eQuator.co.id – Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) memperhatikan adanya kecenderungan pesimistis yang semakin menggerogoti generasi muda bangsa dalam berbagai program pembangunan negara di tengah isu-isu sensitif yang berkembang di dalam negeri. Menurutnya hal tersebut dapat menghambat pembangunan dan pencapaian cita-cita bangsa Indonesia.
Hal tersebut disampaikan JK saat menghadiri Pembukaan Kongres Nasional I Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI) di Ballroom Hotel Kartika Chandra, Jakarta Selatan (Jaksel), kemarin (12/11). Karena itu, JK mengajak agar generasi muda dapat kembali berfikir positif dalam menyingkapi berbagai persoalan politik dan sosial yang tengah terjadi.
“Generasi muda harus berfikir positif dan mencari cara bagaimana bangsa ini dapat majui. Bahwa ada kritikan, nah karena inilah saya hadir di sini sebagai Wapres untuk mendengarkan kritikan itu. Apa yang mesti diperbaiki dalam memajukan bangsa ini,” kata JK di hadapat para peserta kongres KA-KAMMI.
JK menjelaskan bahwa kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dibandingkan dengan negara lain cukup bersaing. Meski memang diakuinya juga, bangsa Indonesia masih harus banyak belajar untuk dapat mengejar ketertinggalannya dengan bangsa lainnya, baik dari bidang teknologi, industri, maupun sosial budaya.
Pria asal Sulawesi Selatan (Sulsel) tersebut menjelaskan bahwa ketertinggalan bangsa Indonesia dalam upaya membangun bangsa dapat dikejar dengan terus-menerus melahirkan inovasi. “Marilah kita pecahkan kesulitan ini dengan suatu kreativitas dan inovasi. Apapun perjuangan kita tapi tanpa kreativitas dan inovasi bangsa ini akan tertinggal. Itu yang kita harapkan dari alumni KAMMI dapat seperti itu,” harap dia.
Selain itu, JK juga berharap generasi muda bangsa tidak melulu mengejar impian mendapatkan pekerjaan sebagai birokrat atau pegawai negeri sipil (PNS). Menurutnya, untuk menggenjot pembangunan bangsa dibutuhkan generasi yang berjiwa entrepreneur daripada generasi birokrat.
“Kita kekurangan banyak pengusaha. Tapi begitu ada pencalonan Ketua DPR wah yang muda-muda, ribuan siap untuk jadi politisi. Begitu ada pendaftaran menjadi birokrat datau PNS puluhan ribu orang rela ikut tes di Senayan. Kita tidak kekurangan birokrat juga tidak kekurangan politisi. Tapi lebih penting lagi siapa yang menggerakkan perekonomian ini? Ya pengusaha,” terangnya. (dod)