eQuator.co.id – Sejak awal tahun 2018, ramai betul berita di media massa. Tentang perusahaan biro travel umrah. Yang dilaporkan menipu puluhan ribu jamaahnya.
Pemilik ‘’FT’’, pasangan suami istri, telah dicokok polisi. Kasusnya pun telah masuk persidangan. Yang baru-baru lalu menghadirkan penyanyi kondang sebagai saksi.
Belum reda berita FT, masyarakat diguncang kasus lain. “AT” dilaporkan jamaahnya dengan dugaan yang sama. Jumlah korbannya konon lebih banyak. Pemilik AT akhirnya berurusan dengan pihak berwajib.
Saat berita AT sedang hot-hotnya, polisi kembali menangkap bos “GII”, wanita pengusaha yang telah buron selama 5 bulan. Penangkapan itu menyusul suaminya, yang telah ditangkap lebih dulu, akhir tahun lalu. Di Sulawesi Selatan. Dengan laporan serupa. Kasus ketiga ini tak terlalu ramai.
Tiga peristiwa itu seperti beruntun. Dengan modus hampir sama. Memanfaatkan besarnya jumlah masyarakat yang hendak beribadah umrah.
Indonesia tercatat sebagai negara pengirim jamaah umrah terbesar ketiga di dunia. Pada tahun 2016, jumlah jamaah umrah asal Indonesia mencapai 699.600 orang. Kalau setiap orang membayar biaya Rp 20 juta, bisnis travel umrah memutar uang hampir Rp 14 triliun setahun. Angka yang tidak bisa dibilang kecil.
Meningkatnya jumlah jamaah umrah, kemungkin berkaitan dengan lamanya waktu tunggu keberangkatan haji. Dengan kuota haji sekitar 230 ribu per tahun, calon jamaah haji Indonesia memang harus ekstrasabar.
Waktu tunggu tercepat dinikmati calon jamaah haji asal Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Lamanya ‘’hanya’’ delapan tahun. Sedangkan waktu tunggu terlama dialami calon jamaah haji asal Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Bila mendaftar sebagai calon jamaah haji hari ini, mereka akan diberangkatkan ke Tanah Suci 40 tahun lagi!
Tidak semua orang sanggup menunggu begitu lama. Menanti sampai 40 tahun untuk berhaji. Maka ibadah umrah menjadi alternatif solusi. Umrah bisa dikerjakan sewaktu-waktu. Di luar musim haji. Inilah rezeki biro travel umrah.
Apakah berumrah hanya bisa melalui biro travel umrah? Ketentuannya memang begitu. Tapi pada praktiknya, biro travel wisata bisa menjadi pengelola program umrah. Syaratnya: punya kerja sama dengan biro travel umrah.
Saya sempat menggunakan jasa biro travel wisata saat mengumrahkan kedua ibu saya: ibu kandung dan ibu mertua. Perjalanan umrahnya saya rancang bersama istri: perjalanan umrah hanya 7 hari, berangkat berempat tanpa pembimbing ibadah. Selama di Tanah Suci, rombongan dikawal tour guide dan driver dengan mobil yang stand by 24 jam. Menginapnya di hotel terbaik di Makkah dan Madinah. Benar-benar ‘’umrah on demand’’.
Kisah perjalanan keempat jamaah umrah itu saya tulis menjadi sebuah buku. Judulnya ‘’Umrah Rasa F1’’. Saya namakan demikian, karena biro travel yang menangani perjalanan tersebut spesialisasinya pada F1 tour. Sekarang buku masih dalam proses penulisan.
Buku ‘’Umrah Rasa F1’’ bukan buku agama. Jadi, jangan membayangkan di dalamnya ada tatacara ibadah atau kumpulan doa-doa. ‘’Umrah Rasa F1’’ ditulis untuk orang awam agar tidak salah memilih biro travel. (jto)
*Joko Intarto, admin www.disway.id dan founder