan masyarakat. “Kami juga mengajak masyarakat untuk tidak BABS,” ujar Jailani.

Melarang warga untuk tidak BABS itu bukan pekerjaan yang mudah, apalagi hal tersebut sudah menjadi kebiasaannya sejak lama. “Tetapi kami terus berupaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa BABS itu tidak baik,” jelas Jailani.

 

Laporan: Abdu Syukri

Editor: Mordiadi