Wasekjen MUI: Toleransi Masyarakat Sintang Tinggi

Dikawal Umat

Sementara itu, Kedatangan Wasekjen MUI di Sintang Jumat (13/1) pagi dikawal ketat ratusan warga yang mengatasnamakan umat Pembela Islam. Mereka berkumpul menyatu  di Bandara Susilo menyambut kedatangan Ustadz Tengku Zulkarnain. Kedatangan Tengku Zulkarnain disambut dengan takbir dari ratusan umat Islam.

Ketua I MUI Sintang Kholidul Mufid mengatakan mayarakat berkumpul secara spontanitas, yang sebelumnya mendapat kabar tokoh nasional Islam ditolak untuk memijakkan kaki di Bumi Senentang.  Kholidul Mufid mendesak Kapolres Sintang segera menangkap atau mengamankan 30-an pelaku aksi yang menggunakan sajam saat menolak kedatangan Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain, di tangga pesawat Garuda, Kamis (12/1).

“Segera tangkap pelaku yang gunakan Sajam. Karena aksi penolakan dilakukan sudah tidak sesuai prosedur,” kata Kholidul.

Ia menegaskan, suatu gerakan atau aksi menggunakan sajam tidak dibenarkan secara prosedur hukum dan UU di negara Republik Indonesia. “Intinya, Polisi harus menegakan aturan hukum yang berlaku. Membawa Sajam saja sudah merupakan perbuatan yang dilarang, apalagi ini didapati di area terbatas Bandara,” ucapnya.

Kholidul mengaku aneh orang bersajam bisa lepas hingga tangga pesawat yang standar pengamanan Bandara itu berlaku secara nasional maupun internasional. “Artinya, ketika kita masuk dalam lingkungan Bandara saja, semua perbekalan mulai dari barang bawaan hingga pernak pernik pakaian kita turut diperiksa. Tapi ini aneh, ketika mereka bawa senjata tajam sampai sampai ke tangga pintu pesawat lolos begitu saja,” tuturnya.

Ditegaskannya, Tengku Zulkarnain tidak pernah menjelekkan masyarakat Dayak. “Buktikan kalau saya pernah menjelekan masyarakat Dayak,” kata Kholidul menyitir pernyataan Tengku Zulkarnain.

Dihadirkannya Wasekjen MUI di Sintang, lanjut dia, agar suasana semakin kondusif. “Kita tidak ingin ada rasa kekecewaan mendalam pada umat Islam, setelah tokoh ulama nasional ditolak keberadaannya di Kabupaten Sintang,” jelasnya.