eQuator – Mempawah-RK. Tak puas dengan membakar mobil yang ditumpangi warga pendatang eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di kantor Bupati Mempawah, Senin (18/1) malam, esoknya, warga membakar camp Moton, Mempawah Timur, tempat kelompok organisasi terlarang itu bermukim.
Selasa (19/1) sekitar pukul 13.00, ribuan warga Mempawah berikatkan kain kuning di kepalanya memadati camp Moton. Aparat gabungan polisi dan TNI mencoba menghalau warga, agar tidak masuk dalam kawasan camp tersebut. Bukannya lari, warga malah semakin ramai memukul mundur polisi dan TNI. Mereka masuk ke pemukiman Gafatar di camp Moton. Warga marah, karena Gafatar yang tak kunjung pergi dari Mempawah.
Siang itu Bupati Mempawah, H. Ria Norsan datang ke lokasi dengan kaki terpincang-pincang, karena belum pulih pascakecelakaan. Di hadapan Bupati Ria Norsan, warga marah dan membakar camp Moton tempat tingga Gafatar.
Melihat warga Gafatar berhamburan menyelamatkan diri dari amukan api yang membakar tempat tinggalnya, terlihat Bupati Ria Norsan sibuk menghubungi jajarannya. Dia memarahi jajarannya itu karena lambat membawa bus untuk mengangkut warga Gafatar. Sementara warga Mempawah semakain ramai masuk ke camp Moton, mereka menghancurkan dinding rumah yang terbuat dari papan kayu.
Warga yang semakin beringas memporakporandakan perkampungan Gafatar. Siang itu hujan deras, terdengar jeritan tangis ibu dan anaknya yang tersudut di ujung camp, sembari menanti bus untuk mengevakuasi warga Gafatar yang tak kunjung tiba.
Situasi semakin mencekam. Sekitar pukul 15.00, warga membakar satu per satu bangunan warga eks Gafatar. Tak satu pun bangunan yang tersisa. Bahkan koper beserta kardus berisikan pakaian tak sempat diselamatkan warga eks Gafatar. Mereka tersudut dengan penuh tangisan ketakutan sambil menyelamatkan diri.
Sekitar pukul 16.00, bus pengangkut warga eks Gafatar tiba di lokasi camp Moton. Dibantu TNI dan polisi, mereka diarahkan menaiki bus.
Kapolres Mempawah AKBP Suharjimantoro tak lagi mempedulikan seragamnya yang kuyup. Perwira polisi ini tetap berupaya menenangkan emosi warga Mempawah yang semakin terbakar.
“Jangan diapa-apakan, mereka anak-anak kecil, kasian mereka,” teriak Kapolres Suharjimantoro di bawah guyuran hujan, mencoba melindungi barisan ibu-ibu dan anak kecil yang menunggu dievakuasi.
Warga eks Gafatar yang dievakuasi, mulai dibariskan pimpinan kelompoknya, dikawal TNI dan polisi. Ibu-ibu dan anak-anak disuruh menaiki bus terlebih dahulu.
Tangisan dan jeritan anak-anak kecil, bahkan balita maupun wanita paruh baya dalam keadaan hamil tua, pembubaran ormas Gafatar di Mempawah. Seorang ibu yang menggendong balita yang diperkirakan masih berumur bulanan, mencoba menutupi bayinya yang basah kuyub diterjang hujan, sambil memegang anak perempuan ditangan kirinya. Anak perempuannya itu menangis ketakutan. “Ibuuu, takut, ibu takut,” teriak anak perempuannya yang terus dipegang erat ibunya sambil berjalan menuju bus.
“Subhanallah, kasian anak-anak kecil itu bang,” teriak salah seorang jurnalis yang sedang merekam kejadian mencekam tersebut sambil diguyur hujan.
“Jangan, jangan. Itu ibu-ibu dan anak kecil, jangan dipukul, kasian mereka,” teriak seorang warga Mempawah yang ikut membubarkan eks Gafatar. Meskipun berlangsung tegang, namun warga eks Gafatar tidak ada yang dianiaya secara fisik.
Usai dari camp Moton, warga Mempawah berpindah ke camp Gafatar di Desa Pasir, Mempawah Hilir sekitar pukul 18.00. Walau pun diguyur hujan, mereka tetap melanjutkan aksinya mengusir organisasi terlarang itu.
Warga eks Gafatar di camp Desa Pasir diperkirakan berjumlah 90 Kepala Keluarga (KK). Mereka mayoritas berasal dari Yogyakarta. Warga langsung membakar camp mereka selepas magrib.
Tak berselang lama dari aksi pembakaran camp eks Gafatar di Desa Pasir, bus evakuasi pun tiba di lokasi. Warga eks Gafatar disuruh naik bus dan diminta meninggalkan Mempawah.
Terlihat seorang polisi menggendong anak kecil sambil menyelempangkan senjata laras panjangnya. Dia membantu mengevakuasi anak kecil tersebut. Kobaran api semakin membesar sekitar pukul 19.00, di tengah evakuasi dan kerumunan massa.
Bupati Ria Norsan mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemprov Kalbar, menyikapi permasalahan Gafatar dan masih menunggu keputusan. Alternatif yang dilakukannya, untuk meminimalisir bentrokan fatal, maka warga eks Gafatar itu harus dievakuasi.
“Melihat kejadian tadi (kemarin) malam, masyarakat sudah tidak terkendali. Hal yang dilakukan ini tentu meminimalisir terjadinya keributan yang sangat fatal. Langkah yang kita ambil, mengevakuasi mereka (Gafatar),” kata Ria Norsan.
Ria Norsan mengatakan, aset-aset warga eks Gafatar yang telah mereka beli, seperti lahan yang digarap untuk pertanian, Pemkab berjanji akan membantu menjual lahan itu dan uangnya dikembalikan kepada eks Gafatar.
“Kita bantu mengevakuasi mereka, kita tanggung akomodasi dan penampungan mereka. Paling tidak tiket kapal kita siapkan untuk kepulangan mereka ke daerah asal,” janji Ria Norsan.
Dikatakannya, pemerintah pusat dalam hal ini Menkopolhukam telah mengetahui peristiwa ini. Dalam waktu dekat Menkopolhukam akan mengambil kebijakan.
“Kita sudah menceritakan permasalahan ini kepada Menkopolhukam. Maka dalam waktu dekat akan mengambil kebijakan terkait keberadaan Gafatar di sini (Mempawah),” ungkap Bupati Ria Norsan.
Laporan: Ari Sandy
Editor: Hamka Saptono