eQuator – Sintang-RK. Warga perbatasan Indonesia-Malaysia, di Desa Muakan Petinggi, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang masih sangat mendambakan layanan listrik dari PLN. Selama ini mereka hanya mengandalkan Generator Set (Genset) untuk penerangan.
“Kadang-kadang Genset-nya kita hidupkan dari pukul 17.00 hingga pukul 00.00. Kadang juga tidak sampai enam jam. Tergantung ketersediaan minyaknya,” kata Pak Dat, salah seorang Tokoh Masyarakat Desa Muakan Petinggi kepada wartawan, Minggu (1/11).
Warga yang menggunakan Genset tersebut, ungkap Pak Dat, tentunya yang memiliki sedikit kemampuan finansial. “Genset itu untuk memenuhi kebutuhan listrik, seperti penerangan, televisi, radio atau mengisi daya baterai handphone,” katanya.
Untuk mendapatkan listrik, kata Pak Dat, memang masyarakat di kawasan perbatasan negara ini masih harus banyak mengeluarkan uang, bukan hanya untuk membeli Genset tetapi juga untuk Bahan Bakan Minyak (BBM).
Pak Dat yang juga mengandalkan Genset, sehari-hari menghabiskan enam liter, dengan harga BBM hingga Rp12 ribu per liter. “Jadi jika ditotalkan, 6 dikali Rp12 Ribu, maka pengeluaran setiap harinya Rp72 Ribu. Jika dikalikan selama satu bulan, maka pengeluaran sekitar Rp864 Ribu,” rincinya.
Dengan pengeluaran yang hampir satu juta itu hanya untuk mendapatkan aliran listik itu, tambah dia, sangat wajar masyarakat desa di beranda depan negara ini mengharapkan PLN “masuk”. “Sangat berharaplah dapat segera menikmati layanan listrik dari PLN,” tutur Pak Dat.
Dia mengungkapkan, Desa Muakan berpenduduk sekitar 2.000 jiwa. Mereka hidup dengan mata pencaharian sebagai petani karet, sawit, bertanam lada atau bekerja di luar. “Kalau untuk lada hasilnya cukup lumayan,” kata Pak Dat.
Untuk sampai ke Desa Muakan Petinggi dari Ibukota Kabupaten Sintang, kata Pak Dat, sekitar enam hingga tujuh jam perjalanan. “Sementara jika ditempuh dari ibu kota Kecamatan, di Senaning sekitar dua jam perjalanan,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Badan Pengelola Perbatasan (BPP) Sintang, Kartiyusberharap warga yang hidup di beranda depan negara itu tetap bersabar. Sebab saat ini perbatasan mulai diperhatikan pemerintah.
Dia mencontohkan, dengan adanya Jalan Paralel, diharapkan memacu berbagai program pembangunan selanjutnya di wilayah perbatasan. Terutama yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan warga, seperti listrik dan sebagainya. “Nanti kita harap menyusul semua. Termasuk untuk listrik saat ini kita juga sedang mengajukan ke PLN untuk Desa Sui Pisau,” ungkap Kartiyus.
Laporan: Achmad Munandar
Editor: Mordiadi