eQuator.co.id – Sekitar pukul 09.00 dari depan kantor Bareskrim di Komplek Gedung Kementerian Kelautan Perikanan, para demonstran mengalir bak banjir bandang menggunakan pakaian serba putih. Dari arah Tugu tani dan Balai Kota, semua memutih. Mereka menuju ke arah Masjid Istiqlal. Sesekali ada sekelompok kecil demonstran yang meneriakkan takbir, ”Allahu Akbar,”.
Hingga pukul 11.30, jalan Medan Merdeka Timur para demonstran terus berjalan seakan tiada habisnya. Barulah pukul 12.00, berangsung-angsur semua demonstran memenuhi masjid di sekitar Komplek Monas untuk salat Jumat.
Area Masjid Istiqlal penuh dengan massa demonstran yang melaksanakan salat Jumat. Karena jumlahnya yang banyak, masjid terbesar di Indonesia itu pun tidak mampu menampung jamaah sehingga meluber hingga keluar masjid.
Pasca salat, semua kembali menuju ke titik kumpul di sekitar Masjid Istiqlal. Tak lama, di depan kantor Bareskrim seorang lelaki yang memakai helm hitam dengan jaket bertuliskan Uber berhenti. Dia membawa tiga kardus air minum. Tanpa basa-basi, dia membagikan air minum itu. ”Airnya, silahkan diambil,” ujarnya pada para demonstran.
Pada Jawa Pos, dia enggan untuk menyebutkan namanya. Menurutnya, pembagian air ini merupakan keinginannya sendiri. ”Saya hanya bisa membantu saudara semua dengan ini,” ujarnya.
Pukul 13.30 lautan manusia sudah mulai bergerak menuju ke arah Balai Kota. Tepat di pertigaan pertemuan jalan Medan Merdeka Timur dengan Jalan Pejambon. Tiba-tiba seseorang menggunakan pengeras suara berteriak. ”Jangan injak taman, jangan injak taman,” ujarnya.
Bak, sudah paham. Semua massa demonstran langsung menyingkir dari taman. Mereka langsung saling mengingatkan. ”Jangan injak taman, nanti kita dihujat di medsos,” ujar salah satu demontran.
Seharian kemarin, udara cukup gerah. Matahari tidak bersinar terik, dan sebagian langit tertutup mendung. Namun, justru kondisi itu membuat gerah. Meskipun demikian, massa tidak memedulikan panas tersebut. Mereka tetap fight melakukan long march mulai masjid Istiqlal hingga depan Istana Merdeka.
Untuk berjalan menuju ke arah Istana memang sangat melelahkan. Lautan manusia itu membuat berjalan begitu susah. Namun, banyak sekali pristiwa yang menghanyutkan perasaan. Salah satunya, saat tiba waktu salat Ashar. Banyak demonstran yangkebingunan mencari air untuk salat.
Entah siapa yang meminta, tiba-tiba ada dua anggota TNI yang berada di balik pagar Istana mengeluarkan selang. Pada demonstran, Salah satu anggota TNI bernama Taufik meminta agar bisa mengambil air dari selang tersebut. Selang dijulurkan dari dalam pagar istana keluar pagar. Praktis, terjadi antrian untuk mengambil wudhu.
Tiba-tiba, Taufik berteriak pada salah seorang demonstran. ”Mas, antri jangan nyelonong. Itu antriannya,” ujarnya pada salah satu demonstran yang ingin memotong antrian. Demonstran itu lantas tersenyum. ”Maaf, saya tidak lihat kalau ada antrian,” ujarnya.
Secara bergantian, hampir semua demonstran memutuskan salat di jalan Veteran. Jalan itu hampir penuh oleh para demonstran yang sedang salat. Di tengah jalan itu, tepat pada barikade polisi. Tampak dua orang anggota polisi yang juga salat ashar.
Tanpa sungkan keduanya menjadi makmum dari salah satu demonstran. Setelah salat, mereka menjabat tangan sang imam. Tanpa menunggu lama, kedua anggota polisi itu lantas memakai sepatunya dan kembali ke barisan barikade.
