Waria Membusuk di Jalan Karet

MENJAHIT. Dokter Forensik Polda Kalbar, dr. Edi Hasibuan bersama Tim Forensik Dokpol sedang menjahit mayat di RSUD Soedarso, Sabtu (20/8). MARSELINA EVY

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Aroma busuk menusuk hidung ketika Rakyat Kalbar memasuki ruang pemulasaran jenazah RSUD Soedarso, Sabtu (20/8). Dokter Forensik Polda Kalbar, dr. Edi Hasibuan, SpF tampak sedang mengamati proses penjahitan tubuh mayat.

Brigpol Dwi Sutiono dan dua dokter muda dari Universitas Tanjungpura (Untan) tampak sedang sibuk menjahit bagian tubuh dan kepala mayat. Tim dokter mengotopsi mayat waria yang ditemukan membusuk di Jalan Karet, Pontianak Barat, Jumat (21/8) malam.

Sebelumnya tubuh dan kepala korban di bedah untuk mengambil beberapa bagian organ tubuhnya, agar dapat diteliti lebih lanjut. “Paling besar kita ambil itu tiga kali tiga sentimeter bah. Gak kita aduk-aduk sembarang,” kata dr. Edi menjelaskan proses otopsi.

“Hasil sementara ini, menunjukkan adanya tindak kekerasan terhadap korban,” ungkap dr. Edi.

Pada daerah wajah tampak adanya tanda-tanda pembekapan. Pada daerah leher tim Forensik Dokpol menemukan adanya tanda-tanda pencekikan. “Kami menemukan juga adanya luka-luka memar di daerah dada, wajah, kedua lengan atas kanan dan kiri,” terang dr. Edi

“Tampak adanya luka memar di daerah kepala bagian atas, tulang-tulang tengkorak utuh. Kami menemukan adanya tanda-tanda mati lemas,” tambahnya.

Hasil pemeriksaan luar menunjukkan, jenazah sudah dalam proses pembusukan lanjut. Kulit sudah menghitam di beberapa bagian. Bola mata menonjol keluar dan mulut mencucur. Tubuh secara umum telah mengelembung.

Jenazah teridentifikasi seorang laki-laki. Umur diperkirakan sekitar 30 tahun, dengan panjang badan 162 centimeter. Warna rambut hitam pirang dan panjang, perawakan tampak seperti perempuan. Pemeriksaan lanjut menemukan ada dua tatto  di tubuh mayat. Yang pertama di lengan bawah kanan bergambar kupu-kupu berwarna biru hitam merah. Tato yang kedua berada di punggung bawah bagian pinggang, tepat di atas bokong bergambar bunga berwarna biru merah hitam.

“Waktu kematian diperkirakan sekitar 3-4 hari, sejak dari hari ini,” terang dr. Edi.

Sejauh yang tampak, organ-organ dalam utuh dan telah terjadi proses pembusukan lanjut, sehingga sangat sulit untuk menemukan adanya kelainan.

“Penyebab pasti kematian sulit untuk ditentukan, karena sudah terjadi proses pembusukan lanjut. Tetapi pembekapan dapat mengakibatkan mati lemas,” tutup dr. Edi. (epy)