eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Setelah diotopsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Melawi, jenazah Fab, 4, dan Amo, 3, korban mutilasi ayah kandungnya sendiri, Brigadir Petrus Bakus dimakamkan di pemakaman muslim Ketapang, Jalan Tengah, Desa Paal Nanga Pinoh, Jumat (27/2) pukul 22.00.
Awalnya jenazah kedua bocah itu hendak dibawa ke Banyuwangi, Jawa Barat, kediaman keluarga ibunya. Namun hasil pertemuan di rumah Kapolres Melawi, AKBP Cornelis, memutuskan untuk dimakamkan di Desa Paal.
“Dimakamkan di Desa Paal. Ini hasil pertemuan keluarga yang dihadiri Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD serta Kapolres Melawi di rumah jabatan Kapolres Melawi. Pemakamannya dilakukan secara Islam, ini keputusan keluarga, meskipun kita tahu bapaknya (Petrus Bakus) Khatolik,” kata Ali Akbar abang ipar Brigadir Petrus Bakus, Sabtu (27/2).
Sebelum dimakamkan, kedua anak Windri Hairin Yanti ini dishalatkan di Masjid Mudzakirin Desa Paal. “Pemakamannya dilakukan secara sederhana, dihadiri istri Petrus Bakus, Bupati dan Wakil Bupati,” ungkap Ali.
Ali mengatakan, pemakaman dilakukan secara sederhana, inisiatif dari pihak keluarga. Sebab pada saat pemakaman, tidak ada sambutan dari Polres Melawi. “Seharusnyakan pihak Polres menyampaikan sambutan, sebab korban ini keluarga Polri,” ucapnya.
Usai pemakaman anaknya, Windri semakin bertambah shock. Semalaman bernyanyi lagu anak-anak. Bahkan dia tidak mau makan.
“Shocknya tambah berat. Yang buat kami sedih, dengan suara yang sendu dia selalu bernyanyi lagu anak-anak hingga ia tertidur. Disuruh makan, selalu menyebut nama anaknya, Ian (Fab) belum makan, Ola (Amo) juga belum makan,” ujar Ali yang meneteskan air mata.
Ali meminta ada dukungan moril bahkan pendamping psikiater untuk Windri, agar kondisi mentalnya kembali pulih. “Renacananya baru dari Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan yang katanya mau datang. Kalau dari pihak kepolisian belum ada,” ungkapnya.
Proses penyembuhan mental ibu Bhayangkari istri dari anggota Intelkam Polres Melawi ini sangat diharapkan keluarganya. Bukan hanya dalam jangka waktu singkat, tetapi bisa saja dalam waktu lama.
“Untuk pelaku kita serahkan kepada hukum. Sekarang kita fokus kepada pemulihan Windri,” ungkapnya.
Saat ini Windri tinggal di rumah iparnya di Desa Paal, Nanga Pinoh. Pihak keluarga memantau kondisinya dengan seadanya. “Ya seadanya. Makanya kita sangat berharap adanya psikiater. Sejak habis pemakaman, dari Polres tidak ada berkunjung dan memantau kondiri Windri, jadi kurang perhatian,” ujar Ali.
Pada saat pemakaman, Pemkab Melawi melalui Wakil Bupati Dadi Sunarya mengucaapkan turut belasungkawa kepada keluarga korban. Duka yang terjadi adalah duka Melawi. “Kepada pihak keluarga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan dan kedua korban diberi tempat yang baik di surga,” ucap Dadi.
Kasus pembunuhan anak kandung dengan cara sadis, parahnya lagi hingga dimutilasi, membuat warga Melawi marah. Apalagi pelakunya seorang anggota polisi. Bahkan kasus ini menggemparkan Indonesia dan sudah disikapi Kapolri maupun para menteri.
DPRD Melawi meminta masyarakat ikut mengawal proses hukum kasus mutilasi anak kandung ini. Proses hukum Brigadir Petrus Bakus harus dilakukan secara transparan.
“Pelaku harus diberi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya,” tegas Iif Usfayadi, Wakil Ketua DPRD Melawi.
Ibu korban yang shock berat, harus mendapatkan perhatian serius dari kepolisian. “Selain memproses pelaku, Polres jangan lupa memberikan perhatian kepada ibu korban. Karena ibu korban juga bagian dari tanggungjawabnya,” ucap Iif.
Iif juga meminta pemerintah melalui Kantor Perlindungan Anak dan Perempuan memberikan pendampingan sampai kondisi ibu korban pulih. “Pemerintah juga diharapkan mendampingi ibu korban yang sedang mengalami shock berat,” tegasnya.
Laporan: Dedi Irawan
Editor: Hamka Saptono