eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Sudah banyak korban berjatuhan akibat serangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Bahkan virus inipun dinyatakan lebih bahaya dari teroris.
Dinas Kesehatan Melawi menggelar pertemuan dengan masyarakat, memberikan penyuluhan tentang bahaya DBD di aula Kantor Camat Menukung, Selasa (18/10).
Kegiatan itu dibuka Camat Menukung, Rusni dan dipimpin Kepala Dinas Kesehatan, dr. Ahmad Jawahir. Penyuluhan dihadiri Kepala Puskesmas, Kapolsek, Danramil serta puluhan masyarakat Menukung.
Kepala Puskesmas Menukung, Herman, SKM mengaku, ditemukan empat kasus DBD selama Oktober. Bahkan dua penderita meninggal. “Yang meninggal, satunya dari Ella Hulu dan satunya di Menukung Kota,” kata Herman.
Menanggulangi DBD, Puskesmas sudah berkoordinasi dengan Camat. Melakukan penyuluhan di desa, juga kerja bakti bersama masyarakat, membersihkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
“Kemudian kami melakukan pemantauan dan pengecekan jentik nyamuk ke desa-desa. Kami juga memberikan abate secara gratis kepada masyarakat melalui kepala desa dan ketua RT,” ungkap Herman.
Camat Menukung, Rusni juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Puskesmas, melakukan pencegahan DBD yang meresahkan warga. Camat juga sudah melakukan penyuluhan ke desa-desa dan membersihkan lingkungan.
“Pada tanggal 14 Oktober kami juga sudah menyampaikan kepada bupati, terkait laporan kasus DBD yang terjadi. Kasus DBD sudah sangat meresahkan. Masyarakat berharap ada upaya penanganan yang cepat,” jelas Rusni.
Kepala Dinas Kesehatan, dr. Ahmad Jawahir mengungkapkan, nyamuk aedes aegypti paling banyak menyebarkan dengue dan sangat berbahaya. Nyamuk tersebut hidup berdekatan dengan manusia, makan dari manusia.
Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air bersih yang dibuat manusia. Misalnya bak mandi, tempat penampungan air minum dan lainnya. Di Kabupaten Melawi pada tahun 2016 ini tercatat sebanyak 85 kasus DBD dan empat orang meninggal.
“DBD itu lebih bahaya dari teroris ataupun seekor ular berbisa. Bisa menyerang siapa saja dengan cepat, jika tidak dilakukan upaya pencegahan,” ucap Ahmad Jawahir.
Menukung menjadi salah satu kecamatan yang mulai mengalami kenaikan kasus DBD tahun ini. Dari sembilan kasus, sudah dua warga meninggal.
Pencegahan penyebaran DBD cukup mudah. World Health Organization (WHO ) menyarankan beberapa tindakan khusus, mengendalikan dan menghindari gigitan nyamuk. Cara terbaik mengendalikan nyamuk aedes aegypti dengan menyingkirkan habitatnya. Masyarakat harus mengosongkan wadah air yang terbuka, sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di dalamnya. Insektisida atau agen-agen pengendali biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk di wilayah ini.
“Mulai sekarang jangan ada lagi bak mandi di rumah kita, karena hanya akan menjadi sarang perkembangbiakan DBD. Lebih baik diganti dengan ember,” kata Ahmad Jawahir.
Para ilmuwan berpendapat, menyemprotkan insektisida organofosfat atau piretroid tidak membantu. Air diam (tidak mengalir) harus dibuang. Karena air tersebut menarik nyamuk. “Manusia juga dapat terkena masalah kesehatan, jika insektisida menggenang di dalam air diam. Akhirnya masuk dalam tubuh,” jelasnya.
Kepala Pencegahan Penyakit dan Pengendalian Lingkungan (P2PL), H. Arif mengatakan, dari 85 kasus DBD dari Januari hingga Oktober ini, sudah empat warga meninggal. Ini menunjukan penanganannya lambat. “Dari 85 kasus, paling banyak terjadi di Nanga Pinoh, dua orang meninggal, warga Tanjung Arak dan Sidomulyo,” jelas Arif.
Reporter: Dedi Irawan
Editor: Kiram Akbar