eQuator.co.id – Kala belum kenal mata uang, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mengepulkan asap dapur, transaksi sehari-hari masyarakat dilakukan dengan barter. Ternyata, kini, di Kabupaten Bengkayang, perdagangan dengan saling menukar barang itu masih terjadi setiap hari.
Tak mudah melakukan kegiatan ekonomi tertua tersebut. Beberapa warga di kawasan tapal batas Indonesia, tepatnya di Kecamatan Siding harus menempuh perjalanan menembus hutan dengan berjalan kaki selama berjam-jam. Barter barang milik mereka memang dilakukan dengan warga Gumbang, Malaysia Timur.
Seperti terjadi Senin (25/7), beberapa warga Desa Tangguh, Kecamatan Siding, membawa jahe dan berbagai ternak dengan menggunakan Takin (alat pikul dari rotan) untuk ditukar dengan kebutuhan sehari-hari berupa sembilan bahan pokok (Sembako). Tentu, yang nilainya sama maupun mendekati harga hewan peliharaan yang dibawa berupa ayam dan babi.
Perjalanan mereka mencapai 16 kilometer atau lebih kurang empat jam. Warga Tangguh yang melewati hutan terdiri lima perempuan dewasa dan dua anak, laki-laki dan perempuan usia 10 dan 12 tahun.
“Kami memilih membawa barang kami ke Gumbang, Malaysia karena tergolong dekat dan tidak memakai ongkos angkut,” tutur seorang ibu bernama Diana, mewakili temannya, kepada Rakyat Kalbar.
Lanjut perempuan berusia 48 tahun ini, jika rombongannya berangkat membawa barang-barang ke Kecamatan Seluas, Bengkayang, maka akan mengeluarkan biaya mahal. Rupiah yang harus dirogoh untuk jasa ojek kendaraan roda dua di sana mencapai 300.000 pulang-pergi.
“Itu belum termasuk jasa angkutan barang,” ujarnya. Selain itu, di Seluas, barang barteran mereka dinilai tak begitu tinggi kalau dibandingkan dengan penukaran di Gumbang.
Kecamatan Siding sendiri merupakan pemekaran dari Kecamatan Seluas pada sekitar tahun 2007-2008. Populasi penduduk di Siding lebih dari 5000 orang. Infrastruktur jalan menuju ke sana jauh dari kata oke. Meski begitu, sudah ada upaya dari Pemerintah Kabupaten setempat untuk membuat infrastruktur yang mumpuni.
Kapolres Bengkayang, AKBP Bambang Irawan SIK, yang sedang melakukan patroli perbatasan mengaku prihatin dengan keadaan warga di Kecamatan Siding ini. Bagi dia, mereka luar biasa.
“Harus menempuh perjalanan jauh untuk menjual barang hasil pertanian dan perkebunannya. Setiap hari lho itu. Harus menempuh belantara lagi,” ujarnya.
Walhasil, menurut Bambang, hal ini semestinya menjadi perhatian serius pemerintah. “Satu-satunya solusi, ya harus ada pembukaan akses jalan perbatasan agar warga mudah memasarkan barang dagangan. Bukan saja dijual di Malaysia namun juga di Seluas, di negeri sendiri,” tutup dia. (*)
Kurnadi, Bengkayang