eQuator.co.id – Putussibau – RK. Tersendatnya suplai air bersih yang terjadi pada beberapa desa di Kecamatan Bunut Hulu dan Mentebah, Kapuas Hulu, dikeluhkan warga setempat. Saat musim kering seperti sekarang, jaringan air bersih dari sejumlah titik bendungan tak berfungsi dengan baik.
“Sejak kemarau ini, air tidak mengalir normal. Mungkin ada beberapa jaringan yang tak berfungsi,” ungkap Januardi, warga Bunut Hulu, Kamis (21/7).
Ia menduga tidak berfungsinya jaringan dan bendungan air tersebut disebabkan perencanaannya yang tidak matang. Karena ada beberapa proyek air bersih yang pipanya harus dikerjakan ulang.
“Ini jelas sudah merugikan keuangan daerah, mestinya dialokasi kepada proyek lain, tapi harus dianggarkan kerja ulang,” ujar alumni Teknik salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Pontianak ini.
Januardi berharap, kepolisian dan kejaksaan merespon keluhan masyarakat, terutama pada proyek-proyek air bersih yang diduga bermasalah. “Untuk (pengerjaan,red) proyek air bersih di Mentebah dan Bunut Hulu saya berharap diperiksa oleh aparat penegak hukum. Harus ada kepastian hukum, biar instansi terkait juga tidak tertuduh terus,” pinta dia.
Terpisah, Direktur PDAM Tirta Kapuas, Mohammad Sainihadi mengatakan, jaringan air bersih di kecamatan Bunut Hulu, Mentebah, dan Boyan Tanjung, belum diserahkan kepada pihaknya. Air bersih di kecamatan tersebut masih dikelola oleh masyarakat atau desa setempat meski statusnya aset pemerintah daerah.
“Untuk Bunut Hulu memang belum diserahkan. Kecuali Mentebah, tahun depan setelah proyek, baru kami operasikan,” kata Saini.
Sementara itu, menurut dia, ada beberapa kecamatan pengelolaan air bersihnya sudah diserahkan kepada PDAM Tirta Kapuas. Sementara yang belum diserahkan, pengelolaannya dikelola oleh desa masing-masing, demikian juga dengan perawatannya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kapuas Hulu, Nusantara Gawat menjelaskan, jaringan air bersih Kecamatan Mentebah dan Bunut Hulu yang tidak berfungsi dengan baik disebabkan ulah segelintir warga yang sengaja memotong jaringan dan menyedotnya untuk kepentingan kolam dan penambangan emas. Sehingga suplai air ke jaringan selanjutnya mengecil.
“Maka kita minta ke kecamatan untuk menertibkan barang tersebut. Namun Camat juga belum bisa mengambil langkah. Karena dirusak seperti itu, maka kami lepas sementara bronnya. Ada surat Camat lagi supaya minta dibuka kembali, cuma kita tidak membuka kalau tidak ada pernyataan dari pemilik tanah yang dialiri pipa,” kata Nusantara Gawat.
Gawat menegaskan, jika pihak kecamatan tidak menindaklanjutnya, maka akan dilapor ke pihak berwajib. Padahal kata Gawat, seperti di Suruk jaringan dari satu bendungan sudah dibuat terpisah, karena besarnya debit air yang mampu mengaliri beberapa dusun disekitarnya.
“Di Suruk sudah ngalir semua. Kita sudah rehab untuk menambah kapasitas,semua kita perbaiki,” kata Gawat yang didampingi Abdul Hamid selaku Kepala UPT Cipta Karya.
Gawat menambahkan, jika masyarakat yang dilalui pipa tersebut tidak bersedia membuat pernyataan, maka pihaknya mengalihkan melalui jalur lain.
Karena dirinya bersama unsur Muspika sudah meninjau langsung lokasi jaringan air bersih di Bunut Hulu tersebut, sehingga diketahui di lapangan ternyata ada perusakan pipa dan pengambilan air dengan jumlah besar melalui pipa induk.
“Saya ngatakan kenapa tidak mengalir? cek ke lokasi, ketemu permasalahannya, barang tersebut dipotong oleh untuk nambang dan kolam,” imbuhnya.
Demikian juga di Kecamatan Mentebah yang memanfaatkan bendungan di Tekalong, setelah setahun dibangun terjadi kebocoran yang disengaja. “Padahal masih ngalir, di Tekalong sudah teraliri semua,” ungkap Gawat.
Untuk menambah kapasitas sumber air di Tekalong akan diupayakan penambahan dari tempat lainya. Sebelumnya kata Gawat, pihaknya juga sudah mengkonfirmasi persoalan tersebut ke PDAM Kapuas Hulu. Jika sudah lancar, maka penangan air bersih dilimpahkan ke PDAM.
Ditambahkan Kabid Penyehatan Lingkungan, Dinas Cipta Karya Kapuas Hulu Syarif Usmardani bahwa ke depan pihaknya akan menggalakan sosialisasi dan pembinaan pengelolaan air bersih ke desa-desa. Hal itu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pembangunan jaringan air bersih di daerah.
“Sehingga tidak terjadi seperti sekarang. Nantinya aset air bersih yang sudah diinvestasikan untuk masyarakat, nanti masyarakat desa yang bertanggungjawab mengelolanya,” kata Usmardani.
Laporan: Andreas
Editor: Arman Hairiadi