eQuator.co.id – Putussibau – RK. Petani di Kabupaten Kapuas Hulu mengaku kesulitan mendapat pupuk bersubsidi. Mereka khawatir, akibat kurang pupuk, padi mereka tidak tumbuh maksimal.
Anggota Kelompok Tani (Poktan) Japari di Desa Sungai Besar Kecamatan Bunut Hulu, Edi Mustafa mengaku khawatir dengan produksi padi tahun ini. Pasalnya, mereka masih kekurangan pupuk.
“Saat ini kami kesulitan mendapatkan berbagai jenis pupuk subsidi. Padahal tanaman padi sudah memasuki musim pemupukan. Kami khawatir kalau tidak dipupuk pertumbuhan padi terganggu dan berdampak pada hasil panen nanti,” terangnya, Minggu (13/11).
Edi meminta pemerintah daerah (Pemda) melalui instansi terkait segera mencarikan solusi agar para petani bisa memperoleh pupuk dalam waktu dekat ini. Sehingga hasil panen nantinya bisa meningkat.
“Saya saja tahun ini baru sekali mendapatkan pupuk organik sebanyak empat karung, padahal luas lahan saya sekitar 4 hektar, tentunya dengan jumlah tersebut tidak maksimal,” ungkapnya.
Menurut Edi, bantuan pupuk yang pernah mereka dapatkan baru untuk kebutuhan dasar. Sehingga diperlukan lagi bantuan pupuk lanjutan seperti pupuk Urea, SP-36 dan lainnya.
“Kesulitan mendapatkan pupuk subsidi ini terus menjadi keluhan, khususnya sejumlah anggota kelompok tani di Desa Sungai Besar,” pungkasnya.
Jika tidak, kata dia, petani terpaksa menjual hasil panennya untuk membayar pupuk kepada pemerintah.
“Kalau saya pastinya akan menjual hasil panen nanti, menyisakan untuk makan jadilah,” kata Edi.
Senada disampaikan petani lainnya Pernando. Menurutnya, akibat kelangkaan pupuk subsidi membuat pertumbuhan padi yang baru ditanam kini kurang subur. Tanaman mulai mengering dan daunnya berwarna kekuningan.
“Saya rasa kondisi ini hampir merata di Kapuas Hulu, khususnya bagi petani yang bercocok tanam padi,” katanya.
Akibat kelangkaan pupuk, Pernando mengaku tidak bisa melakukan pemupukan seperti biasanya.
“Kami berharap agar Pemda bisa memberikan perhatian mencari solusi penyediaan pupuk, agar bisa membantu pertumbuhan tanaman,” harapnya.
Pernando menyebutkan, jenis pupuk mengalami kelangkaan mulai dari ZA, SP-36, NPK Phonska, dan KCL. Namun yang paling langka pupuk urea, padahal sangat dibutuhkan petani. “Bisa dibayangkan berapa biaya yang dikeluarkan petani hanya untuk mendapatkan pasokan pupuk,” bebernya.
Terpisah, Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak) Kapuas Hulu, Ajun menjelaskan, kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut tidak hanya dialami Kapuas Hulu, namun hampir seluruh daerah.
“Saya juga kurang tahu kenapa pupuk ini langka,” tandasnya.
Ajun mengatakan, kuota pupuk bersubsidi baik itu NPK, Urea, SP-36 dan lainnya untuk Kapuas Hulu di jatah ribuan ton. Namun persoalannya selama ini petani tidak mampu mengambilnya.
“Karena untuk mengambil pupuk itu cash and carry, kalau petani tidak punya uang, pupuk mana bisa mereka tebus. Kami bisa bantu tetapi tidak bisa sepenuhnya, namanya juga pupuk bersubsidi,” jelas Ajun.
Ia menjelaskan proses pengambilan pupuk tersebut dimulai dari rekapitulasi penyuluh pertanian pada kelompok tani yang ingin mengambil pupuk. Kemudian penyuluh menyampaikan ke Kabupaten, baru lah pihaknya mengajukan ke Provinsi.
Laporan: Andreas
Editor: Arman Hairiadi