Warga Perbatasan Andalkan Genset dan Pelita

ilustrasi.net

eQuator – Sintang-RK. Lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka, warga perbatasan RI-Malaysia, di Desa Muakan Petinggi Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang hingga saat ini belum menikmati aliran listrik. Mereka masih mengandalkan pelita untuk penerangan di malam hari. Sementara bagi mereka yang mampu menggunakan genset.

Namun biaya operasional genset tidak murah. Tokoh masyarakat setempat, Pak Dat menuturkan, harga bensin di desa mereka Rp11 ribu sampai Rp12 ribu per liter. Per hari dibutuhkan tak kurang dari enam liter bensin. Artinya warga harus merogoh kocek Rp72 ribu perhari. Total perbulan biaya yang harus dikeluarkan untuk penerangan mencapai Rp864 ribu. “Kita sangat berharap dapat segera menikmati layanan listrik di desa kita ini,” ujarnya.

Kondisi ini dirasa sangat memberatkan. Terlebih selama ini desa berpenduduk sekitar dua ribu jiwa itu, mayoritas mengandalkan karet sebagai mata pencaharian. Sementara harga karet sedang anjlok.

Mereka pun harus putar otak agar ‘kampung tengah’ dan operasional penerangan dapat terpenuhi. Banyak dari mereka yang bekerja di luar, beberapa di antaranya mengandalkan sawit dan bertanam lada. “Kalau lada hasilnya cukup lumayan harganya,” ujarnya.

Satu sisi jarak Desa Muakan sendiri terhitung cukup jauh dari kota Sintang. Kondisi normal membutuhkan waktu enam hingga tujuh jam. Sementara jika ditempuh dari ibu kota Kecamatan yakni sekitar Senaning dua jam perjalanan.

Di sana hanya ada satu sekolah dasar negeri. Jika siswanya hendak melanjutkan ke SLTP dan SLTA maka harus bersekolah ke Senaning.

Selain listrik warga disana juga mendambakan layanan sinyal seluler, agar memudahkan komunikasi dengan dunia luar. Saat ini mereka hanya memperoleh sinyal pada tempat tertentu.

Menanggapi kondisi itu, Kepala Badan Pengelola Perbatasan (BPP) Sintang Kartyus, meminta  warga tetap bersabar, sebab saat ini perbatasan mulai diperhatikan pemerintah. “Persoalan perbatasan saat ini sudah dianggarakan, karena proses pembangunan akan dilakukan secara merata dan adil,” ungkapnya.

Dia mencontohkan dengan dibangunnya jalan paralel, diharapkan memacu berbagai program pembanguan  selanjutnya di wilayah perbatasan, terlebih yang  bersentuhan langsung  dengan kebutuhan warga, seperti listrik. “Kita harap menyusul semua. Termasuk untuk listrik saat ini kita juga tengah mengajukan ke PLN untuk Desa Sui Pisau,” Kata Kartiyus. (Adx)