Ngaku Dokter dari Mabes TNI AD Berpangkat Mayjen

Lulusan SMP, Titelnya Dr. dr. Srf.Sp, Jtg.Sp. Rhm.Sp, Tlg.Sp.

DOKTER GADUNGAN. Zunaidi, pria tamatan SMP yang mengaku dokter diamankan di Kantor Inteldam XII/TPR, Jumat (21/10). AMBROSIUS JUNIUS

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Penipuan mengatasnamakan TNI Angkatan Darat (AD) kian marak di Kota Pontianak dan Kubu Raya. Sebelumnya Intel Kodim 1270/BS meringkus Aris Wong yang mengaku anggota TNI. Ada lagi yang mengaku dokter dari Mabes TNI berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen).

Pria tamatan SMP, Zunaidi, 42, diringkus Dan Inteldam XII/Tpr karena ulahnya menipu banyak warga. Dia mengaku sebagai dokter dari Mabes TNI berpangkat Mayjen atau perwira bintang dua. Parahnya lagi, warga Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kubu Raya itu menulis nama di tanda pengenalnya Dr. dr. Zunaidi, Srf.Sp, Jtg.Sp. Rhm.Sp, Tlg.Sp. Padahal belum pernah ada di Kalbar, bahkan mungkin di Indonesia, seorang dokter yang kuliah mengambil semua jurusan spesialis kedokteran.

Zunaidi ditangkap bersama barang bukti yang digunakannya saat beraksi. Petugas menyita mobil, obat-obatan medis, obat tradisional seperti dari akar pohon, jamu yang sudah diracik. Turut disita alat medis seperti jarum suntik, alat tensi dan beberapa kwitansi. Terdapat juga beberapa senjata tajam seperti samurai, alat kontrasepsi (kondom).

Dilihat dari kwitansinya yang diterima pasiennya, atas nama Medikal Herbalis Al-Ma’ruf Balai Pengobatan Alternatif, Alamat Jalan Raya Sungai Berembang, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kubu Raya.

Selain mencoreng nama baik istitusi TNI AD, Zunaidi juga memalsukan stempel atau cap serta kwitansi mengatasnamakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dia pun ditangkap di Puskesmas Sungai Rengas, Jumat (21/10).

Kepada para wartawan Zunaidi mengaku telah menjalankan aksinya sejak pertengahan 2012 lalu. Dia sudah berkeliling hampir seluruh kabupaten di Kalbar. Layanan yang dia berikan beragam. Mulai terapi, pengobatan alternatif, menyediakan obat-obat herbal hingga obat medis.

“Saya dulu berkerja sebagai penjaga sekolah, sekaligus berdagang. Saya hanya tamatan SMP,” kata Zunaidi.

Bergaya seperti dokter spesialis, Zunaidi mendatangi rumah pasien kalau dipanggil. Sebaliknya, pasien juga mendatangi tempat praktiknya yang juga kediamannya di Sungai Rengas.

“Tarif tergantung penyakit. Kalau hanya terapi Rp50 ribu. Kalau pakai obat Rp150 ribu hingga Rp3 juta. Selain herbal, saya juga pakai obat medis seperti Braxidin dan Analgesic,” ujar Zunaidi.

Penipuan yang dilakukannya sangat luar biasa hebat. Pasien yang datang dari berbagai kalangan. Tidak hanya PNS, guru dan pedagang, tetapi juga pejabat dan polisi. Biasanya pasien berobat kepadanya berulang-ulang hingga sembilan kali. Pembayaran bisa langsung (tunai) dan kredit. “Sayakan melayani semuanya, tanpa pandang latar belakang pasien,” katanya.

Zunaidi mengaku melakukan aksi penipuan sendirian, tanpa menggunakan asisten. Dia mendapatkan obat-obatan medis berdasarkan pengalamannya yang pernah melihat resep obat dari dokter. Sedangkan obat herbal dan ramuan dia racik sendiri, belajar dari temannya.

Ketika ada yang mengeluh berobat dengannya, Zunaidi berdalih pasiennya itu salah minum obat, karena telah berobat ke dokter yang lain, setelah berobat dengannya. Kemudian dia mengatasnamakan anggota TNI AD berpangkat Mayjen untuk memuluskan aksinya. Tujuannya agar para pasien yakin kepadanya.

“Ada pasien yang telepon, bahwa anaknya ingin masuk anggota TNI. Pasien itu meminta agar saya bisa mengurus anaknya. Saya mengaku pangkat saya di atas kolonel, saya mengaku berbintang dua. Biar pasien yakin, kalau saya bisa meluluskan anaknya menjadi anggota TNI,” jelas Zunaidi.

Korban Dokter Palsu

Salah seorang korban dokter gadungan, Rudi, 48 mengaku mendapatkan informasi alamat tempat praktik Zunaidi dari temannya. Dia pun berobat dengan keluhan sakit pinggang.

“Saya diberikan obat herbal seperti racikan jamu sebanyak dua kampel dan obat kapsul,” ungkap warga Kota Baru, Pontianak Kota ini kepada wartawan di kantor Dan Inteldam XII/TPR.

