Warna-warni Hari Pertama Masuk Sekolah

Tak Hanya Bermain, Siswa PAUD Kasih Ibu Diajarkan Surah-Surah Pendek

HARI PERTAMA. Siswa PAUD Kasih Ibu saat mengikuti hari pertama masuk sekolah—Ocsya Ade CP

eQuator.co.id – HARI pertama sekolah, Senin (15/7), menjadi momen penting tak hanya bagi siswa, tapi juga orang tuanya. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy mengingatkan pentingnya tanggung jawab orang tua membantu menyiapkan mental anak saat hari pertama masuk sekolah agar anak lebih percaya diri.

Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2019/2020 setelah libur panjang kenaikan kelas dilaksanakan secara serentak di Indonesia, Senin 15 Juli 2019.

Momen-momen menyentuh pun mewarnai hari istimewa ini. Mulai dari orang tua yang enggan melepas kepergian anaknya di kelas sampai siswa yang menangis di kelas karena belum siap dengan suasana baru di sekelilingnya.

Tak terkecuali di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kasih Ibu di Patok 6, Desa Rasau Jaya 1, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Pada hari pertama masuk sekolah, setidaknya ada kurang lebih 20 siswa baru bergabung di PAUD yang berdiri sejak 2009 itu. Beragam pula cerita dari siswa baru ini. Putri misalnya.

“Anak saya ini kan hari-hari biasanya bangun siang. Nah, hari pertama masuk PAUD ini dia bisa bangun awal. Saking semangatnya untuk bermain perosotan,” kata Sesthya Wara Winnia, Ibunda Putri kepada koran ini.

Karena keasyikan bermain perosotan, lanjut Sesthya, anaknya sulit untuk diajak ke ruang kelas saat sesi perkenalan diri antar sesama siswa. Bahkan, sempat menangis tak mau pisah dari orang tuanya.

“Mungkin karena keasyikan bermain bersama teman-teman barunya dan didampingi orang tua. Makanya main terus. Apalagi sebelum masuk PAUD, ayahnya sempat buatin video untuk channel youtube “Kak Raisyah & Mom” tentang unboxing seragam PAUD. Jadi dia kira hari pertama ini lanjutan buat video,” jelasnya.

Sesthya menerangkan, setelah beragam drama dilewati akhirnya anaknya manut mengikuti rangkaian kegiatan hari pertama di PAUD itu. “Semoga saja anak saya betah. Karena, orang tua tak selamanya bisa mendampingi anak di PAUD. Kita lihat nantilah. Bisa melewati hari pertama ini saja, sudah senang rasanya,” tutup perempuan 28 tahun ini.

Selain itu, banyak juga drama-drama lainnya dari siswa baru di PAUD ini. Nour Hazimah, Pengelola PAUD Kasih Ibu menerangkan, drama-drama semacam itu sudah biasa terjadi. “Wajar saja. Karena masuk PAUD adalah momen pertama anak belajar berpisah sementara dari orang tua,” tuturnya.

Ia menerangkan, saat ini ada sekitar 40 siswa di PAUD Kasih Ibu. Separuhnya adalah siswa baru. Namun, nantinya jumlah itu bisa saja bertambah. “Biasanya, dalam perjalanan tahun ajaran, ada orang tua yang memasukan anaknya ke PAUD Kasih Ibu. Kita tidak boleh menolak. Harus diterima,” tutur dia.

Hazimah mengatakan, dia bersama tiga guru lainnya menerapkan pendidikan karakter dan keagamaan di PAUD itu. Sesuai visi dan misinya. Diantaranya, mewujudkan anak-anak usia dini yang berakhlak mulia, sehat, cerdas, ceria serta memiliki kesiapan fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan selanjutnya.

“Kita perbanyak mengajarkan soal agama. Seperti memperbanyak mengajarkan membaca doa-doa surah pendek. Kalau dulukan membaca doa hanya sekedarnya saja. Kita berharap, anak-anak ini bisa menguasai surah-surah pendek dan doa sehari-hari. Ini yang kita terapkan di sini. Orang tua juga diharapkan menerapkan disiplin ke anaknya,” harapnya. (oxa)