PLN Ganti Meteran Listrik Prabayar

METERAN. Ribuan Kwh meter pra bayar milik pelanggan yang diganti dan disimpan di Kantor PLN Rayon Nanga Pinoh. (Dedi Irawan/RK)

eQuator.co.id – MELAWI-RK. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Melawi saat ini tengah menarik atau mengganti meteran listrik pra bayar yang macet atau sudah usia tua. Sejak program ini dimulai pada Desembar 2018 lalu, sebanyak 3.685 unit meteran prabayar merek Glomet di rumah-rumah pelanggan telah diganti.

Manager PLN Rayon Nanga Pinoh, Noken Priono Nababan mengatakan, penggantian meteran memang program dari PLN. Program ini diperuntukkan bagi Kwh meter yang macet atau sudah usia tua.

“Rata rata yang diganti itu meteran merk Glomat. Persoalan pergantian meteran ini juga sudah kita sampaikan ke pihak Pemkab Melawi,” katanya, Selasa (11/6).

Nababan mengungkapkan, meteran yang mengalami gangguan atau rusak, ditandai dengan adanya meteran yang sudah habis pulsanya, namun tidak bisa lagi dilakukan pengisian. Kondisi ini kerap membuat pelanggan mengeluh.

“Yang seringkali menjadi keluhan masyarakat terhadap meteran tersebut yakni terjadinya kegagalan saat mengisi voucer listrik dengan penjelasan nomor token yang tertera salah, meskipun sebenarnya nomor token yang ditekan sudah benar. Tidak hanya itu, juga sering kali terjadi munculnya gangguan seperti terjadi padam tiba-tiba dengan penjelasan yang tertulis di meteran periksa,” ungkap pria yang baru menjabat sebagai Manager PLN Melawi kurang lebih tiga bulanan itu.

Banyaknya keluhan dari pelanggan terhadap KWH meter pra bayar ini membuat PLN harus melakukan pergantian meteran secara gratis. Hal ini tidak hanya terjadi Kabupaten Melawi tapi di seluruh Indonesia.

Hingga saat ini, kata Noken, pergantian meteran yang dilakukan pihak PLN Melawi sudah sebanyak 3.685 unit sejak program pergantian dimulai pada Desember 2018.

Sistem pergantian dilakukan tidak hanya menunggu laporan atau keluhan dari masyarakat saja, namun pihaknya juga melakukan jemput bola pada rumah-rumah yang memiliki meteran dengan merk Glomet berada.

“Semua kita ganti dengan meteran merk Hexim. Namun sebetulnya bukan karena merknya, tapi lebih 
dikarenakan masa pakainya,” paparnya.

Untuk mengetahui berapa lama masa pakai meteran yang digunakan, pihaknya terus melakukan pengujian dengan mengambil sample, apakah masih layak atau tidak.

“Kalau masih layak maka tetap lanjut dipakai dan kalau tidak ya diganti. Yang namanya benda elektronik apalagi buatan manusia tetap ada masa pakai ya,” ucapnya.

Noken berharap kepada masyarakat, kalau ada keluhan terhadap KWH meter dirumahnya agar segera diinformasikan ke PLN untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Adapun tanda-tanda KWH meter yang harus diganti diantaranya tidak bisa beli voucer dan adanya sesuatu yang tidak normal dengan tanda tulisan diperiksa.

“Karena  apabila ada gangguan meteran tetap bisa mendeteksinya, makanya disebut sekarang disebut 
listrik pintar, karena bisa mendeteksi gangguan yang terjadi,” ujarnya.

Wawan, satu diantara warga Melawi yang KWH meternya sudah diganti mengaku sempat kesal ketika mengetahui nomor token yang tertera di Kwh meter miliknya gagal terus ketika membeli voucer listrik. Bahkan hingga berulang-ulang kali membeli voucer.

“Sempat kesal juga. Awalnya saya pikir adanya gangguan sehingga tidak bisa beli voucer listrik. Ternyata memang KWH meternya yang sudah rusak. Namun ketika saya melaporkannya ke pihak pelayanan teknis PLN, saya mendapatkan penjelasan bahwa rata-rata meteran dengan nomor 
seri token yang awalannya 34 memang sudah tidak bisa dipakai lagi, alias harus ganti, seperti gagal produk gitu. Namun setelah diganti saya merasa lega,” pungkasnya. (Ira)