eQuator.co.id – SURABAYA – Sejak pekan lalu, harga karkas di Surabaya merangkak naik. Yang semula Rp 87.000 per kg menjadi Rp 90.000 per kg. Kenaikan harga juga terjadi pada lepas tulang di rumah pemotongan hewan (RPH) dari Rp 92.000 per kg menjadi Rp 95.000 per kg.
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Sapi Jatim Muthowif mengatakan, harga daging segar di pasar tradisional lambat laun mengikuti. Saat ini, harga daging kualitas super Rp 110.000 per kg. Harga daging kualitas biasa Rp 95.000. Menurut dia, kenaikan tersebut bukan karena ulah para pedagang sapi.
’’Kenaikan harga ini akibat minimnya stok sapi siap potong di pasar sapi tradisional. Sedangkan data yang dipublikasikan selama ini merupakan total sapi secara keseluruhan, tidak spesifik sapi siap potong saja. Justru pedagang belum menaikkan harga karena lebih memilih memotong sapi betina, sapi Bali, dan NTT,’’ jelas dia.
Bahkan, ada kecenderungan para peternak skala kecil menahan sapi miliknya. Diperkirakan, mereka tidak menjual sapi hingga Hari Raya Idul Fitri yang jatuh lima bulan lagi. Kalau tidak ada sapi bakal impor yang masuk ke Jatim, harga berpotensi terus menanjak.
’’Peternak skala kecil tidak bisa dikatakan kartel. Sebab, para peternak skala kecil masing-masing hanya punya 3–5 ekor sapi,’’ tegas dia. Sementara itu, kebutuhan daging segar masih tinggi setiap hari. Dia mencontohkan, kebutuhan daging segar sebagai bahan baku pembuatan bakso dan makanan lain tidak bisa diganti dengan daging ayam.
Menurut dia, kebutuhan daging sapi segar mayoritas untuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), bukan konsumsi rumah tangga. ’’Konsumsi keluarga sangat minim, paling banyak dijadikan sebagai bahan dasar makanan olahan. Kita bisa melihat kebutuhan daging sapi segar di kota-kota besar seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang Raya yang masih tinggi,’’ paparnya. (res/c6/oki)