Airlangga Calisthenic Rela Lecet Demi Six Pact

Banyak orang rela merogoh kocek dalam-dalam demi bodi ideal. Padahal, jadi gempal pun bisa gratis. Airlangga Calisthenis membuktikan itu.

PANAS matahari pagi menyinari lapangan bola Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Surabaya. Di bawah sorotan mentari itu segerombol pemuda memadati medan berumput di Jalan Raya Kertajaya Indah Timur tersebut. Badan mereka tampak kekar-kekar. Gempal.
Pagi itu mereka sedang push-up dalam formasi melingkar. Ada yang memakai dua tangan, ada yang satu tangan. Seiring gerakan mereka, peluh pun terus-menerus bercucuran.
Rampung push-up, mereka mulai bergelantungan di bar atau tiang-tiang vertikal. Bahkan, ada yang melakukan gerakan human flag. Yakni, kedua tangan memegang tiang vertikal dan tubuh ”melayang” sejajar dengan tanah tanpa ditopang apa pun. Bentuknya mirip bendera berkibar.
Sekali lirik, semua orang pasti mengira mereka adalah atlet profesional. Bagaimana tidak, otot tubuh mereka tampak liat dan kencang.
Ternyata, mereka adalah anggota Airlangga Calisthenic (AC). Yakni, sebuah komunitas street workout yang rajin latihan membentuk tubuh. Street workout adalah latihan olahraga di luar ruang. Misalnya, di lapangan atau taman.
”Street workout itu, sampelnya, fitness. Tapi, nggak perlu ke gym, tinggal ke taman-taman. Nggak butuh alat, tapi pakai bodyweight (berat tubuh, Red) kita sendiri,” ujar Aditya Noor, 20, salah seorang pelatih di AC.
Menurut pria yang akrab dipanggil Dio itu, street workout berbeda dengan latihan di pusat kebugaran. Biasanya latihan di gym mengandalkan alat, seperti dumbbell atau barbel. Adapun street workout tidak menggunakan alat apa pun.
Cikal bakal berdirinya komunitas itu adalah hasil diskusi beberapa mahasiswa Universitas Airlangga (Unair). Mereka sama-sama menyukai olahraga calisthenic. Karena itu, komunitas tersebut dinamai Airlangga Calisthenic (AC). Calisthenic memang bermakna olah fisik.
Meski dibentuk mahasiswa Unair, keanggotaan komunitas itu beragam. Siapa pun bisa bergabung. Kini, anggotanya sudah mencapai 50 orang.
Dio mengatakan, motivasi pendirian komunitas tersebut sederhana. Yakni, semua orang bisa berolahraga gratis, anywhere and anytime. ”Kalau ke gymkan mahal,” kata mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) itu.
Penggemar street workout memang terus bertambah di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, komunitas tersebut bernama Bartendaz. Bahkan, ada federasi resmi yang menaungi jenis olahraga yang satu ini. Ada juga kejuaraan dunianya. Yaitu, World Street Workout and Calisthenics Federation (WSWCF). Lomba kebugaran itu diselenggarakan di banyak kota besar, seperti Latvia, Moskow, Madrid, New York, dan Taipei.
Kini olahraga itu menjamur di Indonesia. Bahkan, di setiap kota komunitas tersebut punya nama yang berbeda. Misalnya, di Bandung bernama Barbarengans dan di Malang namanya Barrampal. Ada juga Aldebaran Jogjakarta, Indobarian, dan Bartavia Jakarta, serta Barkarma Bali. Kata ”bar” memang kerap menempel pada nama-nama komunitas itu. Sebab, barberarti palang atau mistar. Nah, di mistar besi di taman-taman itulah mereka kerap pull-up untuk membentuk tubuh.
Dio menuturkan, manfaat olahraga tersebut sangat besar. Terutama bagi yang ingin memiliki tubuh ideal. Untuk yang bertubuh jumbo alias big size, Dio menjamin, dengan berlatih rutin, cukup dua bulan untuk menguruskan badan.
Sebaliknya, mereka yang kerempeng pun bisa lebih berisi. Sebab, massa otot bertambah. Bagi yang kurus, satu bulan saja cukup untuk membentuk tubuh gempal. Namun, semua itu juga harus dilakukan secara konsisten. Lalu, upaya itu diimbangi dengan pola makan yang benar dan berlatih di rumah.
Memang, orang berbadan besar butuh waktu latihan lebih lama. Sebab, mereka harus mengangkat beban tubuh yang jelas lebih banyak.
Keberhasilan menurunkan berat badan juga bisa dibuktikan. Contohnya, ada anggota Airlangga Calisthenic yang berat badannya 90 kg, kini turun menjadi 67 kg. Artinya, turun hingga 23 kg. Bahkan, ada yang lebih fantastis. Berat badan salah seorang anggota komunitas turun 36 kilogram. Yakni, dari 106 kg susut menjadi 70 kg saja.
Dio menantang perbandingan dengan latihan di tempat fitness. Menurut dia, di calisthenic setiap orang menahan berat tubuh sendiri. Jika gendut, bebannya lebih berat. Akhirnya, jika berhasil menguruskan badan, tidak sulit menaklukkan beban yang lebih ringan. Jika ingin menambah beban, biasanya mereka mengisi tas dengan barbel. Selanjutnya, tas itu dipakai untuk berlatih. Bisa juga menggunakan berat tubuh teman.
Dio langsung mempraktikkan caranya. Dia menyuruh seorang anggota berbaring di punggungnya. Setelah itu, dia push-up. Tak tampak raut capai di wajah pria yang mengidolakan atlet street workout Frank Medrano dan Danial Syafhan itu. (jpg)

