Kebutuhan Beras Kapuas Hulu Tinggi, Produksi Petani Rendah

ilustrasi.net

eQuator.co.id – Putussibau – RK. Kebutuhan beras di Kapuas Hulu setiap tahunnya sebanyak 34.376 ton. Untuk mengatasi titik rawan, petani harus mampu memproduksi beras sebanyak 14.699 tonper tahun.

Menurut Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak) Kapuas Hulu Abdurasyid, pada 2015-2016 total luas tanaman padi di Bumi Uncak Kapuas sebanyak 21.264 hektar. Sementara jumlah produksi sebanyak 52.489, 63 ton gabah kering giling (GKG).

“Sehingga bila dihitung produksi rata-rata untuk setiap hektarnya sebanyak 2,8 ton GKG. Bila disetarakan dengan beras jumlahnya sebanyak 31.651 ton beras,” katanya, Jumat (12/8).

Kebutuhan beras di Kapuas Hulu setiap tahunnya belum sebanding dengan produksi. Sehingga Kapuas Hulu masih mengalami kekurangan beras, yaitu sebanyak 3.664 ton setiap tahunnya.

“Untuk mencapai swasembada pangan khususnya beras, maka realisasi luas tanam padi minimal 27.264 hektar setiap tahun, dengan jumlah produksi sebanyak 81,792 ton GKG atau setara dengan 49,075 ton beras setiap tahun,” terang Rasyid.

Ditambahkan Kasi Produksi Tanaman Pangan Dispertanak Kapuas Hulu Sunarto, bahwa kabupaten ujung timur Kalbar itu sebenarnya sangat cocok untuk pengembangan sektor pertanian, karena lahan yang tersedia masih luas.

“Lahan kita di sini sangat banyak, sekarang hanya tinggal masyarakatnya saja, mau tidak mereka mengelola lahan yang ada ini,” kata dia.

Menurutnya, dalam mengelola potensi pertanian di Bumi Uncak Kapuas yang besar ini masih terkendala dengan SDM yang ada. Mestinya, mengelola usaha pertanian ini dibutuhkan keuletan, kerja keras dan ketelatenan.

“Sementara sekarang ini masih ditemui para petani yang belum mahir menggunakan cangkul,” ungkapnya.

Ke depan, sambung Sunarto perlu strategis khusus untuk menggalakkan sektor pertanian di Kapuas Hulu. Bisa dengan memberikan bimbingan, penyuluhan dan membuka wawasan para petani. Kemudian mengajak mereka melihat langsung tempat pertanian yang sudah berhasil, agar mereka bisa mencontohnya.

“Saat ini kendala yang dihadapi kami, karena kurangnya tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL) Sementara peran mereka ini sangat penting dalam membimbing serta membuka wawasan para petani,” demikian Sunarto.

Laporan: Andreas

Editor: Arman Hairiadi