eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Investasi di sektor pasar modal di Kalimantan Barat meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada Juli kemarin investor saham mencapai angka 18.000 orang.
“Kalbar menjadi provinsi dengan angka yang paling bagus di luar Jawa. Jumlah investor pasar modal di Kalbar tumbuh tinggi setiap tahun. Hingga akhir Juli 2019 lalu, jumlah investor pasar saham di Kalbar mencapai lebih dari 18.000 orang. Angka ini bertambah sebanyak lima ribuan orang dibanding tahun sebelumnya. Atau naik 38 persen,” ungkap Kepala Perwakilan (KPw) Bursa Efek Indonesia (BEI) Kalbar, Taufan Febiola, kemarin.
Taufan menjelaskan, lebih rinci, investor terbanyak berada di Kota Pontianak dengan sepuluh ribuan orang. Sedangkan daerah dengan kuantitas pemodal nomor dua adalah Kubu Raya dengan 1.700 orang. Sedangkan Singkawang di urutan ketiga dengan 1.200 orang. Adapun Ketapang, Sambas, dan Sanggau secara berurutan ada di bawah ketiga daerah tersebut. Pihaknya memproyeksi, hingga akhir 2019 ini akan ada tambahan 7.000 investor baru di Kalbar.
Cukup menggembirakan adalah investasi di sektor saham syariah. Investor asal Kalbar di pasar modal syariah saat ini telah mencapai 2.500 orang. Angka ini membuat Kalbar menjadi provinsi di urutan kedelapan untuk jumlah investor pasar modal syariah terbanyak.
“Jakarta saja hanya ada 8.500 investor pasar modal syariah. Kalbar adalah salah satu provinsi di luar Jawa dengan investor saham syariah terbanyak,” sebutnya.
Tidak hanya jumlah investor yang melonjak. Secara transaksi pun, pasar modal di Kalbar mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga akhir Juli, di provinsi ini, total transaksi hanya mencapai Rp7 triliun.
“Ini menandakan kesadaran berinvestasi di pasar modal ada peningkatan, sehingga kemampuan masyarakat untuk berinvestasi juga meningkat,” ucap dia.
Taufan memperkirakan, meningkatnya jumlah investor ini disebabkan oleh semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pasar modal. Selain itu, kepercayaan masyarkat terhadap perdagangan saham juga terus meningkat.
“Kita terus melakukan sosialisasi gencar melakukan edukasi. Tidak hanya kepada para pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga kepada mahasiswa dan pelajar lainnya,” jelas dia.
Dia mengatakan selama ini, pertumbuhan investor di Kalbar terkendala pemahaman masyarakat yang kurang terhadap investasi ini.
Hal tersebut dilatarbelakangi masih banyak masyarakat yang belum memahami tentang berinvestasi di pasar modal, Padahal dalam beberapa tahun terakhir kata Taufan rata-rata imbal hasil investasi di pasar modal jauh lebih tinggi dibandingkan produk investasi lain.
Peran pasar modal sebagai wahana investasi kata Taufan sesungguhnya dapat menjawab kebutuhan investor, khususnya dalam hal potensi menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan produk investasi lainnya.
“Terlebih saat ini modal awal investasi di pasar modal sudah semakin dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia,” pungkasnya.
Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 1A Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Luthfy Zain Fuady mengatakan, saat ini industri pasar modal sedang bertransformasi dan fokus pada pemanfaatan teknologi.
“Sejak awal tahun bahkan berbagai kebijakan, media dan produk baru dengan pendekatan teknologi, sudah diluncurkan oleh OJK dan Self-Regulatory Organization,” terangnya.
Dengan begitu, kata Luthfy, secara tidak langsung, Public Expose Live 2019 yang telah dilakukan BEI kemarin, menjadi mekanisme perlindungan baru bagi investor di pasar modal dengan meminimalisasi potensi terjadinya asimetri informasi. Suatu kondisi yang terjadi jika salah satu pihak memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya.
“Ini juga meningkatkan pemahaman investor terhadap kinerja perusahaan tercatat di BEI, sehingga diharapkan dapat semakin memudahkan investor dalam mengakses informasi dari perusahaan tercatat sebagai referensi dalam pengambilan keputusan investasi,” terangnya.
Laporan: Nova Sari
Editor: Andriadi Perdana Putra