eQuator.co.id – Kondisi Delhi bagai cerobong pembakaran. Asap memenuhi wilayah yang memiliki populasi sekitar 18 juta jiwa tersebut. Akibat kabut asap yang pekat, jarak pandang hanya sekitar 200 meter. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk meliburkan seluruh sekolah selama tiga hari. Sebelumnya, Sabtu (5/11), sekitar 1.800 lembaga pendidikan di Kota New Delhi saja telah diliburkan karena masalah yang sama.
”Langkah-langkah darurat diperlukan untuk menyelesaikan masalah (polusi, Red) ini bersama,” ujar Kepala Menteri (setara gubernur) Delhi Arvind Kejriwal setelah pertemuan untuk membahas masalah polusi tersebut kemarin (6/11).
Bukan hanya sekolah yang diliburkan. Seluruh pekerjaan konstruksi juga dilarang selama lima hari ke depan. Pembakaran sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) juga tidak diperbolehkan. Di jalan-jalan utama, air disiramkan secara berkala untuk mengurangi debu. Selain di rumah sakit dan untuk urusan darurat, seluruh generator yang menggunakan mesin diesel dilarang beroperasi selama sepuluh hari.
Pengoperasian pembangkit listrik di Badarpur yang masih menggunakan batu bara juga dihentikan untuk sementara. Pemerintah menyarankan penduduk untuk tidak keluar dari rumah. Mereka disarankan untuk bekerja dari dalam rumah jika memungkinkan.
Tingkat polusi di Delhi memang sudah akut. Levelnya PM2.5. Dalam kondisi itu, partikel polusi yang bisa masuk ke paru-paru manusia sudah mencapai 15 kali lipat dari batas aman yang ditetapkan oleh pemerintah India dan 90 kali lipat dari batas aman WHO. Polusi udara kali ini merupakan yang terburuk selama 17 tahun terakhir.
Polusi di Delhi meningkat tajam sejak perayaan Diwali pada 30 Oktober lalu. Namun, Kejriwal menegaskan bahwa pekatnya asap di wilayah yang dipimpinnya disebabkan area pertanian yang mengelilingi Delhi.
Mayoritas negara bagian yang mengelilingi Delhi memang bergantung pada pertanian. Biasanya, penduduk membakar tanaman sisa panen sebelum melakukan penanaman kembali. Pembakaran tanaman sisa panen tersebut masih akan berlangsung selama beberapa hari ke depan. Karena itu, rencananya, Menteri Lingkungan Hidup India Anil Madhav Dave bertemu dengan para pemimpin negara bagian yang mengelilingi Delhi pada minggu ini. Pertemuan tersebut akan membahas pembakaran oleh para petani.
Di luar masalah pembakaran oleh para petani, kualitas udara di Delhi memang terus memburuk. Utamanya di Kota New Delhi. Polusi udara terjadi gara-gara urbanisasi besar-besaran. Mayoritas kendaraan yang digunakan penduduk juga masih bertenaga diesel sehingga menghasilkan banyak asap. Emisi dari industri juga menyumbangkan polusi yang cukup besar. Sementara itu, saat malam, penduduk miskin kerap membakar sampah agar bisa tetap hangat. Gara-gara polusi yang kian parah tersebut, banyak kalangan menengah ke atas yang akhirnya pindah dari New Delhi.
”Polusi telah mengganggu produktivitas dan kebahagiaan kami,” ujar pemilik lembaga penelitian ekonomi Sangita Vyas. Dia adalah satu di antara puluhan, bahkan mungkin ratusan, orang yang memutuskan untuk pindah dari Delhi.
Sementara itu, ratusan orang menggelar aksi damai di depan monumen Jantar Mantar di Delhi. Seluruh demonstran menggunakan masker. Mereka menuntut pemerintah segera mengatasi masalah polusi. Mereka juga memakai tagar #MyRightToBreathe untuk kampanye tentang polusi di Delhi. (AFP/BBC/India Times/ABC News/sha/c11/fat)