eQuator – PONTIANAK-RK. Polda Istimewa Yogyakarta (DIY) memastikan dokter Rica Tri Handayani, 28, dan balitanya, Zafran Alif Wicaksono sudah berada di luar wilayah hukumnya. Dokter asal Lampung itu dimungkinkan berada di Kalbar.
Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulistyanto mengatakan, sambil menunggu laporan resmi dari Polda DIY, jajarannya berkoordinasi dengan pemerintah daerah, untuk menginventarisir pendatang di wilayah Kalbar. Selain itu, Kapolda juga telah membentuk tim pencarian dokter Rica yang belum diketahui nasibnya sejak hilang di Yogyakarta, 30 Desember 2015 itu.
“Kami telah membentuk tim. Kami juga berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait untuk melakukan pencarian yang bersangkutan (dokter Rica),” kata Kapolda Arief, Sabtu (9/1).
Dokter Rica menghilang setelah dijemput kerabatnya. Di media sosial, seseorang yang mengaku kenal dengan Rica menulis, bahwa Rica kemungkinan besar bergabung dengan organisasi tertentu. Saat kuliah di Yogya, Rica pernah ikut kegiatan organisasi tersebut. Hilangnya Rica membuka tabir hilangnya sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Yogya, Banyumas dan Purbalingga selama dua hingga tiga bulan belakangan ini. Mereka melepas statusnya sebagai abdi negara, lalu pergi dari rumah bersama keluarga dan tak pernah kembali lagi. Belum diketahui pasti apakah kejadian-kejadian tersebut berkaitan atau tidak?
Kapolda Arief melanjutkan, prioritas utama dirinya, membantu Polda DIY yang saat ini sudah berada di wilayah Kalbar.
Sementara itu, dari hasil pendataan dinas terkait dan aparatur desa, diperoleh informasi bahwa sejak 2014 ada warga pendatang dari Jawa yang membentuk kelompok tani di Kabupaten Sanggau, Mempawah, Ketapang dan Landak.
Khusus Sanggau, para pendatang bercocok tanam difasilitasi instansi setempat. “Saat ini kami masih mendalami kemungkinan kaitan kelompok tersebut dengan ajaran atau aliran yang tidak sesuai dengan ajaran agama resmi di Indonesia,” tegas Kapolda Arief.
Tampak Sepi
Setelah ramai diberitakan oleh media, kediaman keluarga Aditya Akbar Wicaksono, suami dari dokter Rica Tri Handayani di Perumahan Pondok Gemilang nomor E13 Sendangadi, Sleman tampak sepi. Mereka masih syok dengan kepergian dua anggota keluarganya tersebut. Di depan rumah itu hanya terdapat dua sepeda motor bebek yang terparkir.
Saat wartawan mencoba mendatangi dan bertamu di rumah tersebut, ada seorang perempuan bernama Endang yang keluar menemui. Endang merupakan ibunda dari Aditya Akbar.
“Maaf sebelumnya, kami belum bisa menerima tamu,” ujarnya dari balik pintu rumahnya seperti yang dilansir Radar Jogja (Jawa Pos Group).
Endang mengatakan, saat ini keluarganya belum bisa diganggu oleh siapapun. Sebab, hingga saat ini dokter Rica, yakni menantunya belum kunjung ditemukan dan belum diketahui keberadaannya.
Sempat beredar sebuah pesan singkat yang menyatakan dokter Rica telah ditemukan di salah satu kota di Jawa Tengah.
Dalam pesan itu juga tertulis bahwa Rica mengaku terkena hipnotis. Namun, pesan tersebut dibantah pihak keluarga.
“(Dokter Rica) Belum ketemu. Pencarian juga dibantu tetangga kami yang anggota polisi,” ungkapnya.
Bantahan serupakan juga disampaikan Aditya Akbar, suami Rica. “Kabar itu tidak benar,” jawabnya dalam pesan singkat yang diterima oleh salah satu wartawan saat mengkonfirmasi.
Selain dokter Rica, seorang PNS di Rumah Sakit Sardjito, Jogjakarta juga diketahui meninggalkan tugasnya selama dua bulan terakhir, sejak bulan November. Seiring menghilangnya, pegawai tersebut, pihak rumah sakit sempat didatangi sejumlah anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
Humas RS Sardjito, Tresno Heru Nugroho membenarkan bahwa pegawai tersebut atas nama ES, 40, warga perumahan di Jalan Godean, Sleman. “Yang bersangkutan meninggalkan tugas lebih dari dua bulan, tidak diketahui rimbanya,” katanya.
Dijelaskan Heru, awalnya yang bersangkutan mengambil cuti seminggu, dan seharusnya telah masuk kerja pada awal November 2015. Namun sampai saat ini tidak ada kabar.
PNS bagian rehabilitasi medik hilang bersama suami dan anak-anaknya. “Saat didatangi di rumahnya, pak RT-nya juga tidak tahu, mereka semuanya meninggalkan rumah,” katanya.
Heru sempat mengaku curiga, ketika pegawai RS Sardjito beserta suami dan anaknya menghilang. Bahwa mereka diduga direkrut untuk menjadi anggota organisasi radikal. Karena setelahnya ada anggota BIN yang mencari informasi tentang keduanya.
Dari informasi yang diperolehnya, seorang anak pegawai bagian fisioterapis itu tengah belajar di sebuah pesantren di Solo, Jateng. “Kita pernah didatangi anggota BIN yang mencari informasi tentang keduanya. Kita sudah laporkan di kementrian terkait hal ini,” ungkap Heru.
Mengenai beberapa laporan orang hilang dengan misterius ini, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIJ, Kombes Pol Hudit Wahyudi meminta kepada masyarakat untuk selalu waspada, ketika ada orang asing di lingkungannya. Serta tidak segan melapor ke polisi apabila menjumpai hal-hal yang mencurigakan.
“Saling menjaga diri dan keluarga sesuai keyakinan dan agama masing-masing. Serta selalu berkomunikasi dengan satu sama lain,” ungkap Hudit.
Laporan: Ocsya Ade CP, Radar Jogja/JPG
Editor: Hamka Saptono