Di tengah-tengah massa, tepatnya di jalan medan merdeka barat, ratusan santri tampak duduk bersimpuh di samping jalur TransJakarta. Mereka merupakan santri yang datang dari Purworejo, Jateng. Para santri itu melafalkan wirid di tengah serunya orasi oleh sejumlah tokoh dalam aksi demonstrasi itu.
Meski berdesakan, namun para santri itu mendapatkan pengawalan khusus dari sesama santri. Para penjaga membentuk barikade manusia yang memisahkan mereka dari para demonstran. Tidak ada satupun demonstran yang boleh melintasi pagar betis tersebut. Kehadiran mereka cukup memberi kesejukan di tengah padatnya demonstran.
Selain melakukan wirid, para sangtri itu juga melakukan aksi diam. Mereka tidak berbicara dnegan siapapun di area tersebut. Bahkan, pertanyaan sejumlah wartawan juga tidak dilayani. Mereka fokus dengan kegiatannya di tengah massa.
Dari dalam kompleks Istana, penjagaan memang dilakukan cukup ketat. Paspampres bersenjata lengkap bersiaga di dalam kompleks istana. Namun, para pasukan itu tidak melakukan apapun karena massa memang tidak sampai berupaya masuk kompleks istana.
Sejumlah menteri kemarin berkumpul di halaman selatan Sekretariat negara yang bersebelahan dengan Istana Merdeka. Tampak Menkopolhukam Wiranto, Menag Lukman Hakim Saifuddin, Memsesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, dan Jubir Presiden Johan Budi SP. Tampak pula Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Juga angota Komisi III DPR Asrul Sani dan Abu Bakar.
Gurat lelah tampak betul di wajah Tito. Sebagai penanggung jawab keamanan, dia harus mampu mengambil keputusan dengan cepat. ’’Jangan difoto ya,’’ ujar Tito pelan, sembari berusaha tersenyum kepada wartawan di hadapannya.
Dia berusaha mengimbangi gerak Gatot yang meski tampak lelah, tetap berupaya agar tetap tampak bugar. Kedua pemimpin polisi dan militer itu tentunya tidak ingin pasukannya menjadi kendor hanya karena mendapat informasi komandannya tumbang.
Ketika berjalan menuju Wisma Negara untuk berdiskusi dengan para menteri, Tito tetap berusaha semringah. Salah seorang ajudannya berusaha memberi jarak dnegan wartawan yang mengikuti dia, namun dicegah oleh Tito. ’’Sudah, biar saja diikuti,’’ lanjutnya.
Di bagian lain, Halaman Kantor Wakil Presiden sempar jadi jalanan saat demonstrasi kemarin. Kapolda Metro Jaya Irjen Muhammad Iriawan dan Pangdam Jaya Mayjen Teddy Lhaksmana bersama anggotanya melintasi halaman wapres menggunakan sepeda motor. Ada sekitar 10 motor yang melintas.
Tapi, pada saat itu sedang ada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang kebetulan sedang ada diluar. Mereka pun turun dan meminta izin pada JK untuk melintas. “Iya silahkan. Yang damai ya jangan tembak-tembak,” ujar JK pada mereka.
Sekitar pukul 14.00, JK beserta pegawai di kantor sekretariat Wapres sempat keluar dari ruang kerjanya. Dia ingin melihat kondisi terkini demonstrasi dari posko yang diirikan pasukan pengaman presiden. Lokasi posko itu di sebelah barat majid Baitu Rakhman kompleks Istana Kepresidenan.
Sambil berjalan kaki, JK tampak ngobrol soal kondisi terkini. Dia pun sempat berhenti agak lama di depan halaman Istana Merdeka. JK juga terlihat menerima telepon.
Sesaat setelah kembali dari meninjau posko paspampres, dia sempat melihat ada sekitar 20 pasukan yang sedang berlari ke arah pojok selatan halaman kantor Wapres. Rupanya sudah ada pendemo yang bisa merangsek hingga ke jalan depan kantor wapres. Pasukan paspampres pun disiagakan dengan senjata laras panjang di dalam pagar. (idr/byu/jun/tyo)