Hutan Wisata Sintang Lebih Unggul dari Bogor

Dua Objek Wisata Bakal Ditata Ulang

ilustrasi. net

eQuator – Sintang-RK. Wakil Bupati Sintang terpilih, Askiman berjanji menata ulang objek wisata Bukit Kelam dan Hutan Wisata. Selama ini, kedua objek wisata itu sama sekali tidak pernah tersentuh pemerintahan yang lama.

“Kedua objek wisata memiliki potensi penghasilan daerah yang begitu besar jika dikelola dengan baik,” kata Askiman ditemui di kediamanya, Kamis (14/1).

Dengan penataan objek wisata itu, diharapkan banyak wisatawan-wisataan yang berkungjung ke Sintang. “Dengan sendirinya perekonomian masyarakat juga meningkat,” sambungnya.

Aksiman juga berharap pelaku usaha dapat menjual produk-produk khas Sintang kepada para pengunjung objek wisata. “Harus ada produk asal Sintang kita tonjolkan, baik itu dari sisi kerajinan maunpun makanan dan minumana lainya,” pintanya.

Untuk mewujudkan itu dukungan dari semua pihak sangat diharapkan, tak cuma pemerintah. “Di masa kepemimpinan saya dan Pak Jarot Winarno nanti, akan berupaya merealisasikan kedua objek wisata itu,” katanya.

Askiman mengklaim hanya dua derah di Indonesia yang memiliki hutan wisata di tengah-tengah yaitu Bogor dan Sintang. Namun hutan wisata Sintang lebih unggul karena hutan alam. “Di Bogor hutan buatan, tapi di sintang hutan alam yang tidak pernah dikelola sama sekali, karena merupakan wewenang pemerintah pusat,” jelasnya.

Ke depan, Pemkab Sintang akan berupaya meminta peralihan status mengenai objek hutan wisata Baning itu, ke Kementerian Kehutanan. “Sehingga kita bisa pelihara, dan pertumbuhan satwa yang ada di sana bisa kita lindungi dengan baik,” kata dia,

Untuk itu, menurutnya semua sektor harus bergerak maju, tertutama sektor transportasi. “Menarik para investor bisa masuk Sintang harus dilakukan perisapan yang matang, seperti segera mungkin menyelesaikan pembangunan transportasi udara (Tebelian Airport), sehingga mempermudah para investro masuk,” katanya.

Tapi bukan berarti Pemkab asal terima investor tanpa seleksi. “Jadi tidak hanya mengundang investor untuk mencari kekayaan tetapi juga mampu mensejahterahkan masyarakat kita juga,” tuturnya.

Penjabat Bupati Sintang, Alexius Akim juga menilai objek wisata di Kabupaten Sintang, belum tergarap dengan baik. Perlu perubahan mindset (pola pikir, red) dalam mengelola tempat wisata. “Masih terganjal ego sektoral. Objek wisata seperti Bukit Kelam, belum terkelola maksimal,” katanya.
Senada dengan Askiman, ia juga menegaskan pengelolaan pariwisata tak akan mampu jika hanya dibebakan ke Dinas Pariwisata. Perlu dukungan instansi lain seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial.

“Intansi dapat keroyokan, sehingga betul-betul tempat wisata dapat maju. Misalnya menanamkan pola pikir di masyarakat. Ini bisa  dimulai dari sekolah, ini tugas Disdik. Bayangkan kita punya batu terbesar didunia, Bukit Kelam,” ujarnya.

Selain itu banyak potensi penarik wisatawan agar betah berkunjung ke Bukit Kelam, misalnya saja penyediaan rumah tinggal.  “Buat bedah rumah. Dinsos dapat turun lihat apakah rumah warga layak atau tidak. Ini harus  terpikirkan kalau ingin memajukan objek wisata,” ungkapnya.
Selain Bukit Kelam, masih banyak objek wisata lainya yang sangat berpotensi. Namun minimnya akses, sehingga belum tergarap maksimal. Akim menilai APBD Sintang yang cukup besar, mampu membiayai fasilitas yang dibutuhkan.

Reporter: Achmad Munandar

Editor: Kiram Akbar