eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Melejitnya harga bahan bangunan tentu berdampak pada pembangunan rumah bersubsidi. Diprediksi tahun ini, harga rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) tersebut juga ikut naik.
“Ada rencana bahwa di tahun ini harga rumah dari pemerintah mau dinaikkan,” ujar Ketua Asosiasi Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Kalbar, Khairiana, kemarin.
Kenaikan tersebut, diprediksinya akan terjadi pasca digelarnya Pemilihan Umum (Pemilu) April 2019 mendatang. Dia menduga, kenaikan tersebut salah satunya dikarenakan naiknya harga bahan-bahan bangunan.
Meski kenaikan harga bahan bangunan itu hingga saat ini belum mengalami kenaikan, namun wacana itu semakin menguat.
“Misalnya bahan bangunan seperti semen, saya dengar mau naik Rp1500-an,” sebutnya.
Adanya kenaikan ini, kata dia, akan mempengaruhi aturan-aturan yang telah dibuat pemerintah saat ini. Kenaikan harga menurutnya, tentu saja akan mengubah strategi pengembang dalam membangun rumah bersubsidi. Pengembang tidak bisa dengan mudah mengubah harga rumah bersubsidi.
“Kalau ada kenaikan, tahun 2019 pasti ada lagi perubahan syaratanya. Pengembang nantinya harus pandai-pandai atur strategi. Misalnya, jika ingin memakai harga di tahun 2018, mungkin bisa disiasati, dengan mengurangi luas tanah,” jelasnya.
Selaku asosiasi yang menaungi pengembang perumahan, pihaknya memiliki harapan di tahun ini. Jika pun nanti ada kenaikan harga rumah bersubsidi, pemerintah lebih mempertimbangkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang maupun debitur. Diakuinya, persyaratan yang dikenakan itu, cukup menyulitkan.
“Kita berharap untuk syarat pengembang jangan terlalu menyulitkan, begitupun bagi debitur, syaratnya jangan terlalu bayak,” ucapnya.
Dia beranggapan, permintaan masyarakat untuk memiliki rumah bersubsidi masih sangat tinggi. Penjualan rumah bersubsidi di tahun 2018 pun, dikatakannya cukup menggembirakan. Namun, sejumlah persyaratan, disebutkannya menjadi kendala bagi masyarakat untuk memiliki rumah bersubsidi.
“Masyarakat dapat dikatakan semangat untuk memiliki rumah, hanya mereka sering terbentur dengan syarat. Catatan kredit macet yang sebelumnya pernah dilakukan oleh debitur, membuat mereka sulit memenuhi persyaratan dari perbankan,” tegasnya.
Sesebelumya Ketua REI Kalbar, M Isnaini menyebutkan permintaan rumah subsidi tentu masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sebab menurutnya masih banyak penduduk yang belum memiliki hunian.
“Kita masih meneruskan program sejuta rumah bagi MBR, sebab kita ketahui untuk kebutuhan hunian sendiri, masyarakat masih belum sepenuhnya memiliki,” tutupnya.
Laporan : Nova Sari
Editor : Andriadi Perdana Putra