Anjing Bawa Tulang Tangan Pria 73 Tahun

KERANGKA. Polisi dan warga mendatangi lokasi penemuan jasad Lalok, warga Seransa, Minggu (31/7). ISTIMEWA

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Warga Dusun Seransa, Desa Gonis Tekam, Sekadau Hilir digemparkan dengan penemuan kerangka manusia di kebun sawit, sekitar 500 meter dari perkampungan warga, Minggu (31/7) sekitar pukul 09.00.

Dari tanda-tanda fisik diketahui, itu kerangka Lalok, 73, warga Seransa, KM 5 Jalan Kayu Lapis. Lalok tinggal di RT 1/RW 1 itu menghilang sejak sebelas hari lalu. “Sudah lama tak pulang ke rumah. Sudah dicari, tapi baru hari ini ketemu,” ucap Afung, warga Dusun Seransa kepada Rakyat Kalbar, kemarin.

Penemuan kerangka ini membuat warga sekitar heboh. Mereka pun melaporkan penemuan itu kepada pihak kepolisian.

Penemuan kerangka Lalok terungkap, setelah seekor anjing milik warga setempat memboyong tulang tangan kirinya ke rumah Serini, tetangga korban, sekitar pukul 06.00, Minggu (31/7) pagi.

“Waktu itu saya bangun tidur, selanjutnya nyapu di teras depan rumah. Tiba-tiba ada anjing yang bawa tulang,” ucap Serini kepada anggota polisi yang menyelidiki kasus tersebut.

Karena bentuk tulangnya yang sedikit aneh, Serini langsung melapor kepada suaminya. Bahkan Serini sempat menduga jika tulang itu ada kaitannya dengan korban Lalok yang sudah lama menghilang.

Serini dan suaminya melaporkan temuan kerangka tersebut ke Sepawi, keluarga korban. Merasa curiga, Sepawi dibantu warga mencari asal-usul tulang tersebut.

Warga membujuk anjing yang sudah jinak itu untuk menuntun ke lokasi kerangka korban di kawasan perkebunan kelapa sawit milik Sumarno, warga sekitar. Namun untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, mendekati lokasi kerangka, warga mengusir anjing tersebut.

Lokasi kerangka berada di semak-semak sekitar 500 meter dari perkampungan warga. Meski masih dalam lokasi kebun, namun sangat jarang warga yang melintas di kawasan tersebut.

Setelah mencari beberapa saat, kecurigaan warga terbukti. Warga menemukan seongok kerangka manusia.

Kerangka korban yang hidup sebatang kara itu ditemukan sudah tidak utuh, alias sudah berserakan. Tengkorak kepala korban sudah terpisah sekitar dua meter dari kerangka badannya. Sementara tangan kanannya sudah tidak utuh lagi.

Sumarno, pemilik kebun sawit mengakui pernah melihat korban sekitar 10 hari lalu.

“Waktu itu korban datang ke rumah dan saya memberinya kue. Tapi tidak dimakannya, dia malah membawa kue tersebut pulang,” ucap Sumarno.

Warga lainnya, Acoi mengakui bertemu dengan korban saat pergi noreh getah, tak jauh dari lokasi, sekitar seminggu lalu. Waktu itu, Acoi meminta korban untuk pulang ke rumahnya, namun tidak dituruti.

Tolak Otopsi

Keluarga Lalok tidak curiga, kalau pria tua itu meninggal tidak wajar. Namun pihak keluarga meminta kepolisian untuk tidak melakukan otopsi.

“Atas permintaan pihak keluarga, kita tidak melakukan otopsi,” ujar Ipda Dedi Sutanto, Kanit Reskrim Polres Sekadau kepada Rakyat Kalbar.

Atas permintaan pihak keluarga itu, polisi menganggap kasus tersebut ditutup. “Kita juga tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut,” imbuhnya.

Pjs Kepala Desa Gonis Tekam, Sukirwan mengatakan, korban yang lahir pada tanggal 02 April 1943 itu hidup sebatang kara. “Korban masih bujangan dan memang mengalami sedikit gangguan mental,” ucap Sukirwan.

Soal gangguan mental dimaksud, menurut Sukirwan, tidak bisa dikategori sebagai gila. Sebab yang bersangkutan tetap tahu mengenal uang, tapi masih cenderung pikun. “Mungkin karena umurnya juga sudah tua,” tutur Sukirwan. (bdu)