Yang Jadul Masih Punya Daya Tarik

Copenhagen-Pontianak: Sister City

KENANG-KENANGAN. Sutarmidji memberikan suvenir khas Kota Pontianak kepada Dubes Denmark Casper Klynge, di kantornya, Jumat (4/10). Humas Pemkot Pontianak for RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Tak hanya mirip tipikal wilayahnya, Copenhagen yang merupakan Ibukota Denmark ternyata menghadapi problem serupa dengan Kota Pontianak. Terutama dalam penanggulangan lingkungan dan tata kotanya.

Hal ini mendorong Duta Besar Dermark, Casper Klynge, berkunjung ke Pontianak, Jumat (4/10). “Kenapa Pontianak? Karena kami ingin melebarkan fokus, tidak hanya di Jakarta dan Jawa, tapi daerah-daerah lain di Indonesia ini. Pontianak merupakan satu sampel yang bagus karena selain kotanya, managemennya bagus,” tuturnya dalam jumpa pers di ruang pertemuan lantai dua Balai Kota Pontianak, usai ngobrol dengan Wali Kota Sutarmidji.

Lanjut dia, ditilik dari ukuran dan jumlah penduduk, Pontianak tak jauh beda dengan Copenhagen. Tantangan yang dihadapi pemerintah kota setempat pun lebih kurang sama.

“Bisa di (sebut) sister city (kota bersaudara),” ujar Casper. Dengan kesamaan ini, dia berharap masing-masing pihak bisa mengeksplor lebih jauh potensi-potensi apa saja yang dimiliki masing-masing untuk kemudian dibuatkan kerja samanya.

Casper sendiri, sebelum bertemu Sutarmidji, sepertinya sempat keliling Pontianak dengan sepeda. Terlihat dari pakaian yang dia kenakan ketika bertemu Wali Kota Pontianak dua periode itu: baju kaos oranye dengan bendera Denmark dan Indonesia terjahit di lengan kanan. Sedangkan, Sutarmidji tengah memakai setelan khas hari Jumatnya: batik.

Kata Casper, program wali kota agar Pontianak lebih nyaman ditinggali warganya sama dengan fokus Pemerintah Kota Copenhagen dalam membangun. “Smart city dan area yang bisa dikembangkan dari itu,” jelas dia.

Soal Pontianak-Copenhagen bisa disebut sebagai sister city, Sutarmidji sepakat. Ia menyampaikan, dari pertemuan tersebut, selain beberapa pembahasan kerja sama yang akan ditingkatkan kedepan, dirinya dan Casper juga bertukar pikiran dalam penanganan masalah perkotaan.

“Makanya ada beberapa (kebijakan Pemkot Copenhagen) yang bisa diterapkan di sini. Sama. Mereka pernah melakukan penataan sungai, tapi masih banjir. Nah sekarang tidak lagi. Penanganan-penanganan seperti itu yang kita ambil contohnya,” ungkap pria yang karib disapa Bang Midji itu.

Kerja sama yang akan ditingkatkan mendatang, lanjut dia, fokus pada beberapa hal. Terutama bidang pendidikan, lingkungan hidup, dan kerajinan usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM).

“Untuk kerajinan, (produk Pontianak) yang bisa dijual di sana sudah kita jajaki, karena di sana sudah ada beberapa agen yang bekerja sama untuk memasarkan produk UMK kita,” tuturnya.

Yang tak kurang pentingnya, Midji menjelaskan, menyangkut kerja sama dalam konsep smart city. Lagi-lagi Denmark punya kesamaan soal ini, yaitu bagaimana membangun kota modern tanpa meninggalkan tradisi mereka.

“Bahwa kota harus menjadi kota yang smart, memberdayakan segala teknologi, tapi juga mengakar pada akar budaya daerah itu. Karena sehebat apapun teknologi, budaya dan kearifan lokal itu pondasi dasar dalam pengelolaan kota itu,” tukasnya.

Imbuh Midji, “Tidak bisa seluruhnya bergantung pada aplikasi IT, kearifan lokal penting. Denmark sekalipun tumbuh sebagai negara yang modern, tapi hal-hal yang bersifat tradisi masih mereka lakukan”.

Bahkan, diterangkannya, untuk kerajinan suvenir, Denmark mempertahankan tradisi kunonya. Sementara, kebanyakan orang Indonesia sekarang ini seperti sudah ingin lari dari desain yang kata orang Jadul (jaman dulu) ke hal-hal modern.

“Yang sebenarnya itu tidak mengakar ke kita. Sehingga itu menjadikan asing bagi kita, dan tidak menjadi daya tarik bagi orang luar. Orang kan mau datang ke Pontianak karena mau lihat aslinya Pontianak. Nah jangan kita ubah, tapi buat orang semakin nyaman mengakses itu,” papar Midji.

Selain bertemu dengan wali kota, dalam kunjungannya ke Pontianak, Casper juga memberikan kuliah umum di Universitas Tanjungpura tentang bagaimana Indonesia dan Denmark bisa memanfaatkan kerja sama pemerintah ke pemerintah maupun bisnis ke bisnis. Kuliah itu akan dilanjutkan dengan seminar dan diskusi panel tentang upaya mengintegrasikan solusi berkelanjutan mutakhir dalam tata kelola kota di Indonesia.

Intinya, Casper ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan Denmark, juga mempromosikan kota di Indonesia seperti Pontianak ke warga Denmark. “Apakah itu di bidang energi terbarukan, pengelolaan sampah dan air limbah, solusi kota pintar ataupun lainnya, Denmark dan perusahaan Denmark menyediakan teknologi mutakhir dan kompetensi yang dapat diterapkan di kota-kota Indonesia untuk kepentingan kedua negara,” tutupnya.

 

Laporan: Fikri Akbar

Editor: Mohamad iQbaL