Rutin Empat Kali Sepekan

794_630_boks-komunitas-dempal03-ggKOMUNITAS Airlangga Calisthenic rutin berlatih empat kali dalam sepekan. Yakni, tiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. Setidaknya ada empat jenis gerakan yang wajib dikuasai anggota komunitas itu. Yakni, pull-up, push-up,sit-up, dan squat.
Pull-up adalah posisi tangan menggantung di bar. Lalu badan diangkat ke atas hingga dagu melewati bar tersebut, kemudian turun lagi. Adapun push-up merupakan gerakan tengkurap dengan tangan di sisi kanan kiri badan, kemudian badan didorong ke atas dan kembali ke bawah.
Sit-up adalah badan telentang lalu bangkit sampai posisi duduk dan kembali berbaring lagi. Selanjutnya, squat adalah tubuh berdiri dalam posisi kuda-kuda. Secara perlahan turunkan tubuh hingga setengah jongkok, kemudian badan diangkat lagi. Nah, gerakan-gerakan utama itu lantas divariasikan lagi menjadi berbagai gerakan lain.
Menu latihan juga selalu berbeda. Yakni, gabungan dari semua variasi gerakan tersebut. Semuanya berfungsi melatih otot tubuh. Ini berbeda dengan angkat beban di gym yang gerakannya monoton.
Gerakan itu tidak dibedakan antara lelaki atau perempuan. Anggota Airlangga Calisthenic pun ada yang perempuan. Khusus kaum hawa, gerakan dipermudah. Misalnya, latihan dengan Australian pull-up. Yakni,pull-up pada tiang yang lebih rendah dengan kaki masih menyentuh tanah.
Pada setiap latihan ada bagian tubuh yang difokuskan. Misalnya, latihan tiap Senin fokus untuk gerakan mengencangkan otot perut atau abs(abdominals). Sedangkan pada Rabu penguatan tubuh bagian atas alias upper body. Sementara itu, latihan Jumat terkonsentrasi pada bagian tubuh bawah atau lower body. Hasilnya, semua otot tubuh bakal mengencang. Voila!, perut pun jadi ramping alias six pack.
Dio mengaku sering mendapat inspirasi dari video YouTube unggahan atletstreet workout luar negeri. Dari situ dia akan mempraktikkannya saat berlatih.
Saat baru memulai, yang tidak biasa berolahraga akan merasa sakit di sekujur tubuh. Tangan juga bisa lecet atau luka. Menurut dia, hal itu sebanding dengan hasilnya. Ini pun sesuai slogan Airlangga Calisthenic;know pain, know gain. Terjemahan bebasnya; tahu sakitnya, tahu hasilnya.
Saat itu ada salah seorang anggota baru yang ikut berlatih. Dia adalah Syaiful Kurnianto. Pria berusia 20 itu mengaku tahu informasi tentangcalisthenic melalui teman karatenya. Sebelumnya, dia bergabung sebagai anggota klub fitness di salah satu hotel di Surabaya. Meski begitu, dia mengaku lebih tertarik dengan Airlangga Calisthenic.
Meski baru pertama, lelaki yang kuliah di STIE Perbanas itu mengaku diwajibkan pull-up dan push-up puluhan kali. Saat itu terlihat telapak tangannya ditempeli plester. ’’Lumayan capai. Tapi, seneng bisa gabung,” katanya.
Nah, anggota komunitas yang sudah berpengalaman biasanya mampu melakukan variasi gerakan yang lebih ekstrem. Misalnya, gerakan human flag.
Ternyata, selain rutin berlatih, anggota Airlangga Calisthenic terbiasa mengadakan aksi sosial. Bahkan, dalam kegiatan itu mereka tidak lupa menggunakan kekuatan ototnya.
Misalnya, saat Gunung Kelud meletus pada Februari lalu. Saat itu mereka mengadakan acara penggalangan dana di Taman Bungkul. Kalau ada orang yang menyumbang Rp 1 ribu, mereka akan push-up 10 kali. ”Waktu itu sumbangannya sampai Rp 500 ribu lebih. Jadi, harus push-up 5.000 kali,” ujar Dio seraya tertawa.
Menurut pria yang memiliki tinggi 170 cm dengan berat 55 kg itu, ada persoalan yang tengah dihadapi komunitasnya. Yakni, di Kota Pahlawan jarang ada taman yang memiliki fasilitas olahraga untuk pencinta street workout. Akibatnya, mereka tidak punya alternatif pilihan tempat berlatih. Padahal, di luar negeri sudah banyak taman yang dilengkapi berbagai wahana olahraga outdoor. Misalnya, tersedia berbagai jenis bar.
Karena itu, komunitas tersebut berencana membuat proposal untuk meminta pembangunan pull-up bar di Taman Bungkul, Jalan Raya Darmo. Sebab, taman kota terbaik di Surabaya itu sama sekali tidak memiliki tiang untuk berlatih.
Meski begitu, keterbatasan tersebut tidak akan menurunkan semangat komunitas Airlangga Calisthenic. Bahkan, pada Agustus mendatang komunitas street workout se-Indonesia akan kumpul di Bandung atau Jogjakarta. ”Kami akan menyambut siapa pun yang mau bergabung. Jadi, bisa sehat dan kuat bareng” ujarnya. Itu untuk memopulerkan kampanye mereka, untuk sehat bisa sangat murah. (jpg)