Gerakan Bumi di Nanga Mahap

PGN: Tidak Terdeteksi Gempa di Kalimantan

RETAK. Dinding rumah Blasius Moloi, warga Desa Batu Pahat, Kecamatan Nanga Mahap, yang mengalami kerusakan akibat getaran mirip gempa, Senin (5/12). WARGA BATU PAHAT for RAKYAT KALBAR

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Warga di Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, dikejutkan dengan getaran mirip gempa, Senin (5/12) sekitar pukul 11.20. Beberapa bangunan dikabarkan rusak ringan.

Getaran tidak dirasakan menyeluruh di kecamatan itu. Bahkan Kapolsek setempat, Ipda PSC Kusuma Wibowo, yang saat kejadian tengah menghadiri Safari Natal Pemkab Sekadau di Gereja Santa Maria Bunda Allah, di Desa Nanga Mahap, mengaku tidak merasakannya.

“Seluruh warga dan undangan yang ada tidak merasakan adanya getaran. Tapi ada beberapa warga di tempat lain yang merasakannya,” ucap Bowo kepada Rakyat Kalbar, kemarin.

Lanjut dia, beberapa kawasan yang warganya merasakan getaran diantaranya di Dusun Engkayak dan Dusun Tanjung yang merupakan bagian Desa Nanga Mahap. “Tapi di tempat kami acara Safari Natal tadi tidak merasakan adanya getaran. Padahal, jarak tempat acara safari dengan Dusun Enkayak hanya sekitar 1 Km,” paparnya.

Imbuh Bowo, “Tapi anggota Bhayangkari yang tinggal di asrama Polsek Nanga Mahap ada yang merasakannya”.

Dikonfirmasi, Gita, salah seorang anggota Bhayangkari yang tinggal di asrama Nanga Mahap mengaku merasakan getaran itu. “Tapi tidak lama. Hanya sekitar dua sampai tiga detik,” ucapnya. Sambung dia, getarannya seperti ada yang membunyikan meriam karbit.

Selain Engkayak dan Dusun Tanjung, getaran juga dirasakan warga di dekat SMAN 1 Nanga Mahap, pasar di sana, dan di wilayah Desa Batu Pahat. Bahkan, dinding rumah di Batu Pahat ada yang retak. Beberapa perabotan, seperti piring dan gelas, pun ikut bergetar.

Warga RT 1 Dusun Batu Pahat, Blasius Moloi mengakui merasakan goncangan. “Rumah saya berbunyi seperti ada yang menabrak dengan mobil,” ucap pria 43 tahun itu.

Kata dia, saat goncangan terjadi, dirinya tengah berada di teras rumah mengobrol dengan tamu. “Semen dinding rumah saya dekat pintu depan, retak. Dua sisi rumah bagian dapur juga ikut retak,” ulas Moloi.

Ia pun spontan keluar rumah untuk mencari apa yang terjadi. “Tetangga saya di belakang rumah, Romi, juga keluar dan menanyakan ada apa,” tuturnya.

Kontan, guncangan di Mahap ini jadi obrolan di media sosial. Amrin Zuraidi Rawansyah, Guru SMPN Landau Apin, mengupload apa yang dirasakannya di Facebook miliknya sekitar 20 menit usai kejadian.

“Tanah Gemetar. Begitu belok dan singgah di warung langganan di Engkada, sebuah kehebohan baru saja terjadi. Sekitar 20 menit sebelumnya, 1-2 detik, terjadi goncangan tanah dikawasan pemukiman, ada rumah yang dindingnya retak. Gempa? Entah,” tulis Amrin.

Postingan itu langsung dikomentari pengguna Facebook lainnya. Foto-foto bangunan yang rusak pun menyebar di dunia maya.

Camat Nanga Mahap, Hermanto, membenarkan kehebohan warga terkait getaran itu. “Saya sudah laporkan ke BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Sekadau,” ujarnya.

Sejauh ini, pihak kecamatan masih belum mengetahui secara persis apakah hal tersebut betul-betul gempa. “Kita masih tunggu dari BPBD. Yang jelas, sekarang sudah kita data dan sementara ini hanya ada satu bangunan yang rusak ringan,” tukas Hermanto.

Sementara itu, pihak BPBD Sekadau sendiri mengaku belum bisa menentukan apakah getaran itu memang diakibatkan gempa. Yang pasti, peristiwa tersebut telah dilaporkan ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pontianak.

“Untuk sementara, pihak BMKG belum memberikan kejelasan apakah memang ada gempa di Mahap,” ucap Akhmad Suryadi, Kepala BPBD Sekadau.

Dikatakannya, kemungkinan gempa terjadi di Sekadau sangat kecil. Pasalnya, Sekadau dan kalimantan bukanlah daerah yang dilintasi lempengan kerak bumi yang bisa menimbulkan gempa seperti daerah lainnya.

“Makanya kita belum bisa pastikan. Lagian, informasi dari BMKG Pontianak juga belum bisa memastikan penyebab getarannya,” terangnya.

Meski demikian, getaran seperti ini bukan hal baru. Di Kota Sekadau, Kecamatan Sekadau Hilir, getaran serupa pernah terjadi sekitar 1999 silam. Getaran itu sempat membuat kaca rumah warga pecah meski tidak menimbulkan korban jiwa.

“Mungkin kepada warga hati-hati saja. Kalau memang ada yang tidak beres, segera berlindung ke tempat yang aman,” pinta Akhmad.

Menurut Prakirawan Stasiun Metiologi Supadio Pontianak, Septikasari, laporan dari Akhmad telah diterima pihaknya. Dan sudah dilaporkan ke BMKG pusat.

“Namun katanya tidak terdeteksi gempa,” ujar dia.

Imbuh Septikasari, “Untuk alat di Supadio ini hanya bisa memantau, hujan deras, angin kencang dan hotspot. Tapi kalau mengenai gempa langsung terpantau pusat,karena alatnya lebih lengkap”.

Senada, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Pontianak, Sri Ningsih. Ia mengaku sudah mendapatkan laporan getaran di Mahap dari Akhmad.

“Informasi ini sudah kita teruskan ke PGN (Pusat Gempa Nasional) BMKG di Jakarta,” ucapnya.

Ia menegaskan, untuk mendeteksi gempa, pihak BMKG hanya berpatokan pada data analisa dari PGN. “Mungkin bisa hubungi langsung pihak PGN di Jakarta,” saran Sri.

Budi, prakirawan PGN di BMKG Jakarta juga mengakui jika sudah mendapatkan permintaan informasi getaran di Nanga Mahap dari BMKG Supadio Pontianak. “Tapi dari hasil pengecekan kita, di waktu dimaksud tidak terdeteksi adanya gempa di Kalimantan,” terangnya via telpon kepada Rakyat Kalbar.

Menurut informasi yang dia dapat, getaran di Mahap terjadi sekitar pukul 11.20 Wib. Di waktu yang hampir bersamaan, atau 12.40 Wit, memang terjadi gempa di dekat Manado, Sulawesi Utara.

“Kekuatan gempa di Manado itu 4,3 skala richter (SR). Sementara di Kalimantan, nihil,” tegas Budi.

 

Laporan: Abdu Syukri dan Syamsul Arifin

Editor: Mohamad iQbaL