Ungkap Sejarah Gerakan Mahasiswa Juni Berdarah Pasca-Reformasi

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Satu lagi karya anak bangsa akan dirilis. Adong Eko, putra Kalbar asal Ngabang Kabupaten Landak ini akan meluncurkan karya terbaiknya, buku berjudul Juni Berdarah Pasca-Reformasi. Ini adalah buku kelima yang diterbitkannya sejak beberapa tahun terakhir.

Juni Berdarah Pasca-Reformasi adalah sebuah buku sejarah gerakan mahasiswa di Kalbar, khususnya di Kota Pontianak. Dari sebelum, saat dan sesudah reformasi. Buku yang rencananya akan dilaunching pada pertengahan Februari nanti.

“Selain mengangkat semangat gerakan mahasiswa, juga mengangkat peristiwa memilukan, yakni tragedi berdarah, Rabu 14 Juni 2000 atau kurang lebih peristiwa yang terjadi 19 tahun silam,” ungkap Penulis Buku Adong Eko, Rabu (30/1).

Kisah itu adalah tewasnya seorang mahasiswa Politeknik atau saat ini bernama Politeknik Negeri (Polnep) Pontianak, yakni Syafaruddin. Ia adalah mahasiswa semester dua yang ikut dalam aksi mengawal laporan pertanggungjawaban Gubernur Kalbar saat itu, Mayjen Aspar Aswin (almarhum).

Pada hari itu, Syafaruddin tewas diduga tertembak ketika berada di Jalan Ahmad Yani atau seberang jalan depan kantor Gubernur Kalbar. Tak hanya ia, mahasiswa lain yang menjadi korban adalah Ar Irham, Presiden Mahasiswa BEM UPB saat itu.

“Buku ini ditulis berdasarkan pengakuan, saksi, korban dan pelaku sejarah saat itu. Ditulis dengan metode diskritif naratif, sesuai dengan apa yang disampaikan narasumber saat terlibat gerakan mahasiswa,” katanya.

Adong mengatakan, buku itu lahir untuk kembali mengingatkan tentang semangat gerakan mahasiswa saat reformasi. Bahwa mereka memiliki peran begitu strategis untuk mengawal pembangunan yang dilakukan pemerintah.

“Harapannya, kaum intelektual saat ini dapat belajar dari pendahulunya bagaimana memainkan perannya. Memperjuangkan hak masyarakat tertindas, menyuarakan kebenaran yang mereka yakini,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Adong, buku dengan cover foto wajah Syafaruddin itu lahir untuk mengingatkan kepada siapapun, bahwa hingga saat ini kasus penembakan tersebut belum terungkap, meski sudah berlangsung selama kurang lebih 19 tahun. Baik institusi penegak hukum, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

“Insya Allah bulan depan buku ini akan terbit. Bagi yang ingin mengoleksi buku ini dapat membelinya langsung dengan penulis dengan harga Rp70 sampai dengan Rp80 ribu dengan menghubungi nomor telepon 089520266468,” tuturnya.

Adong berharap, karya kelimanya ini dapat menjadi tambahan literasi di Kalbar. Dan dapat menjadi buku sejarah tentang gerakan mahasiswa di Kalbar. (riz)