eQuator.co.id – SINGKAWANG RK. Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie melakukan peninjauan langsung ke lokasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Jalan Tama, Kelurahan Roban Kecamatan Singkawang Tengah, Kamis (5/9) malam. Dia juga melakukan penyemprotan air untuk memadamkan api.
Hadir juga dalam peninjauan tersebut Wakapolres Singkawang, Kompol Wahyu Jati Wibowo, SIK,SH, Kapolsek Singkawang Tengah AKP Yober Lisu, dan Kepala Pelaksana BPBD Kota Singkawang, Syafruddin, dan Dandim 1202 Singkawang.
“Kita harapkan dapat segera memadamkan api yang ada, dan kami berkomitmen untuk mengatasi persoalan Karhutla di wilayah Singkawang,” ujar Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie.
Dia mengimbau masyarakat yang rumahnya tak jauh dari lokasi kebakaran untuk tetap waspada dan berhati-hati.
Tidak hanya itu Tjhai Chui Mie juga mengingatkan pada kaum pria yang merokok agar tidak membuang puntung sembarangan agar tidak terjadi karhutla, dan meminta warga untuk menjaga lingkungan agar tidak terjadi kebakaran.
“Kita harapkan dapat segera dipadamkan api yang ada,” kata Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie.
Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang berkomitmen untuk mengatasi persoalan Karhutla di wilayah Singkawang.
Tjhai Chui Mie mengimbau masyarakat yang rumahnya tak jauh dari lokasi kebakaran untuk berhati-hati.
Di tempat yang sama, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Singkawang, Muhammad Syafrudin mengatakan bahwa ketersedian air menjadi kendala yang terjadi di lapangan.
“Kendala air itu menjadi permasalahan utama, dan untuk mengatasai persoalan air kedepan, harus merencanakan pembuatan sumur-sumur di beberapa titik rawan karhutla,” katanya.
Syafrudin mengatakan sumur bor tersebut mesti dibuat dengan kedalaman mencapai sekitar 100 meter, sehingga tidak kekurangan air lagi.
Kapolres Singkawang, AKBP Raymond M Masengi melalui Kapolsek Singkawang Tengah, AKP Yober Lisu mengatakan pihaknya tetap mencari penyebab kebakaran.
“Kami belum bisa memastikan indikasi penyebab karhutla yang yang terjadi, dan kami masih dalam melakukan upaya penyelidikan penyebab kebakaran,” katanya.
Tim Satgas Karhutla yang terdiri dari TNI-Polri dan BPBD, Manggala Agni dan Satpol PP serta Badan Pemadam Kebakaran Swasta melakukan upaya pemadaman karhutla seluas sekitar dua hektare.
KARHUTLA KEMBALI MEMANAS
Setelah sempat menurun dengan bantuan turunnya hujan pada akhir bulan Agustus lalu, Karhutla memang kembali meningkat intensitasnya pada awal September 2019. Plt. Kapusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengungkapkan bahwa pihaknya memang memprediksi bahwa September akan menjadi puncak dari resiko Karhutla.
“Memang ketika kemarau mencapai puncak, dan curah hujan menurun, jumlah hotspot pasti akan meningkat,” kata Agus kemarin (6/9).
Berdasarkan laporan dari lapangan per 6 September 2019 pukul 16.00 WIB, jumlah titik panas meroket hingga 1.233 titik. Sangat tinggi untuk rata-rata 2 bulan terakhir. 6 Provinsi yang mengalami darurat Karhutla yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Tengah dan Selatan terpapar asap dengan tingkatan sedang hingga pekat.
Kualitas udara dalam parameter PM 2,5 menunjukkan angka rata-rata diatas 100 dengan kategori tidak sehat. Bahkan di Kalimantan Barat, indeks PM 2,5 sudah menyentuh angka 215 dengan kategori sangat tidak sehat atau satu tingkat dibawah berbahaya.
Agus mengatakan, selain jutaan liter air yang telah dijatuhkan dalam operasi water bombing sejak Juli lalu, operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga telah dilakukan. Di Riau, 157 ribu ton bahan semai telah disebar di awan. Sementara di Sumatera Selatan, 1,6 ton bahan semai sudah disebar di awan.
Agus menjelaskan, berdasarkan Data, sebaran hotspot pada 5 hingga 6 September 2019 terus mendaki naik melampaui angka 6.500 titik. Semakin mendekati rekor hotspot pada saat bencana Karhutla pada tahun 2015 yang hampir mencapai 7.500 titik panas.
Laporan: Suhendra, Jawa Pos/JPG
Editor: Indra Wardhana