“Virus” Uttaran

eQuator.co.id – Uttaran. Siapa yang tidak mengetahui serial baru India ini. Drama romantis yang menceritakan persahabatan dua gadis (Icha dan Tapasya) ini ditayangkan setiap hari di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.

Drama besutan sutradara Ketan Dubey ini, sudah selesai tayang pada 16 Januari 2016 di India. Tayang perdananya 1 Desember 2008, dengan lebih dari 1.500 episode.

Walaupun sejak enam tahun lebih serial ini mengudara di India, warga Indonesia, khususnya ibu-ibu di Ibukota Provinsi Kalbar, Kota Pontianak seperti terjangkit “virus” drama romantis dari negeri Shahrukh Khan tersebut.

Coba saja jika Anda tidak percaya. Perhatikan televisi di rumah masing-masing. Entah itu anak, istri ataupun suami, mereka akan setia duduk di depan televisi, hanyut dalam drama romantis tersebut.

Bahkan, beberapa hari lalu saya sempat terkejut dengan ungkapan teman saya, tentang booming-nya film Uttaran. Nama teman saya itu Novi. Menurutnya, tidak hanya di rumahnya, rumah tetangga, bahkan sampai di warung bibi jual bakso di Singkawang itu, membicarakan tentang Uttaran.

Terlagi mengejutkan bagi saya, penghuni Pos Polantas pun menonton drama India itu. Begitu Novi bercerita kepada saya, antara lucu, bingung dan penuh tanda tanya, kenapa warga Kalbar menyukai film india yang satu ini.

Novi sendiri mengaku tidak menyukai drama, lantaran membuanya gerah. Apalagi di mana-mana orang menyebutkan Uttaran dan menunggu satu persatu episode yang ditayangkan.

Walapun banyak suka, ada juga yang kontra dengan film ini. Kontranya bukan karena serial drama tersebut. Tetapi akibat maniaknya keluarga yang menonton film ini, sampai-sampai tidak boleh mengganti channel televisi.

Teman saya lainnya di Pontianak, Ikis namanya, mengeluh karena tidak bisa menonton channel televisi lainnya. “Pagi, siang, malam Uttaran terooos. Cam mane care na’ nonton ni. Musnahkan jak Uttaran tu, aku tak bise nonton tipi cam ini,” katanya dengan logat khas Pontianak.

Namun bagi para penggemar Uttaran, film ini adalah film yang asyik, menarik, mendidik, dan romantis. Ahhh perfect-lah pokoknya ketimbang film-film lain. Apalagi film Indonesia yang kadang menceritakan tentang Srigala cinta-cintaan.

Kalau orang tadak nonton dari awal, tetap tak suke. Tapi kalau orang nonton dari awal, pasti die suke, bagus ni ceritanya,” ungkap pman saya, yang datang ke rumah pada Selasa (20/4) sore hari, yang terburu-buru membuka televisi serta menanyakan ANTV di-channel nomor berapa.

Saya hanya terkejut, paman saya sendiri juga terkena “virus” Uttaran. Jangan-jangan semua warga Kalbar sudah nyaris terjangkit virus ini. Tidak jauh-jauh, redaktur saya sendiri pun senang menonton Uttaran. Tidak heran, sambil mengedit berita wartawan, matanya ke arah televisi, saya hanya bisa tertawa melihatnya.

Tetapi apapun itu, jangan sampai semua orang terlena akan film ini. Karena film ini ada di setiap waktu. Ingat…pagi, siang, malam itu jadwalnya. Kalau memungkinkan, dini hari pun ditayangkan.

Kendati dapat mengganggu konsentrasi beberapa orang, penayangan film Uttaran sah-sah saja, lantaran sudah lolos Lembaga Lulus Sensor Indonesia. Jadi begitu cerita Uttaran yang kian santer terdengar, tidak masalah.

Terpenting, jangan melupakan yang paling penting (ibadah, pekerjaan, belajar dan tangggung jawab lainnya). Uttrannnnn. (Achmad Mundzirin)