eQuator.co.id – Suara tangis puluhan anak laki-laki menggema di ruang kelas Madrasah di Pondok Pesantren Anta Al Amin, Dusun Martapura Desa Mekar Sari, Sungai Raya, Kubu Raya, Rabu (20/7). Puluhan anak usia tiga hingga belasan tahun mengikuti sunatan massal.
Dokter Edi Hasibuan,Sp.F memimpin 40 tim medis. Para anggota tim berasal dari berbagai satuan jajaran Polresta Pontianak. Sedangkan Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) dan RS Bhayangakara mengirim masing 15 personel. Tiga dari satuan Brimob, dua jajaran Polair dan anggota Polresta.
Tim gabungan ini digawangi empat dokter. Seorang dokter bedah sebagai konsul, dokter forensik sebagai ketua pelaksana dan dua dokter umum.
Perjalanan selama satu setengah jam tak menyurutkan semangat tim medis. Meski jalan berlubang dan sempit. Sempat mobil ambulance Bid Dokkes terhenti hampir sepuluh menit, karena berpapasan dengan mini bus Xenia.
Meja-meja belajar siswa ditata. Tiga meja menjadi satu ranjang darurat. Petugas memberi alas meja, perlak dan bantal.Tiga buah kursi disusun mengelilingi meja. Dua buah untuk duduk petugas, yang satu berubah fungsi jadi meja obat. Berkotak-kotak kasa, beberapa rol benang, berpuluh-puluh jarum jahit dan spet (jarum suntik) ditata pada 11 “meja operasi” di dua ruangan kelas.
Sekitar pukul 09.00 warga mulai membawa masuk anak-anaknya. Dengan pandangan nanar, bocah-bocah itu pun masuk ke ruang kelas. Orangtua menggiring anaknya, membukakan celana dan membaringkan si bocah yang mulai ketakutan di meja.
Kaki si bocah mulai tegang. Air mata mulai bercucuran. Mulut meraung, tangis karena takut. Sang ibu pun memeluk. Di meja sebelah pun terjadi hal serupa. Sang ayah bergerak mengelus kepala anaknya. Terdengar pula kata-kata penghibur dan penguatan. “Ndak pa apa tak ye,” katanya dengan dialeg Madura yang masih begitu kental.
Desa Mekar Sari didominasi warga Madura. Wanita-wanita datang dengan daster warna-warni.
Kembali pada meja operasi tadi. Dengan tenang Bripka Supriyadi, salah seorang petugas medis meletakkan tangannya melintang di atas tubuh si Kacong. Supriyadi menggunakan tangan kirinya sebagai tameng, melindungi jarum bius dari tatapan Kacong.
Sementara rekannya menyiapkan gunting-gunting di mangkuk stainless.Di tengah keriuhan suasana, Supriyadi menyuntik ‘burung’ si Kacong.
Setelah beberapa lama, Supriyadi pun mulai berkarya dengan aneka gunting yang ada. Memelintir, menekan, memotong kulit di ujung ‘burung’ si Kacong.
Tak lama, Supriyadi sibuk membersihkan darah dan mengikat pembuluh darah. Setelah itu, Supriyadi menjahit sekeliling kulit yang tersisa. Mengoles dengan saleb. Membungkus dengan kasa.
Setelah lepas lima menit, si Kacong sudah berhenti meraung. Tinggal air mata yang masih terus mengucur di pipi.
Seorang Polwan menghampiri ibu si Kacong memberikan bingkisan sarung dari panitia.
Di ujung pintu keluar, seorang petugas medis memberikan sepaket obat antibiotik dan analgesik (pereda rasa nyeri). Petugas memberitahukan, cara minum obat tersebut. “Tiga kali sehari sehabis makan ya bu. Harus habis ya bu,” katanya sambil tersenyum.
Ibu si Kacong menganggukkan kepala sambil tersipu.
Di tengah keramaian suasana yang masih ditingkahi dengan tangis bocah-bocah yang sedang disunat. dr. Edi dan dr. Heri bergerak dengan luwes dari satu meja operasi ke meja operasi lainnya di kedua ruangan.
“Ini semua tenaga medis kita anggap punya kompetensi untuk melakukan bedah minor kaya sirkumsisi begini,” terang dr. Heri.
Sementara itu dr. Edi Hasibuan menyebutkan, usia ideal untuk dilakukan sunat sekitar lima tahun ke atas. “Karena yang lebih kecil takut sama jarum,” kata dokter yang kesehariannya mengurus orang mati ini sambil menahan tawa.
“Sejauh ini kendala anak-anak nangis dan berontak. Masih bisa kita atasi,” terang Edi.
Sempat ada kejadian lucu, ketika seorang bocah baru saja selesai dipotong kulit tiba-tiba, currrr…..si bocah kencing dengan derasnya. Sontak hal itu menimbulkan tawa dari orangtua yang menunggu, juga petugas.
Pukul 12.30 acara sunatan pun selesai. Total ada 63 anak yang disunat. Usia rata-rata lima sampai sepuluh tahun.
Kegiatan ini merupakan bagia daripencanangan bulan bhakti KB-Kesehatan rangkaian perayaan hari ulang tahun Bhayangkara ke 70 tahun 2016.
Kegiatan jajaran kepolisian ini dirangkaikan dengan HUT Pemda Kubu Raya ke-9, juga rangakaian peringatan Hari Keluarga Nasional.
Polresta sebagai pelaksana memilih tema acara, ‘mari Kita Tingkatkan Kemitraan Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Terwujudnya Generasi Berencana Menuju Kalimantan Barat Yang Aman Dan Sejahtera’.
Sunatan massal ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap polisi. “Polisi sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat,” kata dr. Adang Azhar,sp. F, Kabid Dokkes Polda Kalbar.
Kabid Dokkes juga menyampaikan imbauan agar masyarakat menjaga kesehatan diri dan lingkungan. “kalau ada permasalahan cepat lapor polisi,” tutupnya.
Kapolres Kota Pontianak, Kombes Pol Iwan Imam Susilo membuka pencanangan bulan bhakti Keluarga Berencana (KB)- Kesehatan, rangkaian perayaan hari ulang tahun Bhayangkara ke 70 tahun 2016 di Sungai Raya. “Keberadaan Polri dengan ulama dan masyarakat ini, menyukseskan pembangunan nasional melalui pelayanan KB dan Kesehatan,” papar Kombes Pol Iwan dalam sambutannya. Kegiatan bulan bhakti KB-Kes menyedikan layanan, sunatan massal, layanan KB, pengobatan gratis, donor darah, serasehan dan layanan kependudukan.
Polresta menggelar kegiatan ini di Desa Mekar Sari, sebuah desa dengan tingkat populasi menikah dini yang cukup tinggi. “Di sini banyak menikah usia 11 atau 12 tahun. Bahkan ada tiga keluarga yang punya anak lebih dari 15 orang,” kata Drs. Hermanus, M.Si, Wakil Bupati Kubu Raya dalam sambutanya.
Ketua Panitia Bulan Bhakti KB-Kes, AKBP Veris Septiansyah menyampaikan sasaran kegiatan, para pasangan usia subur, ibu hamil, pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI), tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat.
“Target peserta KB baru yang kita harapkan dari kegiatan ini sebanyak 6.293 Akseptor,” terang Veris.
Detail data target tersebut, 3.309 akseptor suntikan, 1.426 akseptor implant, 1.159 akseptor pil, 681 akseptor IUD, 179 akseptor kondom, 100 akseptor MOW dan 85 akseptor MOP. “Target itu melingkupi Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak,” tambahnya. (*)
Marselina Evy, Sungai Raya