Perahu Tenaga Surya Ramah Lingkungan

PLU Solusi Masyarakat Sungai

UJI COBA. Guru Besar Fakultas Teknik Untan, Ismail Yusuf sedang menguji coba perahu listrik bertenaga surya hasil rekayasanya bersama dengan dua mahasiswa Teknik Elektro Untan, Rabu (3/8). MARSELINA EVY

eQuator.co.id – Inisiator pembuat Perahu Listrik Untan (PLU) Ismail Yusuf melakukan uji coba penelitian perahu motor bertenaga listrik, Rabu (3/8) di Gang Bansir II Jalan Imam Bonjol Kecamatan Pontianak Tenggara. Perahu berwarna biru itu terbuat dari fiberglass panjang sekitar tiga meter dan lebar setengah meter.

Ismail bersama kedua mahasiswanya terlibat pengerjaan riset mengenai perahu listrik tenaga surya untuk nelayan terisolir. Dalam penelitian tersebut, selain merekayasa perangkat dilakukan pula perhitungan mengenai nilai ekonomisnya.

Ismail menggunakan panel surya dengan spesifikasi 100 Watt peak (WP), aki 12 volt dengan tenaga 100 ampere hours serta mesin pendorong berkekuatan 1,5 PK. Perahu listrik bertenaga surya ini nyaris tidak bersuara, melaju senyap. Hanya terdengar cipratan air yang terkena baling-baling motor.

Rakyat Kalbar mencoba ikut naik, merasakan sensasi duduk sebagai penumpang di perahu listrik.

“Ini hasil riset terapan yang dilakukan oleh mahasiswa teknik Elektro. Secara elektro sudah 100 persen. Yang perlu disempurnakan pengaturan posisi kemudi, biar tidak pegal,” kata Ismail seraya mengaku pegal usai mengarungi perairan Sungai Kapuas.

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura (Untan) itu mengatakan riset yang dilakukan bersama mahasiswanya tersebut bertujuan mendesain sebuah transportasi yang cocok untuk wilayah Kalbar dengan menggunakan energi ramah lingkungan.

“Kami semua tahu, bahan bakar fosil ini bakalan habis dan harus mengembangkan energi lain. Kebijakan pemerintah sudah jelas, mobil listrik satu kebijakan bagus. Hanya saja, kalau untuk di Kalbar perahu listrik untuk masyarakat di pulau yang diperlukan sebenarnya,” papar Ismail.

Dijelaskan Ismail, cara kerja perahu tersebut sinyal matahari ditangkap panel mengubah energi cahaya menjadi listrik. Lalu disimpan di aki. Energi itu lah yang menggerakkan mesin.

“Untuk pemakaian normal, bisa sampai satu jam dan dan baterai tidak akan habis, akan terus terisi,” jelasnya.

Selain ramah lingkungan, Perahu Listrik ini juga tahan lama. Ismail memperhitungkan perahu ini dapat bertahan hingga lima sampai 10 tahun, apabila perawatannya baik.

“Kelebihannya ndak tergantung pada minyak. Ndak sama sekali. Ini tergantung pada alam, paling kalau hujan sebulan saja memang ndak bisa berjalan,” ungkapnya.

Persoalan biaya, kata Ismail, untuk masyarakat memang terbilang mahal. Akan tetapi, bisa ringan apabila pemerintah mau membantu.

“Kalau pemerintah ini merasa perlu, bisa diproduksi massal. Kalau makin banyak dibuat, kan bisa makin murah,” lugas Ismail.

Dia berharap, hasil pemikiranya ini bisa bermanfaat dan digunakan untuk masyarakat.

“Harapan kami agar hasil yang kami buat ini bermanfaat. Tentu ke depan akan dikembangkan kembali,” pungkasnya.(*)

MARSELINA EVY, Pontianak