eQuator.co.id – Sungai Raya-RK. Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalbar, dr. Nursyam Ibrahim menyarankan masyarakat mewaspadai penyakit diabetes. Penyakit tersebut menjadi momok yang menakutkan di dunia medis.
“Permasalahannya, gejala penyakit diabetes tidak akan bisa dilihat pada lima tahun pertama. Kebanyakan dari kasus medis yang ada, penderita diabetes yang ditangani oleh tenaga kesehatan, sudah masuk dalam kategori komplikasi,” kata Nursyam, Senin (18/4).
Masyarakat masih memiliki pandangan salah terhadap pengobatan penyakit diabetes. Masyarakat yang didiaknosa menderita diabetes, melakukan pengobatan jangka pendek.
“Masyarakat yang tahu bahwa dirinya menderita diabetes akan melakukan pengobatan. Satu dua hari setelah pengobatan dan gula darahnya sudah menurun, kebanyakan dari masyarakat berhenti minum obat, dan ini adalah salah,” kata Nursyam.
Padahal, kata dia, prinsip dasar pengobatan diabetes, mengembalikan kadar gula menjadi normal. Salah jika ada yang beranggapan bahwa pengobatan diabetes, menurunkan kadar gula darah. “Tidak ada kata sembuh dari penyakit diabetes, namun yang benar adalah terkendali,” tuturnya.
Yang harus diketahui masyarakat, beberapa penyakit komplikasi yang disebabkan oleh diabetes, kerusakan pada mata hingga kebutaan. Kerusakan pada ginjal sehingga harus cuci darah, kerusakan pada jantung hingga menjadi serangan jantung, sistem pembuluh darah menjadi hipertensi.
Begitu banyak komplikasi yang disebabkan diabetes. Makanya menjadi momok yang sangat menakutkan pada dunia medis. Badan Kesehatan Dunia dan Indonesia memandang perlu melakukan upaya prefentif pengendalian penyakit diabetes.
“Bahkan WHO merasa lebih takut terhadap penyakit diabetes dari pada HIV. Karena dampak komplikasi yang disebabkannya terhadap tubuh lebih besar dan banyak masyarakat kita yang masih belum tahu akan hal itu,” katanya.
Nursyam mengungkapkan, berdasarkan data yang dimilikinya, saat ini 20 sampai 22 juta dari total populasi masyarakat Indonesia menderita diabetes. Sementara untuk Kalbar, ada sekitar 300 sampai 500 ribu masyarakat penderita penyakit tersebut.
Penyakit bersifat jangka panjang, lebih disebabkan perubahan gaya hidup itu, secara otomatis akan membebani negara. Karena subsidi kesehatan yang diberikan pemerintah jelas akan membengkak. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang harus diobati seumur hidup.
“Jika penyakit yang disebabkan inveksi, pengobatannya bisa dilakukan dengan cepat. Diobati selama tiga sampai lima hari, bisa sembuh. Berbeda dengan diabetes, penangananya tidak bisa cepat dilakukan, bahkan ada yang seumur hidup terus mendapat perawatan,” tutur Nursyam.
Beban itu akan menjadi masalah pada pengelolaan keuangan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Diabetes akan menjadi penyakit komplikasi yang semakin menaikan biaya kesehatan.
Menurutnya, hal itu yang menjadi perhatian bagi dunia dan pemerintah Indonesia khususnya. Apalagi penyakit yang bersifat regeneratif seperti itu, harus bisa benar-benar dikendalikan melalui kegiatan promosi kesehatan yang efektif.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya itu menjelaskan, diabetes memiliki dua jenis utama. Diabetes tipe 1 dan tipe 2. Jenis diabetes yang paling umum terjadi adalah tipe 2. Sekitar 80 persen pengidap diabetes di Indonesia menderita tipe ini.
Diabetes tipe 2 terjadi karena penurunan produksi insulin dalam tubuh, sehingga fungsinya tidak maksimal atau tubuh mulai menjadi kurang peka terhadap insulin. Reaksi ini dikenal dengan istilah resistansi terhadap insulin.
Jenis ini biasanya menyerang orang-orang berusia di atas 40 tahun. Tetapi usia pengidapnya akhir-akhir ini bertambah muda dan diabetes tipe 2 juga lebih sering dialami oleh etnis Asia dibanding etnis lain.
“Gejala diabetes bervariasi. Ada beberapa yang sama antara gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2. Di antaranya, sering buang air kecil, terutama di malam hari, sering merasa haus dan sering kelelahan. Berkurangnya massa otot dan turunnya berat badan,” katanya.
Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting, agar diabetes dapat segera ditangani. Tujuan pengobatan diabetes, mempertahankan keseimbangan kadar zat gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Dengan mengubah gaya hidup, juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2. Misalnya dengan menerapkan pola makan sehat. “Tetapi jenis diabetes ini adalah penyakit yang progresif. Penderita diabetes tipe 2 biasanya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar zat gula darahnya. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet, kemudian bisa diikuti dengan terapi suntikan, misalnya insulin,” ujar Nursyam. (sul)