Rudi mengaku membayar biaya bertobat Rp1.675.000. Malamnya dia minum obat kapsul dari Zunaidi. Besok paginya dia minum jamunya, sesuai resep dokter gadungan. Siangnya Rdu tidak bisa masuk kerja. Dia pun menghubungi temannya yang merekomendasikan berobat ke tempat praktik Zunaidi.

“Teman saya yang lain bertanya kepada saya, berobat kepada siapa? Saya menjawab berobat ke dokter dari Mabes TNI. Lalu teman saya bilang, hati-hati bisa ditipu kamu,” cerita Rudi.

Setelah diingatkan temannya, Rudi mengecek kembali kwitansi pembayarannya. Saat itulah dia sadar telah ditipu. “Sadarnya karena melihat kwitansi ada yang janggal. Setelah diberikan obat, saya mudah saja menyerahkan uang,” kesalnya.

Merasa ditipu, Rudi menghubungi Zunaidi yang ternyata nomor handphonenya masih aktif. Rudi memancing Zunaidi, mengaku ingin berobat lagi. Kemudian mengatakan kalau anaknya ingin masuk TNI. Pada saat ditelepon Zunaidi mengaku sibuk rapat dengan IDI. Bahkan dia mengaku sibuk rapat dengan presiden.

“Saya bilang dengannya, anak saya mau masuk TNI, saya minta bantu dia agar bisa mengurus anak saya. Ditelepon dia mengaku pangkatnya di atas kolonel, dia mengaku perwira dari Mabes TNI dengan pangkat bintang dua (Mayjen). Saat itulah saya makin yakin dia penipu,” papar Rudi.

Dengan wajah kesal, Rudi pun melapor ke Inteldam, ada yang mengaku anggota dari Mabes TNI, sekaligus berprofesi sebagai dokter. Dari pengakuan Rudi, dia baru sekali berobat dengan Zunaidi. Pada saat bertemu, Zunaidi mengaku bisa mengobati berbagai macam penyakit dengan obat yang sama.

Lain halnya Ade M. Yusuf, 50. Dia kenal dengan Zunaidi melalui seorang agen asuransi. Agen asuransi itu teman istrinya waktu SMA. Kebetulan Zunaidi menjadi nasabah asuransi itu. Ketika berkenalan dengan istrinya, Zunaidi pun mengaku bisa mengobati berbagai jenis penyapenyakit.

“Kenal sejak tiga tahun yang lalu. Gayanya si seperti anggota TNI yang dia buat sendiri,” ungkap Ade kepada wartawan di Kantor Dan Inteldam XII/TPR.

Ade berobat dengan keluhan belum memiliki keturunan. Zunaidi pun bergaya seperti dokter spesialis kandungan. Bahkan dokter gadungan ini membuka praktik di rumah Ade selama enam bulan. Mestinya dia yang membayar sewa rumah kepada Ade. Sebaliknya, malah Ade yang membayar biaya berobat kepadanya sebesar Rp15 juta.

“Saya seperti dipengaruhi, ada keluhan sakit pun saya berobat dengannya,” kesal Ade.

Tak ingin ada korban lainnya, Rudi mendatangi kediaman Zunaidi. Dia mencari tau latar belakang dokter gadungan itu. Menanyakan dengan warga dan ketua RT setempat. “Saya tidak ingin lagi ada korban yang lainnya. Kami pun langsung melaporkan ini,” papar Ade.

Wakil Komandan Dan Inteldam XII/TPR, Mayor Inf Catur R Nugroho mengatakan, penangkapan Zunaidi berawal dari laporan warga, bahwa ada seorang yang mengaku anggota Mabes TNI berpangkat Mayjen.

“Saya perintahkan kepada anggota untuk cek ke lapangan. Ternyata disitu ada korbannya. Kita bekerjasama dengan korban untuk menangkapnya,” ungkap Catur.

Catur menjelaskan upaya penangkapan. Karena berkaitan dengan medis, TNI berkoordinasi dengan dinas terkait di Kubu Raya.

“Dia mengaku berpangkat colonel kepada kita. Namun kepada korbannya dia mengaku berpangkat Mayor Jenderal. Padahal hanya tamatan SMP,” ujar Catur.

Karena pelaku merupakan warga sipil, Catur berkoordinasi dengan kepolisian, menindaklanjuti kasus ini. “Kita sudah pastikan dia bukan anggota TNI. Dia bukan dokter,” tegas Catur.

Dari hasil pemeriksaan, Zunaidi banyak titel kedokterannya dan mengaku dari Mabes TNI agar bisa meyakinkan pasiennya. Sudah ada lima warga yang melapor sebagai korban.

“Ini bahaya sekali. Apalagi dia mengaku dokter. Saya mengimbau kepada masyarakat, jangan mudah percaya begitu saja. Jika ada yang menyalahi wewenang, segera melapor kepada pihak yang berwajib. Jika mengaku oknum kita, silakan melapor ke Inteldam atau teritorial dan POM,” ungkap Catur.

Laporan: Ambrosius Junius

Editor: Hamka Saptono